32. A Little Hug

25.7K 2.4K 249
                                    

Tolong baca author note paling bawah ya gurls

Indonesia 2015
Raka

Setelah Jared meninggalkan jejak perih dipipiku, ia membawa Janet ke kamar mereka. Aku hanya bisa mematung di pintu kamar mereka saat melihat Jared dan Janet bersembunyi dibalik selimut. Suara Janet terdengar terisak di baliknya dan beberapa kali terdengar Jared menenangkanya.

Malam itu Kinara pulang hampir tengah malam diantarkan supir kantornya, lebih tepatnya ia terpaksa pulang cepat setelah aku meneleponnya. Ia hanya menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan saat aku menceritakan kejadiannya, Kinara tak langsung merespon, ia meninggalkanku ke kamar Double J.

Tak berapa lama, Kinara sudah duduk disampingku. "Anak-anak udah tidur, biarin aku yang coba jelasin sama mereka. Mending kamu pulang sekarang, mereka butuh waktu... Aku minta tolong banget sama kamu... Kasih mereka waktu... Mungkin sehari atau dua hari mereka bakalan lupa. Janji, aku bakalan hubungin kamu kalo mereka udah lupain kejadian tadi."

Pulang ke villa sama sekali tidak bisa memejamkan mata, hanya menatap kosong ke langit-langit kamar sampai kesadaran hilang dengan sendirinya. Butuh waktu beberapa saat untuk bangun, rupanya aku lupa untuk berganti baju. Setelah melepaskan kemeja hendak akan mandi, aku tertegun melihat nama Janet dan Janet di lenganku dengan crayon warna-warni. Tak jadi mandi, bergegas aku mengenakan kembali bajuku dan menjalankan mobilku.

Kerinduanku pada mereka hanya bisa aku salurkan dengan mengelus tinta di atas permukaan kulitku, tinta itu berwarna-warni seperti warna crayon yang Jared dan Janet tulis. Pagi hari setelah kejadian itu, tatto Artist sedikit mengerjapkan matanya tidak percaya, ketika aku mengungkapkan keinginanku membuat tulisan nama Jared dan Janet si lenganku menjadi sesuatu yang permanen. Saat jarum tato mencium kulitku tak ada yang kurasakan, rasanya tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit dari tatapan Janet dan Jared.

Ini hari ketiga setelah malam dimana Janet menganggapku seorang pembohong. Sudah hampir ribuan kali aku memaki tindakan gegabahku mengaku pada mereka, tapi toh tidak akan merubah apapun.

Aku sudah mengirimi pesan bertanya pada Kinara bagaimana keadaan mereka, tapi Kinara hanya berkata bahwa aku harus lebih bersabar.

Mencoba untuk meredam keinginanku menghubungi atau mendatangi rumah mereka, jadi aku kembali ke Jakarta memenuhi panggilan investigasi tim dewan Rumah Sakit.

Lamunanku terhenti saat mendengar dering telepon di ruang televisi, dengan malas aku mengangkatnya. Dari sapaanya aku tahu itu Mita, Resepsionis tower apartement ini. Aku hanya menjawab sapaanya dengan gumaman.

"Halo Pak Raka, ada tamu buat bapak di lobi."

Biasanya jika orang dekat seperti Rezky, Bunda, Levina, dan Emma, mereka akan langsung datang ke atas karena mereka sudah tahu passcode lift dan apartemenku. Aku mengingat-ngingat apakah aku mempunyai janji pagi ini... Tapi sepertinya tidak ada.

Ini aneh.

"Siapa, Mit?"

Ada jeda beberapa detik sepertinya Mita sedang menanyakan nama tamu tersebut.

"Namanya Kinara, Pak. Mau di temui di lobby atau-"

Kinara datang kesini?

Ada apa?
Apa ada yang salah dengan anak-anak?
Apakah anak-anak terlalu marah hingga mereka akan pergi dariku lagi?

Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang