Bagian 20

2.5K 125 2
                                    

Author  POV

     Gadis cantik itu sedang duduk ditepi kasurnya sambil menatap kosong, entah apa yang sedang  ia perhatikan. Bajunya berantakan rambut coklat gelapnya acak-acakan tidak berbentuk sama sekali, matanya sayu juga bengkak sungguh hal yang tidak wajar bagi seorang Jill Cermanotta Hends anak dari David Hends seorang pemilik perusahaan terbesar di LA,California. Jill benar-benar berantakan layaknya seperti orang yang sudah tidak wajar atau sedikit tidak waras.

     Gadis itu kembali menangis sambil tersedu-sedu. Ya dia menangisi kepergian Justin dia ingin sekali bertemu Justin untuk terakhir kalinya sekedar mengucapkan selamat tinggal. Bukannya memberi pengalaman terkesan bagi Justin sebelum keberangkatannya ke Canada tetapi justru Jill memberikan kejadian buruk benar-benar buruk dan membuat Justin kacau berantakan.

“Justin!!”teriak Jill sambil terus menangis. Jill benar-benar berantakan seperti orang yang sudah tidak waras lagi, berkali-kali Jill menangis dan meneriaki nama Justin. Karena merasa khawatir dengan keadaan anaknya yang terus menangis dan mengurung diri dikamar maka Rose Hends ibunya Jill mendatangi kamar anaknya itu.

“Astaga! Sayang ada apa denganmu?”tanya Rose sambil mendekati anaknya itu. Jill terus menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan masih menangis.      “Tidak apa mom.. ak—aku hanya.. sakit perut”dusta Jill, jelas alasan itu sungguh tidak masuk akal bagi Rose.

“Kau tidak sakit perut honey, ceritalah pada mom”sahut Rose sambil berusaha menenangkan Jill dengan pelukan khas yang dapat menenangkan.

“Hiks.. j—ju—justin.. pergi..”ucap Jill sesugukan.

“Ya memang, Justin pergi ke Canada untuk urusan Dadnya. Memang kenapa?”tanya Rose bingung akan tingkah laku anaknya itu.

“Ak—aku belum mengucapkan selamat tinggal dan aku belum memaafkannya”ucap Jill lirih.

“Kau ada masalah dengan Justin sebelumnya?”tebak Rose. Jill mengangguk pelan.

“Aku.. memang ada masalah dengannya mom, tapi itu masalah rumit aku tidak bisa menjelaskannya mom”sahut Jill. Rose mengangguk mengerti tentang anaknya.

“Hmhh… baiklah sekarang kau harus istirahat oke? Mom tidak mau melihat putri mom yang cantik ini sakit. Sekarang istirahatlah”sahut Rose sambil bangkit dan bergegas keluar. Sementara Jill masih terus terduduk ditepi kasurnya tanpa mengubah posisi sebelumnya.Gadis itu tidak mau berpindah dan tidak menyuruh perintah momnya untuk beristirahat, melainkan tetap saja pada tempatnya duduk termenung. Dia benar-benar sangat kacau bahkan lebih dari kacau. Sungguh dia menyesal sangat menyesal.

***

    Sore ini Jill sedang terduduk di ayunan dekat taman rumahnya, dia terus memegangi iPhonenya tanpa lepas dari cekalannya berharap-harap jika Justin mau menelfonnya, sebenarnya Jill ingin menelfon Justin duluan tapi karena Jill merasa malu jadi dia lebih memilih menunggu telfon dari Justin.

Sudah hampir setengah jam ia duduk diayunan sambil memegangi iPhonenya terus berharap jika tiba-tiba Justin mau menelfonnya. Jill terus menghembus nafasnya berat dan terus memandangi name contact bertuliskan “Justin” dan terdapat foto Justin disana.

SEMENTARA ITU DI LAIN TEMPAT…

Justin sedang terduduk didepan TV .dia tidak menonton TV melainkan hanya membiarkan TVnya menyala tanpa ada yang menontonnya. Dia - Justin - terus memegangi iPhonenya tanpa melepasnya berharap-harap akan jika ada telfon dari Jill. Dia ingin menelfon Jill sebenarnya, tapi dia ingin Jill yang menelfonnya bukan dia.

Jadi sebenarnya mereka berdua ini sedang saling menunggu telfon dari masing-masing. Entah apa yang membuat mereka tidak mau mengalah untuk menelfon duluan, entah karena ego mereka yang terlalu tinggi atau mereka malu. Itu aneh benar-benar aneh

Pada akhirnya Justin menelfon Jill tapi disaat itu juga Jill menelfon Justin jadi terdengarlah suara customer service dengan nada “Nomor yang anda tuju sedang sibuk, silahkan coba beberapa saat lagi”

Kedua insan manusia itu saling menghembuskan nafas berat. Mereka berdua berjauhan Jill di LA sedangkan Justin di Canada. Mereka saling berusaha untuk menelfon tapi selalu saja saling berbarengan. Mereka selalu berusaha menelfon tapi selalu saja waktunya berbarengan dan tidak pernah ada kesempatan selalu saja suara customer service yang berbunyi bukan suara antara Jill dan Justin ataupun sebaliknya.

Mereka berusaha saling telfon dengan waktu yang saling bersamaan dan itu tidak akan pernah ada ujungnya.

Jill POV

     Aku terus berusaha menelfon Justin, tapi selalu saja jawaban yang kudapat pasti dari customer service bahwa nomor Justin sedang sibuk, huft apakah dia benar-benar orang sibuk? Sampai-sampai kutelfon tidak bisa terus.

Jika aku mengirim sebuah SMS itu sungguh membuang-buang waktu pastilah dia sedang sibuk disana mungkin mengerjakan proyek dadnya ya maklum saja dia kan calon pewaris tunggal keluarga Bieber, aku mendengus berat susah sekali sih ingin mengucapkan satu patah kata ataupun beberapa patah kata untuk Justin?

    Aku kemudian meninggalkan taman belakang rumah dan berjalan menuju kekamarku. Aku lelah dengan semua ini, mungkin aku memang ditakdirkan berpisah dengan Justin. walau aku tau aku tidak bisa ini terlalu sulit bagiku aku merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupku aku tau, dia bukan siapa-siapaku dia hanya sahabat kecilku dulu tapi aku juga tidak tau apakah dia masih menganggapku sebagai sahabat kecilnya atau tidak. Jika tidak berarti aku bukan seseorang yang berarti baginya. Aku seperti mengharapkan sesuatu yang tak akan pernah terjadi.

Aku berjalan lesu menuju kekamarku dan merebahkan tubuhku ini yang penuh dengan beban kekasurku yang empuk ini seolah kasur ini adalah alatku untuk melepas segala beban yang kupunya hari ini. Bahkan beban ini terasa berat dari kata ‘berat’.

Aku berusaha memejamkan kedua mataku. Namun aku kembali membuka kedua mataku saat mendengar iPhoneku berdering dan berharap itu Justin dan ternyata saat aku melihat name contact itu adalah Ariana Grande atau panggilannya adalah Ana

On The Phone 

“Hai, Jill”

“Oh, ana ada apa?”

“Aku hanya ingin memberitau besok aku akan adakan party, tolong ajak Justin juga ya. Soalnya aku coba hubungi ponselnya tetapi sibuk terus. Aku harap kau datang dengan Justin ya?”

Aku termenung sebentar, party? Ajak Justin? bagaimana bisa? Justin di Canada bahkan aku belum bertemu dengannya.

“mm kau belum tau kabar bahwa Justin sudah pindah ke Canada tadi pagi?”

“APA?? Pindah?? Bagaimana bisa? Kok dia tidak memberi tauku?”

“Y—ya.. ini memang kabar yang menggetkan tapi aku baru diberi tau Justin kemarin malam dan-dan itu sungguh mengejutkan bagiku”

“Kenapa bisa Justin memberitaumu mendadak begitu? Setauku dia tidak pernah menjadi orang yang mendadak memberi tau berita apa kau sedang ada masalah dengannya?”

“Mmm.. aku memang sedang ada masalah dengannya ta—tapi ini masalah rumit it’s complicated”

“Hmhh… baiklah kalau begitu aku akan telfon Justin lagi untuk membicarakan hal ini. Pasalnya dia dan kau harus datang aku akan membatalkan pesta jika satu diantara kalian tidak datang.”

“Kenapa harus aku dan Justin? “

“ya.. itu rahasia aku tidak mau memberitaunya, ya sudah Bye Jill”

“Oke, Bye Ana..”

PHONE END

Aku menghela nafas berat dan berusaha menenangkan diri, party? Bersama Justin? Astaga.

Lost Or In Danger With Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang