Graduation Day

316 13 10
                                    

''Fani! Bangun Fan, nanti kamu terlambat lho!'' terdengar suara dengan nada memaksa, memerintahkan Fani agar segera bagun dari tidurnya.

''Iyaaa mah sebentar lagi. Aku sadar waktu kok!'' Fani membalas perintah sang Mama dengan nada yang berat, seolah tanpa gairah.

Tak terasa waktu berjalan sangat cepat bagi Fani, hingga ia menyadari bahwa sebentar lagi dirinya sudah harus melepas semua masa-masa permainannya. Masa-masa dimana dirinya sebentar lagi harus memikul tanggung jawab sebagai seseorang yang akan menuju sebuah proses kedewasaan, dan mulai harus berfikir apa yang akan dirinya lakukan kedepan.

Setelah bangkit dari kasurnya yang nyaman, Fani menoleh ke arah cermin. Wajahnya nampak muram, padahal sekarang adalah hari kelulusannya sebagai Sarjana. Hingga pada saat dirinya tersadar jam penanda telah lewat 45 menit dari yang ia pasang, Fani akhirnya panik.

''Gilak....gilak, mati gue! ini waktu jalan cepet banget.'' Dalam kondisi kebingungan Fani pun bergegas mandi.

''Fan....Faniii....! kamu udah siap belum, ini uda waktu! belum lagi ke salonnya sayang.''

''Iya...iya mah, ini aku lagi mandi!''  

Dengan kondisi tergesa-gesa, Fani pun bergegas untuk segera mempersiapkan semua keperluan di hari kelulusannya, dalam benak Fani hari kelulusan yang harusnya menjadi hari bersejarah, malah menjadi hari yang penuh dilema baginya.

''Uda selasai kamu?'' Tanya mama ke Fani.

''Udah mah!''

''Kok kamu lemes gitu, ini kamu uda mau sarjana harusnya seneng!''

''Aku kemaren susah tidur!''

''Ya udah, duduk. Ayo kita sarapan dulu sama adik kamu, habis itu baru siap-siap sama papah juga.''

''Iya mah!.'' Fani pun duduk di meja makan, masih dengan raut wajah mendungnya. Disana sudah menanti ayah, dan adiknya Richard.

"Fani, kamu kenapa? sakit?,'' ayah Fani bertanya akan kondisinya.

''Ah paling dia kepikiran uda lulus, ga punya pacar, terus temenya pada ngasi undangan nikah lagi, haha.'' Richard adik Fani, menggoda Fani dengan guyonannya.

Seketika mendengar celotehan richard membuat Fani emosi. ''Eh chad, lu baru anak kelas 1 SMA diem aja, sok tau banget sih.''

''Udah...udah, di meja makan ga boleh berantem, lagian kamu Fan, udah mau sarjana masih kaya anak kecil aja.'' Mama mencoba mendamaikan Fani dan Richad, lantas menyuruh mereka agar segera menyelesaikan sarapanya.

Setelah melalui pagi yang lumayan berat, Fani yang ditemani Mama, Papa, dan adiknya, bergegas menuju hotel tempat Fani di wisuda. Disana semua tamu undangan telah di arahkan untuk duduk ke tempatnya masing-masing, termasuk peserta wisuda yang telah siap akan peresmian gelar sarjananya.

Raut-raut bahagia terpancar dari para peserta wisuda, banyak di antara mereka membawa pasangannya masing-masing, sembari memberi suport dari tempat yang telah di tentukan, termasuk geng Fani saat kuliah yang serempak di wisuda hari ini. Vira, Lina, dan Novi semua sahabat Fani juga di wisuda, kecuali natasha yang harus molor satu semester karena sesuatu hal.

''Ehhhh Fannn, kangennnnnn!'' Vira memeluk Fani dengan sangat ceria.

''Hahaha, elo jangan lebai deh vir. Belum juga seminggu ga ketemu!''

''Iya gue tau Fan. Tapi lu ga mikir apa  setelah ini, kita bakal punya kesibukan masing-masing.''

''Ah lo aja kali Vir yang sok sibuk. Gue mah santai, hahaha.''

''Ya, tau deh yang papanya banyak punya bisnis!''

Sesaat kemudian Lina datang menghampiri Fani dan Vira, ''asik nih, kalian ngobrol ga ngajak-ngajak, ngomongin apaan sih?.''

''Nih Lin, katanya Fani abis lulus mau langsung nikah.'' sahut Vira kepada Lina.

''Oh..ya?, OMG sama siapa Fan?,'' sembari menatap Fani, Lina menayakan kejalasan perkataan Vira.

''Nikah...nikah!, tau deh kalian nyindir nih ceritanya. Baru gue kesini ga bawa pasangan kan!'' sahut Fani dengan jutek.

Tidak berselang lama, Novi datang menghampiri mereka. ''Eh kalian serius banget ngerumpinya.''

''Nah, ini baru yang mau bener-bener nikah!'' Fani nyeletuk, memberi tanda datangnya Novi yang memang akan melangsungkan pernikahan setelah hari kelulusannya.

''Ya bener banget, ternyata di antara kita Novi yang duluan!'' Vira juga membalas penyataan Fani.

Saat asik dengan perbincangan mereka, MC pun memberi tanda bahwa acara akan segera di mulai. Fani, Lina, Vira, dan Novi bergegas mencari posisi mereka, hingga akhirnya acara di mulai. Semua keriuhan seketika menjadi hening, saat serangkaian acara dimulai.

Saat acara berlangsung Fani seakan-akan kembali mengingat masa-masa sekolah yang ia alami, masa-masa dirinya bertemu dengan orang-orang yang mengisi hidupnya, entah itu sahabat, guru, musuh, hingga mantan pacar. Dalam benak Fani ingin rasanya ia flashback ke belakang, dan jika harus memilih maka ia memilih untuk tidak di wisuda, atau kembali ke masa putih abu-abu.

Dalam bayangan Fani saat ini adalah, dirinya mungkin saja akan menjalani rutinitas membosankan, dimana ia melihat sepupu-sepupunya yang telah lulus akan di hadapkan oleh tanggung jawab mengelola bisnis keluarga, hingga saatnya menikah dan memiliki anak. Sungguh hal yang memuakan bagi Fani, kadang ia merasa apakah dirinya yang masih labil, atau mungkin ada sesuatu yang lain yang ia inginkan. 

Sejanak dalam keheninganya, nama Fani pun di panggil ke atas panggung. Prosesi wisudapun di mulai, kedua orang tua Fani dengan haru memperhatikan dari kejauhan, memperhatikan bahwa seorang gadis kecil mereka telah memijakan satu langkah maju dalam fase hidupnya. Karena mulai sekarang Fani akan memilih untuk masa depannya, dan pilihan itu bergantung pada dirinya. Seorang anak manja, berparas cantik, dan di berikan berbagai kemudahan hidup, tinggal bagaimana ia akan mengelola itu.

Setelah prosesi wisuda selesai, sebelum meninggalkan semua akan kenangannya di bangku kuliah, Fani dan teman-temannya berkumpul di parking area. Kesedihan pecah disana, karena sekarang semua akan fokus ke tanggung jawab masing-masing. Vira akan mulai membuka bisnis di bidang fashion, sementara Lina akan melanjutkan study S2 di London, Inggris. Lain lagi Novi, yang akan segera naik kepelaminan dengan kekasihnya Rino. 

''Vira, Novi, sama elo Lin! gue bakal kangen kalian, kangen gila-gilaan sama kalian, elo pada nanti jangan sok sibuk ya!'' Fani terlihat agak emosional, sembari memeluk para sahabatnya.

''Gue juga Fan, gue pasti bakal kangen celotehan lo.'' Ungkap Lina, di balas pelukan Vira dan Novi.

Setelah hari kelulusan itu, Fani seperti tanpa gairah, dirinya bingung dan banyak pertanyaan di benaknya. Semua yang ia inginkan dengan mudah ia dapat,  lalu sekarang dirinya harus apa?. Masih sulit bagi Fani menerima kenyataan bahwa petualangan di masa bersenang-senangnya telah usai, masa menuntut ilmu yang sangat berkesan baginya. 

Tidak Ada Cinta Di Manhattan!Where stories live. Discover now