18. Truth and Tears

32.7K 2.6K 205
                                    

Halow,
here i'm present to you part 18!
Cuma mau bilang makasih sudah mendukung dan berkerjasama dengan aku!
All the support, vote, comment dan selalu mantengin part 14... God... Oyi bersyukur sekali punya kalian:")

Terimakaciw terimakaciw terimakaciw!!!!
Q shayang kalian!!!!!
Selamat berakhir pekan.

Sampai ketemu kamis! Well, pengecualian kalo support kalian kenceng mungkin saya akan kecepetan update gak sesuai jadwal hihihi.

Bunch of love,
Oyi🖤🖤

••••

Bandung 2015
Kinara

Bagaikan baru saja dijatuhkan beban berton-ton, waktu seakan berhenti. Selama beberapa saat mata kami saling memandang, tanpa bisa mengeluarkan satu katapun. Aku mencoba memejamkan mataku sesaat, berharap sosok laki-laki itu hanya ilusi. Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin!

Saat aku rasa sudah siap, mataku perlahan terbuka tapi bayangan lelaki itu tak bergerak sedikitpun. Aku meyakinkan diriku lelaki itu pasti hanya sekedar mirip, ia bisa saja Rezky bukan Raka. Tapi, ya Tuhan... Pria dihadapanya sekarang jika dilihat lebih teliti sangat berbeda dengan pria tadi siang yang menolongnya. Lelaki dihadapanku sedikit lebih pendek dan kurus berbeda dengan pria yang menolngnya tadi pagi yang terlihat lebih bugar dan bidang serta tanpa bulu halus di dagunya. Aku mengulang mantra dalam diriku... Dia pasti bukan Raka, karna laki-laki dihadapanya sekarang terlihat lebih dewasa dan penuh dengan kharisma berbeda dengan Raka yang ada di memorinya.

"Kinara..."

Panggilan yang keluar dari bibir lelaki itu bagai sebuah belati menusuk telingaku. Aku bisa merasakan tanganku bergetar hebat. Kalau pria dihadapanya adalah Rezky, ia tak mungkin tahu namanya dan memandang dengan raut penuh keriduan.

Berbagai pertanyaan sialan berkecambuk didalam kepalaku. Mengapa aku harus memilih restoran cepat saji sialan ini? Mengapa aku tidak pergi lebih awal? Mengapa semakin jauh aku ingin pergi menjauh darinya, semakin Tuhan mempertemukanku?

"He must be Jared... They are mine."

Aku meremas dompet ditanganku penuh dengan keresahan. Laki-laki yang mengisi seluruh hari dimasa SMAnya, laki-laki yang menjadi alasan ia meninggalkan Indonesia dan laki-laki yang pernah begitu dicintainya berdiri dihadapanku sekarang. Raka benar-benar menyadari bahwa dua makhluk mungil dihadapan kami adalah buah dari kebodohan remaja.

"Hey auntie lepas!" teriakan Jared seakan membawaku kembali pada ruangan ini, mataku tak lepas dari tangan Jared yang masih dalam genggaman Levina. Janet yang menarik ujung bajuku, tiba-tiba melepaskan dirinya lalu berlari menghampiri Jared. Levina menatap diriku canggung, lalu melepaskan tangan Jared dari genggamanya.

"Kak Red, Auntie itu temen auntie Kat. Kak Red gak boleh nakal sama Auntie rambut bagus nanti dimarahin sama uncle itu," bisik Janet kepada Jared tapi setiap orang di ruangan itu masih bisa mendengarnya dengan jelas. Aku bisa melihat pandangan Janet jatuh kepada Raka, "Uncle itu loh yang tadi siang gendong Buna."

"Jadi Uncle itu yang bantuin bunda?"

Janet mengangguk semangat, "Kita harus makasih sama uncle. Kata eyang kalo makasih harus salim."

"Salim?"

Aku bisa melihat wajah kebingungan Jared, mereka saling bertukar pandang, "Kiss his hand. Should we?"

Setelah bisik-bisik aku bisa melihat Jared dan Janet perlahan berjalan ke arah Raka. Ingin aku rasanya secepat kilat aku membawa mereka keluar dari sini dan meninggalkan Raka. Tapi Janet dan Jared bukanlah anak yang bisa dengan mudah dibohongi. Mereka akan bertanya mengapa aku menghindari Raka. Bisa saja aku mengarang cerita bahwa Raka adalah penculik yang harus dijauhi. Tapi saat mereka tahu kebenaran yang sebenarnya, akan lebih sulit lagi untukku menjelaskan siapa Raka dan mengapa aku berkata demikian. Aku tidak mungkin kembali berlari, kan?

Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang