Invitation

90 11 1
                                    


Setelah pertemuan dengan Angeline beberapa hari yang lalu, Fani merasa ada yang mengganjal di hatinya. Di dalam kamar menjelang malam hari, Fani merasa sangat rindu akan kenangan-kenangan masa sekolah, dengan lulur yang masih menempel di wajah, Fani membuka lemarinya. Semua kenangan akan masa sekolah kembali ia keluarkan, mulai dari buku diary, hinga CD berisi kumpulan foto dengan teman-teman lamanya.

Seperti ditective yang sedang mencari alat bukti, Fani membuka satu demi satu kenangan kecil yang ia simpan. Bagaimana cerita akan masa kecilnya, hingga bagaimana dirinya menemukan orang yang pertama kali ia sukai  saat SMP, semua masih tertulis di dalam buku diary miliknya. Terkadang flashback ke belakang dan mengingat suatu proses sampai akhirnya menginjak dewasa, membawa Fani menyadari bahwa waktu terus berjalan, dan perubahan adalah hal yang mutlak bagi manusia. Seperti saat Fani mulai membuka keping demi keping CD yang menyimpan foto saat ia masih SD hingga SMA di laptop, bagaimana puber merubah segalanya, dari evolusi itik menjadi angsa. Tapi satu hal yang Fani sadari, itu bukanlah apa-apa sekarang. Karena sekarang dirinya hanyalah seorang Sarjana pengangguran, pembantah orang tua, dan seorang jomblo akut yang susah mencintai seorang pria.

Sebelum semuanya benar-benar kembali ke jaman purba, Fani pun menyimpan kembali semua kenangannya. Sembari tersenyum kecil dan agak sedikit geli, dirinya menyimpan kembali semua ke dalam lemari. Sejenak tersirat dalam benak Fani betapa Alay dirinya dulu. hingga tiba-tiba ponsel Fani berbunyi, panggilan via Line dari angeline memecah keheningan malam saat itu. 

''Halo Fan, uda gue kabarin temen-temen kita yang dulu, beberapa uda confirm buat dateng ke acara lo, trus yang ga bisa dateng rata-rata masi di luar kota!'' sahut Angeline via panggilan Line.

''Oh oke thx Njel, gue juga uda hubungin beberapa yang kontaknya gue tau, lo tar chat ke gue ya berapa orang yang kira-kira fix dateng.''

''Ia Fan tar gue chat, trus kapan dong gue bantu-bantu di rumah lo?''

''Pas kamis lo ke rumah gue yang Njel, karena acaranya kan jumat. Lu bantuin gue dekor sama nyiapin perlengkapannya, hehe!''

''Sippppp gampang, oh ya tau ga?! yang pertama confirm dateng David lho Fan!''

Mendengar pernyataan Enjel di Line, Fani yang sedang meminum air lemon langsung tersedak, ''Ehhh Njel gila, lu seriusan undang David?''

''Ya lah Fan, secara dari kelas XI kan David sekelas sama kita, gimana sih lu! kalo gue ignore dia aja kan dikira gimana.''

''Ampun deh Njel, males banget deh gue.'' Suara Fani terdengar agak sedikit malas dan memelas!

''Ga bole gitu lo Fan, gue tau dia mantan lu. Tapi lu sambut David sebagai temen juga!'' nasehat Enjel ke fani.

''Masalahnya, acara gue kan terbuka. Tar dia ngajak pacar, trus gue diliat masih sendiri, dikira gue yang susah move:on lagi.''

''Ga ada gitu Fan, semua juga ngerti kok. Apalagi ni acara buat syukuran sarjana, sementara temen-temen yang lain masih sibuk nyusun, bahkan ada yang belum nyusun.''

''Hemmm, ya deh Njel. Tapi pasti'in nanti lu bantu gue buat jaga jarak, biar gue ga keliatan bego.''

''Okey, lo tenang aja. Yang pasti nanti kita reunian hehe.''

''Oke deh, tapi awas ya Njel! kalo lo jadi enemy in blanket'' Fani memperingatkan Enjel, seolah curiga Enjel yang mengetur semua ini ke David.

''Hahaha, ga lah. Eh Fan lu pikir! temen sekelas lu undang semua, masak dia aja yang enggak, kesannya malah jelek loh.''

''Hadeh, ya ya ya. Lagian emak gue make acara gini-ginian segala, ck!''

''Ga bole gitu, kan seru bisa reunian jadinya. Okedeh Fan nanti gue chat lu, kamis siang gue ke rumah lu deh.''

Tidak Ada Cinta Di Manhattan!Where stories live. Discover now