7. Moved

29.7K 1.9K 118
                                    


Indonesia 2015

Kinara

Siang hari setelah perdebatan aku dengan tante Denisa di meja makan, aku langsung bertolak ke Bandung, untuk menemui Papa. Ternyata Papa sehat bugar, ia tidak jatuh dari kuda yang ditungganginya seperti yang dikabarkan. Semua hanya rekayasa Papa, Kak Katia dan tante Denisa agar aku kembali ke Indonesia, kembali berkumpul bersama keluarga Kak Katia yang sudah terlebih dahulu berencana menetap di Indonesia. Kak Katia yang tinggal di Inggris juga akhirnya memutuskan untuk menetap di Indonesia bersama suaminya, Harry dan anak semata wayangnya Kenan.

Awalnya aku sangat marah dibohongi oleh keluargaku tapi ketika Papa mengutarakan isi hatinya bahwa ia melakukan ini karna terpaksa. Jika ia tidak berbohong, mungkin aku masih menetap di Amerika dan tak akan pernah kembali. Papa mengelih rindu pada Double J, yang ia inginkan hanya aku berhenti melarikan diri.

Double J sudah cukup umur untuk mengenyam pendidikan sekolah dasar, kebutuhan mereka sangatlah banyak. Saat di Amerika aku sebagai single parent bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan mereka, sementara Double J diasuh oleh pembantu sekaligus Babysitter. Papa hanga menginginkan aku mengurus usaha keluarga agar Double J tetap tidak kehilangan perhatianku.

Impian Papa hanya satu, ia menginginkan berkumpul bersama cucu-cucunya di masa tua.

Akhirnya, aku menyetujui untuk resign dari pekerjaanku sebagai editor majalah fashion kenamaan dunia dan fokus mengontrol bisnis ayah di bidang publisher. Mengurus kepindahan ke Indonesia juga memakan waktu yang cukup lama.

Hari selanjutnya, kakakku - Katia, datang ke Bandung bersama Double J, suaminya, dan Kenan - anak Katia. Tiga minggu terakhir ini Double J menikmati liburan musim panasnya di Rumah Katia.

Sudah 3 bulan ini aku tinggal di rumah Ayah, sementara keluarga kak Katia tinggal tidak jauh dari rumah kami, mereka tinggal dalam satu kompleks perumahan yang sama.

••••

Minggu pagi yang cerah di bulan September 2015 - Bandung

Sudah 5 menit aku membujuk Red turun agar mandi dan sarapan pagi. Jared atau sering di panggil Red sangat suka panjat memanjat, hobinya yang baru ia temukan saat menonton salah satu program tv tentang petualangan alam rock climbing. Hingga akhirnya ia memanjat apapun yang bisa dipanjat salah satunya pohon mangga di rumah Ayahku, Kakek Jared.

"Red! Turuuuun! Nak ayo sayang. Ayo mandi terus kita sarapan,"

Jared yang sudah ada di atas pohon mangga kembali menggeleng. Melihat ia memanjat saja sudah membuatku ngeri, ada banyak kemungkinan kecelakaan bisa terjadi terpleset lalu patah tulang misalnya.

"I wont breakfast," tolaknya lagi.

Tiba-tiba suara pintu yang menghubungkan dapur dan halaman belakang terbuka menampakan wajah Janet yang sudah segar dengan dress pinknya. Bau bedak bayi menguar memerangkap indra penciumanku, sesuatu yang paling aku sukai setelah memandikan mereka.

Janet menarik-narik ujung blouse merah jambuku "Buna, i'm starving," rengek Janet.

Janet dan Jared merupakan kembar identik, yang terlahir terlebih dahulu adalah Jared. Satu-satunya pembeda merek adalah rambut Janet lebih panjang daripada Jared dan kulit Jared yang sedikit lebih gelap dibanding Janet, karena sering terpapar sinat matahari. Entahlah, jika sepuluh tahun mendatang bila Jared memutuskan untuk memanjangkan rambutnya maka akan sangat sulit membedakan satu sama lain jika bukan dengan mengecek kelamin mereka.

Janet sama cerewetnya dengan Jared, tetapi kadang ia bisa sedikit lebih bijaksana dan dewasa daripada kakaknya.

"Bunda udah bikinin pancake di meja sayang, dimakan ya."

Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang