Keduapuluhempat

20.2K 912 34
                                    

Iwan dan Sita tengah duduk disofa diruangan nonton sambil menatap tv plasma besar dihadapan mereka. Hening terjadi diantara mereka, hanya suara tv plasma mendominasi diantara mereka. Iwan terus menoleh kearah Sita yang hanya terdiam menatap kosong kearah depan. Sejak pulang dari restoran tempo hari, Sita lebih banyak terdiam, tidak seperti biasanya yang selalu cerewet kepadanya.

"Menurut mas, apa arti dari pernikahan kita?" tanya Sita memecahkan keheningan.
Iwan mengerutkan keningnya lalu menatap Sita begitu lekat.

"Apa mas menyesal udah nikahain aku?"

"Apa maksud kamu Sita?" Sita lalu menoleh kearah Iwan, sedetik kemudian air matanya sudah membasahi wajahnya.

"Aku.. Aku mendengarnya mas. Kamu masih mencintai mbak Kirana kan? Cinta lama kamu? Aku tahu semuanya dari mas Adam" ucap Sita yang sudah terisak. Iwan menatap sendu kearah Sita. Ia lalu menarik Sita kedalam pelukannya. Sita menangis dipelukan Iwan. Ia merasakan rasa pedih sekaligus rasa hangat yang bercampur menjadi satu. Iwan mengusap punggung Sita dengan lembut. Ia beberapa kali mengecup puncak kepala Sita sayang.

"Maafkan mas, Sita. Maafkan mas. Mas adalah orang yang memerlukan waktu untuk melupakan masa lalu. Tapi satu hal yang harus kamu ketahui. Mas sangat sayang kepadamu. Kasih mas waktu untuk mencintaimu Sita. Mas mohon" ucap Iwan yang sudah mengeluarkan airmatanya.

Sita merasakan badan Iwan bergetar dan punggungnya yang basah. Apa Iwan menangis untuknya. Sita lalu melepaskan pelukannya dari Iwan. Ia menatap wajah Iwan yang sudah basah dengan air mata. Sita lalu menghapus air mata Iwan. Iwan memegang telapak tangan Sita diwajahnya. Melekatkannya diwajahnya, merasakan kehangatan yang menjalar dari sentuhan Sita. Ia membawa Sita kembali kedalam pelukannya. Memeluk istrinya dan buah hatinya yang masih didalam kandungan dengan hangat.

**

Sue menatap tiga orang yang duduk didepannya saat ini. Senyum terkembang diwajah mereka masing-masing, tapi mereka tidak melemparkan senyum mereka kepada Sue seperti biasa. Mereka lebih tersenyum untuk diri mereka sendiri. Sambil menopang dagu dengan tangan, mereka bertiga yakni Kirana, Siska dan Laras menatap kosong ke arah depan sambil menyunggingkan senyum mereka. Sue menghela nafasnya dan menggeleng pelan lalu kembali mengoles roti panggangnya dengan selai coklat.

"Dasar kalian ini, kalau misalkan didepan umum seperti ini, kalian bisa dikatakan tidak waras" ucap Sue. Ia terkekeh pelan ketika Kirana, Siska dan Laras mencebik kesal kearahnya.

"Kau juga Sue, jangan mengelak, ayo ceritakan. Aku sempat melihatmu kemarin malam menonton movie yang bergenre horor tapi kau tersenyum. Senyum seperti orang yang sedang jatuh cinta" ucap Kirana. Sue menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia menghela nafasnya dan tersenyum malu-malu.

"Ayo ceritakan, aku penasaran Sue, siapa yang bisa melelehkan hatimu itu?" desak Laras.

"Sue, cepat ceritakan, aku juga penasaran, siapa yang bisa mengubah wanita datar seperti mu?" Sue mencebik kesal kearah Siska yang terkekeh pelan. Sedatar itukah tampangnya?

"Baiklah, kalau kalian memaksa, aku akan menceritakannya" ujar Sue sambil meletakkan roti panggangnya keatas piring.

Flashback on.

Sue berdiri dipinggir mobilnya sambil memainkan ponsel yang ada digenggamannya. Ia sudah bosan duduk didalam restoran atau duduk didalam mobil. Ia lebih memilih untuk mencari angin segar dengan menyandarkan tubuhnya disamping mobil sambil menunggu Kirana, Mama dan Nenek didalam restoran untuk melangsungkan pertemuan dengan lelaki yang akan dijodohkan dengan bossnya.

Merasa ada yang menarik ujung kemeja hitamnya, Sue mengalihkan pandangannya kearah bawah dan menampakkan seorang gadis kecil berambut ikal sedikit berwarna coklat, mempunyai pipi bulat dan matanya dengan iris hitam dan sudah hampir dipenuhi dengan air mata, yang diyakini Sue, sebentar lagi anak kecil ini akan menangis.

CantikWhere stories live. Discover now