Dua Dua. Dua

Mulai dari awal
                                    

"Katakan padaku kalau semuanya itu bohong?" teriak Rima begitu saja.

"Aku tidak pernah mengajarkanmu untuk masuk ke ruangan orang lain tanpa mengetuk pintu."

Brakk ... Rima memukul keras meja Djaja, "katakan semuanya ini bohong. Katakan kalau ayah tidak ada sangkut pautnya dengan kebangkrutan perusahaan Abraham dan juga bukan ayah yang membuat Abraham meninggalkanku."

"Apa yang masih kamu harapkan darinya? Itu sudah masa lalu dan kamu masih mengungkitnya?"

"Dia ayah dari anakku. Bagaimana ayah tega?"

"Jangan salah sangka. Aku tidak pernah menyuruh Abraham untuk meninggalkanmu ataupun bercerai denganmu. Itu keputusannya. Aku hanya memberikan pilihan padanya karena perbuatannya yang sudah menggelapkan uang."

"A-Aku membenci ayah!" teriak Rima yang langsung berjalan pergi meninggalkan ruangan. Meninggalkan Djaja dengan seorang lelaki yang sedari tadi berdiri dibelakang tanpa suara dengan menampilkan senyuman liciknya.

Lelaki itu, Abraham berjalan mendekat masih tanpa suara mendekat ke arah Djaja. Djaja berdiri dari tempatnya sambil menutup ponsel flipnya sehingga sambungan terputus begitu saja. Mereka berdua saling pandang dengan penuh kebencian.

"Apa kau puas membuat putriku membenciku sendiri?" sindir Djaja dengan mencengram pegangan kursinya. Suara tawa mengejek keluar dari mulut Abraham.

"Tentu saja tidak. Aku akan puas jika sudah menghancurkan keluargamu, seperti kamu menghancurkan keluargaku," ancam Abraham dengan percaya diri.

Diluar ruangan, Rima berlari dengan air mata yang tergenang di pelupuk matanya sehingga ia menabrak sesuatu yang keras dan bidang, membuatnya terhuyung kebelakang. Sepasang tangan kekar yang ia kenali menangkap tubuhnya sebelum terjatuh. Noval, suaminya saat ini, satu-satunya orang yang ia cintai yang akhirnya mendapatkan restu Djaja karena perjuangan Noval yang setia kepada Rima.

"Ada apa?" tanya Noval yang mendapati istrinya menyambut kedatangannya dengan tangisan. Tanpa menjawab pertanyannya, Rima memeluk erat tubuh hangat Noval, menenggelamkan suara isak tangisan pada dadanya. Noval yang pulang kerja dan tidak mengetahui apapun, hanya bisa membalas pelukan Rima dengan mengusap lembut kepalanya.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku yakin semua akan baik-baik saja," ucap Noval yang mencoba menghibur istrinya. Isak tangis yang saat ini ia dapatkan sebagai respon. Ia mengecup lembut puncak kepala Rima yang masih dalam dekapannya. Sebuah tatapan tajam mengusik ketenangan Noval yang membuatnya segera melihat ke arah seseorang yang sedang memandang mereka berdua.

Abraham berdiri tepat di depan ruangan Djaja yang sudah ia tutup kembali ketika ia keluar. Pemandangan tidak sedap dihadapannya membuatnya begitu muak. Wanita yang berhasil menghangatkan hatinya yang dingin sedang berpelukan dengan lelaki payah. Sampai sekarang ia tidak habis pikir dengan apa yang dilihat Rima kepada lelaki payah itu, Noval, lelaki yang mengisi sebagian hati Rima saat ia masih berstatus sebagai suami Rima.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Noval yang menyadari keberadaan Abraha, setelah ia melonggarkan pelukannya kepada Rima.

"hanya bertemu dengan keluarga lama," jawab Abraham dengan senyum liciknya.

"Kalian masih saling bertemu satu sama lain?" tanya Noval kali ini kepada Rima yang tengah berdiri di hadapannya.

"Ti-tidak ... Kita-"

"Tentu saja kita masih saling bertemu. Bagaimanapun juga dia masih ibu dari anakku." Abraham memutus ucapan Rima dengan berjalan mendekat kearah dua pasangan di depannya. Ia meraih tangan kecil Rima dan mengecup lembut punggung tangannya.

Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang