5. Kinara's Plan

29.5K 2.2K 32
                                    


WARNING!!!!!!!! : typo(s)

------------------

    

JAKARTA 2015
RAKA

              Pepatah bilang bahwa impian adalah salah satu nyawa seseorang, tanpanya hidup manusia tidak bermakna dan tak berarah. Sebelum mengenal Kinara hidupku bagai dalam perahu tanpa nakhoda, terombang ambing di lautan luas. Kinara memberiku hidup yang bermakna, hidup dalam mimpinya.

              Menenteng stetoskop, aku hendak keluar dari ruangan Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) kembali ke Poli Kardiologi. Pasien yang ada di dalam ruangan ini berbeda dengan bangsal lain, khususnya penanganan terkait kelainan jantung. Kakiku berhenti di depan nurse station, tempat beberapa koas sedang duduk santai langsung berdiri. Suster Andhini sigap memberi rekam medis seorang pasien yang aku minta, tanganku meraih papan dada berisi tumpukan data pasien mengecek setiap lembarannya. 

              Begitu aku mengucapkan terimakasih kepada Suster Andhini, seorang koas menghentikan langkahku. "Dokter, mohon izin bertanya. Kalau bising di katup  pulmonal itu kemungkinannya apa ya, dok?"

             "Tergantung. Bisingnya saat sistolik atau diastolik? Ya nanti bisa mengarah pada CHF** juga," ucapku.

             Koas wanita dihadapanku menggigit bibirnya terlihat cemas dan takut, "Kalau klinis pasiennya baik, tapi ada bising katup pulmonal bisa dok? Gejala sesak dan berdebar-debar, waktu saya periksa thought that I hear something strange, something abnormal."

           Ingatanku jatuh pada pasien yang ada di ICCU, dan mendapati tidak ada pasien yang mirip dengan apa yang disebutkan. "Bisa saja. Klinis baik itu maksudnya gimana? Maksud kamu pasien bed berapa?"

          "Ehm.. saya, dok, pasiennya," ucapnya terlihat ragu dalam menjawab.

          "Kamu dek?" Rencana awalku meninggalkan ICCU hilang seketika digantikan rasa penasaran, langsung mengambil stetoskop dan memintanya duduk di salah satu tempat tidur kosong dekat dengan nurse station. Ekspresi koas wanita itu sangat terlihat cemas begitu ujung diafragma stetoskop menempel pada dadanya. Dari jarak yang sangat dekat seperti ini, aku bisa melihat dengan jelas kornea dibalik kacamatanya. Bola mata dengan warna coklat terang, mengingatkanku pada seseorang yang menjadi alasanku menjalani hidup. Aku merasa kaget karna mendapati diriku sedikit tertarik padanya, mungkin karna sudah terlalu lama semenjak Kinara pergi meninggalkaku.

         Belum sampai sepuluh detik, indra pendengarku menangkap suara detak yang tidak normal seperti ada bising pada katup jantung seperti apa yang dia katakan sebelumnya.

         "Sudah pernah di echo**? Di echo mau ya?" pintaku.

          "Belum pernah, dok tapi saya mau."

          "Kalo sudah di echo kamu ke poli ya temui saya lagi, bawa hasilnya. "

           Koas wanita itu tersenyum lebar lalu berterimakasih saat turun dari tempat tidur. Mendorong pintu ICCU, aku bersandar di dinding. Mata itu mengingatkanku pada pertemuan malam hari dengan sosok yang mirip sekali degan Kinara. Sialnya, rindu ini tak kunjung hilang.

                Kinara... Dimana kamu? Apakah itu benar kamu?

              Aku melirik arloji di tanganku sebelum makan malam bersama Levina dan Rezky, aku harus mendatangi rumah itu lagi. Jika yang dilihat oleh mataku tadi malam benar, Kinara pasti ada di rumah itu.



Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang