Epilog

6.1K 224 15
                                    

Rama masih berbaring diatas ranjangnya sambil melempar-lempar bantal kecil. Pikirannya kosong. Diatas meja belajarnya masih ada undangan pernikahan Vika dan Arka yang diselenggarakan hari ini. Vika PHP? Bukan, dia yang kepedean. Bisma dan Ruby sudah memperingatkannya. Dia yang bodoh. Bukan cinta yang membodohinya, tapi dirinya sendiri.

"Mau sampe kapan lu jadi jelek begini? Ayo cepet mandi, ganti baju!" Bisma membuka lemari pakaian Rama dan memilih milih baju. Raka memilih-milih sepatu. Sedangkan Riza menarik tubuh Rama dari kasur.

"Buruan ih! Kata ibu lu, lu kagak mandi 5 hari! Pake izin ke kantor ga masuk lagi!"

"Gue tahu lu ganteng, Ma! Tapi nggak pake nggak mandi juga dong!"

Rama menarik diri makin dalam dengan kasurnya. Malas. "Buat apa ganteng kalau ditinggal nikah." jawabnya dengan suara yang serak. Raka dan Riza kembali menarik tubuh Rama. Riza dan Raka sudah habis pikir. Terlebih lagi Bisma. Dia ingin menggetok kepala Rama dengan gitarnya. Hello! Menurut L gue mau ke nikahannya Ruby? Batinnya.

"Ram! Elah chicken banget lu! Ayo bangun! Gentlemen dong kayak Bisma kemaren!" Raka masih menarik tubuh Rama. Tidak tahan dengan ketiga laki-laki yang bawelnya sudah seperti ibu-ibu kompleks rumahnya, pada akhirnya Rama bangkit dan mengambil handuknya. Mandi. Riza yang gayanya cowok masa kini dengan berewok macho, memakaikan pomade ke rambut Rama. Kalau Rama yang sekarang, dengan brewok patah hatinya yang berantakan, namun tidak mengurangi kadar ketampanan Rama. Ia menggunakan kemeja putih dan vestnya. Ia menolak mengenakan jasnya. Tidak lupa, dasi kupu-kupu merah, kesukaan Vika. Kata Vika, laki-laki yang pakai dasi kupu-kupu merah kadar kegantengannya naik lima tingkat. Jadi, para Pasukan Bodrex beli dasi kupu-kupu merah kembaran.

Acara pernikahan Vika dibuat dengan tema garden party. Mereka tidak duduk di plaminan terus menerus, tetapi menyempatkan diri berjalan-jalan menyapa tamu-tamu dan bernyanyi bersama teman-teman bigbandnya. Sampai akhirnya sesi pesan kesan. Setelah beberapa teman Vika dan Arka sudah memberikan pesan dan kesan. Sekarang giliran Pasukan Bodrex. Setelah tunjuk-tunjuk, Bisma menunjuk Rama.

"Rama tuh Rama! Kan tetua dia di Pasukan Bodrex!" Setelah di gong-gongin,akhirnya Rama maju. Ia memandang Vika. Dia begitu cantik dengan dress kebaya yang membentuk tubuhnya.

Rama melonggarkan dasi kupu-kupunya. Lehernya terasa kering. Bulir-bulir keringat menyucur dari dahinya. Tetapi, tiba-tiba, bayangan-bayangan Vika lewat di kepalanya, dan membentuk rangkaian kata.

"Vika, saya, Bisma, Ruby, Riza, Ayu, Mei, dan Reza sudah berteman sejak kita masuk SMP, sampai sekarang. Setiap Sabtu, sehabis kita lulus kuliah, kita selalu berkumpul di Cafe Laffe untuk menjaga hubungan kita karena kebetulan, kita semua kerja di Jakarta semua. Itulah hari yang selalu saya tunggu-tunggu, untuk bertemu Vika.

Setiap hari, saya melihat Vika menanti kereta di peron. Tetapi, saya hanya melihat Vika dari jauh. Takut untuk menyapa. Kalian bilang saya pengecut? Iya, memang.

Lalu, pada saat Vika terjatuh, saya hadir dalam hidup Vika. Saya menganggap perasaan itu perasaan cinta, tetapi saya salah. Vika hanya menganggap saya teman. Dulu, Vika pernah menyatakan perasaan kepada saya saat SMP. Tetapi, saya malah mengata-ngatain Vika. Dulu, Vika yang mengejar-ngejar saya, sekarang kebalikan. Mungkin ini yang disebut karma does exist." Rama menarik nafas panjang. Ia menahan airmatanya. Ia melonggarkan dasinya sekali lagi.

"Vika, cintanya kepada Arka sangat besar. Saya bodoh dan berharap terlalu banyak. Tadi, jika tidak dipaksa Bisma, Riza, dan Raka, saya tidak akan kesini karena saya tidak sanggup melihat orang yang saya cintai bahagia dengan pria pilihannya."

Saturday Afternoon CoffeeWhere stories live. Discover now