Dua Dua. Dua

14.5K 709 11
                                    

Asap panas menyembul keluar dari cangkir kopi maupun teh yang disediakan Minah, ART paling muda, di atas meja diantara kami berlima kecuali Rekka yang saat ini sudah berada di luar ruangan. Suasana befitu serius saat semua berkumpul dalam satu ruangan. Tidak suka. Suasana paling tidak mengenakkan pada waktu genting, dimana aku sedang was was memikirkan keberadaan Chika yang sampai sekarang belum ada jejak.

Beberapa waktu sebelumnya, Fajri menghubungi Rekka. Ia menginformasikan mengenai lelaki brengsek yang berbicara dengan Chika sebelum ia menghilang, Nathan, yang juga menghilang tanpa jejak. Dalam rekaman terakhir terlihat ia mengejar mobil van yang membawa Chika. Ia saat ini menjadi kunci keberadaan Chika, tapi keberadannnya pun tidak terlihat.

Hening terasa begitu menyesakkan saat ini. Kepergian Minah dari ruangan tak ada seorang pun mengucapkan kata-kata, hanya suara napas masing-masing yang saling beradu satu sama lain. aku tidak punya banyak waktu, "bisa jelaskan maksud pembicaraan kalian tadi? Jangan membuatku menunggu dengan sia-sia tanpa kepastian."

Om Noval meraih cangkir kopi didepannya, menyesap pelan dan menghembuskan napas pendeknya, "apa yang ingin kamu ketahui?"

"Semuanya yang kalian berdua tutupi."

"Rima tidak membunuh ayah. Dia bukan orang terakhir yang ditemui ayah," gumamnya pelan.

Flashback ON

Pria itu duduk di kursi kebangannya di dalam ruangan pribadi di rumah megah yang ia tinggali saat ini. Ia membuka file penyelidikan yang ia minta kepada Robert, penyelidik kepercayannya dan tanggap mengenai serigala berbulu domba yang berdiam disekitarnya untuk menghancurkannya dan keluarganya.

Ia meraih ponsel flip kecilnya yang ia letakan di atas meja dekat lampu meja dan menghubungi seseorang di seberang sana. Pengacara keluarganya. Seperti ajaran tua keluarganya, dimana ia harus memiliki berbagai rencana dalam hidup, kali ini ia menerapkan ajaran tersebut. Ia menginformasikan pengacaranya untuk segera mengganti surat wasiatnya dengan wasiat cadangan yang ia buat dan memintanya untuk menghancurkan surat wasiat pertamanya.

Dan yang terakhir adalah menjaga hal berharga miliknya. Ia menghubungi pengawal pribadinya untuk menjaga anak satu-satunya dan satu orang lagi yang mungkin dapat ia andalkan untuk menjaga miliknya saat sesuatu terjadi dengannya.

"Selamat malam Tuan Besar," jawab lelaki di sebrang sana dengan suaranya yang samar dengan dentuman musik keras di belakangnya.

"Kalian masih ada diluar?" tanyanya.

"Maaf."

"Bukan salahmu. Cepat bawa dia kembali sekarang dan untuk sementara jangan keluar di tempat umum kecuali kampus."

"Jika saya boleh tahu, ada apa sebenarnya?"

Hening. Pria tua itu, Raden Djaja Kandou terdiam sambil menatap file di depannya yang membuatnya khawatir akan keluarganya.

"Bawa dia pulang sekarang."

"Baik."

"dan Rekka," panggilnya sebelum panggilan ia putus, "apa kamu bisa berjanji akan menjaganya apapun yang terjadi? Menemaninya sampai ia benar-benar bisa berdiri sendiri?"

"Apapun itu, saya berjanji kepada anda," jawab Rekka dengan nada tulusnya yang membuat Djaja menghela napas lega.

Saat hendak mengucapkan kata terakhirnya, pintu ruangannya terbuka lebar diikuti dengan hentakan keras yang berhasil membuat pria itu menjatuhkan ponsel flipnya diantara tumpukan kertas di mejanya tanpa memutus sambungan. Seorang wanita dengan wajah anggunnya di usia kepala empat, masuk kedalam ruang kerja pribadi pria itu dengan raut muka marah.

Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now