Part 12b

204 13 0
                                    




(12b)

Sumedang di Hari Minggu sore ini terasa begitu cerah nan berseri bagi keluarga kecil Putera Haeris Wijaya tentunya juga bagi Zeezee, pasalnya mereka kini dapat berkumpul liburan keliling Kota Sumedang bersama. Hal yang sungguh sangat langka terjadi dalam keluarga ini.

"Ahhhh.. Ibun bahagiaaaa banget hari ini, terimakasih yah Echa sayangnya Ibun udah mau kesini nengokin Ibun dan Ayah. Kamu juga Zee, makasih banget lho udah mau nemenin Echa ke Sumedang, ibun senang banget bisa lepas kangen sama kalian sambil jalan-jalan begini" Ibun nampak sangat bahagia dengan senyum yang tak pernah lepas mengulas di wajahnya.

"Sudah bun, kasian dua anak gadis ini bakalan gepeng kalo dipeluk erat banget begitu" Ayah berujar mengingatkan Ibun.

"Huuu Ayah, bilang aja Ayah iri kan pengen juga dipeluk sama anaknya? Peluk sana Cha"

"Hihii Ayah jangan iri gitu ah udah tua ga baik kalo kebanyakan ngambek. Siniii Echa peluk Ayah yang gantengnya ga pernah ilang dan ga ada yang ngalahin" Echa berangsur ke pelukan ayahnya.

"Yakin nih gantengnya Ayah ga ada yang ngalahin? Kalo Diza gimana? dengan Ayah lebih ganteng siapa Cha?" Ayah sepertinya juga sedang dalam mood yang amat baik, terlihat dengan kelakar yang baru saja ia lontarkan untuk Echa. Ia bukanlah tipikal pria yang gemar berkelakar kecuali jika dalam keadaan mood baik.

Namun ternyata Echa tidak mengindahkan kelakar Ayah, sebaliknya ia malah terlihat semakin kesal disinggung perihal Diza.

"Oh c'mon Dad, that's retorical question" Echa menanggapi Ayah dengan jawaban ambigu dan wajah yang ditekuk.

Sepertinya ia sungguh sangat bosan mendengar nama Diza yang selalu digaungkan oleh hampir setiap orang yang berada di sekelilingnya, mulai dari teman kantor, sohib GirlPower, kelas balet, bahkan kini ketika ia sudah sampai di kota yang amat jauh dari keberadaan Diza pun ia tetap mendengar nama pria itu berlarian di telinganya.

~~

"Za, laper.. Itu ada Yoshinoya, ke sana yuk, aku laper banget ni tadi kita belum jadi makan siang kan" nampak seorang wanita sedang merayu Diza untuk mengajaknya makan

"Emang tadi kita ga jadi makan ya? Maaf Ta, aku lupa.. Yuk, eh tapi ada Hokben tuh sebelah sananya, mau hokben atau Yoshinoya? Atau yang lain?" Ada yang berbeda dari Diza. Biasanya ia sangat sangat peduli dengan jam makan.

Terlebih jika ia sedang bersama Echa, ia tidak pernah lupa untuk mengingatkan Echa pada saat jam makan tiba. Ia tidak ingin melihat Echa sakit, drop seperti sekitar satu tahun lalu yang mengharuskannya bedrest total selama dua bulan.

"Yoshinoya aja ah, aku lebih suka itu daripada Hokben. Kalo yang lain mah besok-besok aja Za, udah laper berat nih butuh makanan yang ekstra cepat"

"Kok tumben kamu lebih milih Yoshinoya daripada H.... Eh?!" Diza seperti tersadar sendiri dengan ucapannya barusan membuat bingung wanita yang sedang berada di hadapannya.

Sepertinya ia lupa kini ia sedang tidak bersama dengan wanita itu, wanita yang belakangan ini hilang dan tidak memberinya kabar, entah mengapa.

"Kenapa Za? Aku kan memang suka banget dengan Yoshinoya kamu lupa ya? Jahat ih, baru juga kemarinan kita makan bareng kan di Spore waktu kamu nemenin aku nyari gadget murah beberapa bulan lalu ? Lupa? Umur memang ga bohong sih ya? Hihii" Aletta berusaha berkelakar dengan Diza, namun Diza hanya menanggapi seperlunya.

"Aku ga lupa kok, tadi cuma sedikit skip. Yuk" Diza kembali dengan sikap datarnya. Sepertinya mood buruk kembali menerpa. Kejadian barusan yang tidak sengaja mengingatkannya pada sahabat wanita kecilnya itu membuat mood Diza kembali turun, alhasil kini ia pun mulai dengan sifat dan gaya bicara yang sangat irit.

The Art of FriendshipWhere stories live. Discover now