Tiga

37.2K 1.5K 20
                                    

Sebentar lagi kita memasuki long weekend. Itu artinya bisa LIBURAN!!

Semangat bekerja tiga hari (Maaf omongan ngaco)

K.S.

**

Aku berjalan mondar mandir mengelilingi ruangan sempit ini dalam kegelapan. Aku mempertanyakan keberadaanku saat ini yang terperangkap di tempat asing dengan orang-orang aneh di sekitarku. Terutama gadis itu yang seenaknya menyatakan bahwa aku kehilangan ingatan hanya karena aku tidak ingat bagaimana aku bisa ada di tempat terkutuk ini. Bahkan semua barang-barangku lenyap begitu saja yang tersisa hanya kaos hitam dan celana jeans yang aku kenakan pada malam itu.

Seberkas cahaya memasuki cela daun pintu yang setengah terbuka, aku menoleh kebelakang dan menepati gadis dungu itu sedang duduk berjongkok menatap gerak gerikku. Ia mendongakan kepalanya dan menangkap mataku yang sedang menatapnya.

"Kak Surya ingin buang air?" Surya, ia memanggilku dengan nama pemberiannya yang kampungan. Aku tidak memperdulikannya, aku berjalan ke arah ranjang, berbaring kesamping membelakanginya. Perlahan aku bisa merasakan terdapat gerakan di belakangku. Aku menoleh dan mendapati gadis itu, Chika sedang bertumpu dengan lututnya diatas kasur sembari menatapku.

"Mau apa?" tanyaku kesal. Ia pun duduk bersimpuh dengan kedua tangan diatas paha putihnya yang tertutup setengah akan celana pendek corak bunga.

"Kepala kak Surya, masih sakit?" tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Aku menghela napas pendek ketika mendengar suara kecilnya.

"Ya. Bisa kamu tinggalkan aku sendiri?" jawabku singkat. Aku pun membalikan badanku kembali.

"Kak Surya tidak lapar?"

"Tidak."

"Kak Surya dari kemarin belum makan. Makanlah sedikit setidaknya menemani Chika di meja makan."

Aku diam.

"Kakek sedang berkumpul dengan orang-orang di pantai untuk mempersiapkan syukuran laut setahun sekali, jadi tidak bisa menemani Chika makan malam."

Aku masih diamn mendengarkannya. Tiba-tiba suara isakan terdengar dari belakang. Aku pun menoleh dan mendapati dirinya yang sedang menutup wajahnya dengan lengannya yang kurus. Aku bangkit duduk di depannya.

"Chika tidak suka makan sendirian. Chika takut. Chika tidak mau di tinggal sendirian seperti ayah yang pergi meninggalkan Chika begitu saja di rumah kakek." Chika berkata dengan isakan yang terdengar mebitu memilikan hati.

Sialan, anak ini berhasil membuatku tidak karuan. Sebelumnya dia dengan mudahnya membuatku menurut dan sekarang dia berhasil membuat hatiku ikut sedih mendengar ceritanya.

"Aku lapar. Apa ada makanan?"ucapku yang saat ini sudah turun dan berdiri di samping ranjang. Chika mendongakan kepalanya, menatapku yaang sedang berdiri. Ia pun tersenyum sembari menghapus air matanya dan turun dari ranjangku.

"Ada ayam goreng dan sambal mentah."jawabnya yang berjalan keluar kamar. Aku mengikuti langkah kecilnya dari belakang. Tanpa kusadari saat ini senyuman mengembang diwajahku ketika melihat ekspresi wajahnya dengan mudahnya berubah-ubah secepat kilat yang datang dan pergi ketika hujan lebat.

"Jadi, darimana asalmu sebenarnya?"tanyaku kepada Chika setelah ia meletakan segelas teh hangat di depanku dan duduk berhadapan denganku setelah mencuci bersih bekas makan malam kita. Chika menatap bingung ke arahku sambil memiringkan kepalanya ke kanan.

Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now