Prolog

91 12 17
                                    


Kemarin ibuku menangis sejadi-jadinya.

Ia bahagia karena aku akhirnya diterima di SMA elit—elit karena harga masuknya luar biasa mahal. Ibuku ingin agar aku masuk ke SMA negeri, tetapi karena NEMku jelek—aku pintar, tapi karena aku menolak memakai contekan, maka hanya aku seorang yang nilainya hancur—aku tidak diterima di SMAN manapun. Karena rekomendasi kakakku, akhirnya ia mendaftarkanku ke SMA Ternama. Nama sekolahnya memang Ternama, bukan ternama dalam arti populer—Walaupun sekolahnya memang populer sih.

So this is it, my first day of school. Memakai rompi untuk upacara –yes, i have to wear a damn vest which its materials like a fricking sweater—topi, dasi—and the damn tie is under the damn vest, so i'm asking you, what is the point of wearing a tie, again?—dan rambutku harus dikuncir kuda. Namun aku bersyukur karena upacara telah selesai dengan cepat, penerimaan siswa dan siswi dengan simbolis pun telah dilaksanakan dengan cara melepaskan name tag dari siswa dan siswi yang paling rupawan and they had been chosen by our seniors, of course.

Aku berusaha keras agar tidak pingsan dalam perjalanan ke lantai tiga, di mana kelas-kelas anak kelas sepuluh berada. Aku harus bersyukur karena setidaknya kakiku masih bisa dipakai dengan baik dua-duanya. Tidak seperti anak lelaki yang berada lima tangga di depanku. Ia dipapah oleh salah satu temannya yang tinggi dan temannya yang satu lagi—yang gemuk—membawakan tongkat jalan miliknya.

Maaf ya, kawan-kawan. It's not like i'm a cold-hearted girl or somethin' but i gotta find my class and you guys are toooo................ slow. Jadi akupun menyusul mereka dan tidak melirik sama sekali.

Aku harus memindai kertas yang ditempel di dinding setiap kelas untuk mencari namaku. Finally i found my name, ada di kelas X-F.

Sumpah, aku takut sekali saat memasuki kelas. Orang-orang lain terlihat sudah memiliki teman. Memang kebanyakan sepertinya teman mereka saat SMP dulu, sedangkan aku baru pindah ke kota ini, jadi aku tak memiliki teman sama sekali. Tetapi aku tak akan membiarkan rasa minder mengambil alih. It's okay buat SKSD, toh jika kita tidak pernah SKSD, kita tak akan memiliki teman, kan?

Kusimpan tasku di meja baris kedua dari depan. Mejanya berada di sebelah kiri kelas, di depan lemari buku. Aku memilih duduk di dekat tembok.

Oh god, this whole class is a disaster

Ada orang yang memutar-mutar kipas angin di langit-langit dengan tangannya –I have to fight the urge to turn it on—Ada manusia-manusia aneh yang berlarian, ada makhluk yang membuat tutup botol berterbangan ke mana-mana, i mean... really, guys. Just don't do that. Ini hari pertama kalian sekolah dan you have to act like a freak?!

Tiba-tiba ada sesuatu yang menghalangiku mengobservasi makhluk-makhluk aneh yang pada akhirnya harus kusebut dengan teman sekelas. Dia tinggi dan memakai tongkat. Cengirannya lebar.

"Hai." Ia menjatuhkan diri di sebelahku—depan, sebenarnya. Aku kan sedang menghadap samping.

Aku mengangkat alisku.

Okay... so a "Hai" can make YOU sit with me?

"Hai........" jawabku sambil memutar diri dan menghadap ke depan.

"Gw Key. Nama lo siapa?"

Aku menoleh.

Ooh... dia berbicara padaku rupanya.

"Nara." Jawabku sambil tersenyum.

Dan dia nyengir lagi...

And i did too.

-To be continued-

-To be continued-

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A/N

Hai, hehehe, ini kali pertama gw nulis di wattpad (Kedua kali sih sebenernya, satu lagi Sweet), tapi cerita ini bakal jadi cerita yang panjang. Jadi semoga kalian suka!

Ini baru prolog, jadi ya... masih sedikit (Walaupun nanti gak akan panjang banget juga sih hehehe)

Enjoy! 

Tanpa BatasUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum