Me Always Wrong..

12.1K 655 24
                                    

Author pov.
.

.

.

Braakk!!

Suara meja dipukul dengan kerasnya, menggema didalam ruangan yang tak terlalu luas itu.

Sang pelaku penggebrakan meja, tak lain adalah Park Jimin. Namja berwajah dingin itu terlihat sangat marah dan kesal dengan seorang namja dihadapannya.

"Gara-gara kau, semua acaraku berantakan! Kau memang brengsek!"

Semburan Jimin berhasil membuat Park Jeongguk menundukkan kepalanya sangat dalam. Ya, Jimin tengah marah pada Jungkook - panggilan Jeongguk - karena tak sengaja datang ke apartementnya saat dirinya dan teman-temannya tengah asik berpesta.

Kedatangan Jungkook membuat semua teman-teman Jimin berpamitan pulang, padahal mereka baru mulai berpesta.

"Mianhae, hyung."

Jungkook meminta maaf masih dengan menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap Jimin. Membayangkan wajah Jimin yang tengah marah padanya membuat nyali Jungkook menciut.

"Jangan pernah panggil aku dengan sebutan 'hyung'! Aku tak punya adik bodoh dan brengsek seperti dirimu!"

Jimin berteriak dihadapan Jungkook yang membuat Jungkook hanya bisa menenggelamkan kepalanya semakin dalam.

Sret!!

Jimin dengan cepatnya mencengkram kaos Jungkook. Jungkook tersentak dan otomatis dirinya bertemu pandang dengan Jimin. Sorot mata Jimin, tajam dan menusuk. Jungkook bisa merasakan itu. Karena dirinya saat ini merasakannya.

"Heh, brengsek! Aku tak ingin melihat dirimu ketika aku ada acara dengan teman-temanku!" Jimin menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Mianhae, hyung. Mianhae." Hanya perkataan maaf yang terus keluar dari bibir Jungkook. Ia tak bisa mengatakan hal lainnya. Ia tau jika ia berkata hal lain, itu pasti akan membuat Jimin semakin marah terhadapnya.

"Aku tak butuh kata maaf mu! Dasar bodoh! "

Bugh!

Pukulan mentah dari tangan Jimin membuat Jungkook tersungkur di lantai. Jimin hanya menatap Jungkook dengan tajam. Jungkook mengusap darah yang keluar karena sudut bibirnya terluka akibat pukulan keras yang diterimanya.

Setelah menyembur Jungkook dengan penuh emosi, Jimin pergi meninggalkan Jungkook yang masih terduduk di lantai.

.

.

.

Jungkook berjalan menuju ke apartementnya. Sesekali Jungkook meringis menahan rasa sakit dari luka disudut bibirnya.

Cklek!

Jungkook menutup pintu apartemennya. Ia berjalan masuk kedalam kamar untuk mengobati lukanya.

.

.

.

Jungkook pov.

Aku berlari kecil dari kamar mandi menuju ke pintu apartement. Suara ketukan berulang kali dan terkesan terburu-buru membuatku tergesa-gesa.

Aku dengan segera membuka pintu itu. Aku tau siapa yang mengetuk pintu. Dia adalah..

"Kenapa lama sekali?! Aku sudah pegal berdiri di sana!"

"Mianhae, Jin hyung. Tadi, aku sedang dikamar mandi."

.. Park Seokjin. Hyungku yang paling tua. Jin hyung - seperti itu dia dipanggil - berjalan masuk dengan mendorong tubuhku dengan kasar.

Aku terhuyung dan punggungku mendarat di dinding. Cukup keras memang, tapi aku hanya bisa diam. Aku tak mungkin mengaduh atau mengeluh didepan Jin hyung. Aku tau Jin hyung tak menyukainya.

"Buatkan aku makanan! Aku lapar!" Perintah Jin setelah bokongnya menempel di sofa.

"Ne, hyung." Aku segera menuju dapur.

Ini adalah tugasku. Memasak, membersihkan apartement. Semua itu aku lakukan ketika kami bertiga pindah ke apartement.

Kami bertiga berada di apartemen terpisah. Jin hyung dan Jimin hyung tak ingin berada satu apartemen denganku. Aku sendiri tak tau kenapa mereka sangat membenciku.

"Hyung, makanannya sudah siap." Jin hyung berjalan menuju kemeja makan. Jin hyung duduk disana dan mulai menyantap makanannya.

"Cuih! Apa ini?! Kau ingin membunuhku hah?!" Jin hyung meludah ketika merasakan masakanku.

"Mianhae, hyung. Aku pasti sal-"

Praang!!

Aku memejamkan mata ketika piring itu di banting hingga pecah oleh Jin hyung.

"Aku sudah lelah menangani masalah diperusahaan! Dan sekarang, kau membuatku bertambah kesal!" Jin hyung tiba-tiba menarik kaosku.

"Dengar bodoh! Aku tak ingin memakan masakanmu lagi! Jika aku lapar, kau harus membelikanku makanan diluar! Aku tak akan sudi lagi memakan masakan busukmu itu!"

Jin hyung melepas kaosku dengan kasar dan keluar dari apartementku. Aku hanya bisa menghela nafas pelan.

Aku memungut pecahan piring itu dan memasukkannya ketempat sampah.

Kenapa aku hari ini selalu salah?

.

.

.

.

To Be Continue

Annyeonghaseo..
Aku pendatang baru nih.. Reika sebut saja begitu.. Ini ff pertama yang aku buat dan aku publish. Aku udah sering buat ff. Tapi, baru ff ini yang aku publish.
Moga kalian suka.. Nggak bagus emang. Malah kalok aku rasa, nih ff ancur banget. ~T_T~
Ah~ sekian aja deh perkenalannya. Semoga ff ini dapat menjadi salah satu pengisi kebosanan. Bye bye di chap berikutnya.

Ps:
Aku menulis cerita ini menurut inspirasi yang aku dapat. Kalok ada yang hampir mirip di chap ini, aku minta maaf. Aku cuma nurut sama imaginasi aku aja.

Last Letter From God [END]Where stories live. Discover now