"Oppa, kau bilang pada Oh Sehun kalau kau meminjamiku sweater-nya?" Wendy bertanya panik. Sedangkan Lay mengangguk santai.

"Kenapa memangnya?"

Wendy menghela napas panjang sambil bergumam, "Mati aku."

Chanyeol yang bisa lihat jelas wajah kebingungan Wendy tersenyum miring, "Mati kau! Takut kalau ketahuan mendekati Lay hyeong, huh? Tch, dasar gadis ini."

"Wen, memang kenapa kalau aku mengatakannya pada Sehun?"

"A—aku hanya takut kalau Sehun bilang pada yang lainnya, lalu member exo lainnya jadi salah paham pada hubungan kita."

Mati kalau Park Chanyeol sampai tahu

Wendy berucap dalam hati, kedua matanya menatap gelisah ke arah Lay. "Tenang saja, Sehun bukan orang yang suka membicarakan orang lain pada orang – orang kok."

Ya! Tapi aku yakin seratus persen kalau ia mengatakannya pada Chanyeol. Oh, mati kau Son Wendy!

Lagi, Wendy cuma bisa berteriak dalam hati. Senyum kecilnya terulas paksa, "Ya, kuharap begitu." Gadis itu bergumam lirih, kemudian meminum es americano-nya dalam diam. Pikirnya melayang gelisah pada Chanyeol yang mungkin saja marah besar padanya.

"Hei, tidak usah ditekuk begitu wajahnya! Tenang saja, Sehun pasti tidak akan bicara pada siapapun." Tegur Lay, pria itu mengulas senyuman terbaik yang hanya di balas senyum kecil oleh Wendy.

"Chanyeol oppa? Sedang apa berdiri disini?" Kedua mata Wendy melebar sempurna, gadis itu dengan cepat menoleh ke arah pintu. Menemukan Kang Seulgi yang sedang celingukan di ambang pintu.

"Wan-ah, kau... disini hanya bersama Lay sunbae?" Seulgi membungkuk sopan dengan canggung ke arah Lay, kemudian menatap Wendy penuh tuntut jawab. Sedangkan Son Wendy langsung berdiri, kedua matanya menatap pada Chanyeol yang hanya diam. Ekspresinya begitu dingin hingga membuat Wendy tak bisa berucap apapun selain membalas tatap pria itu dalam diam.

"Aku harus ke studio musik sekarang." Ucap Chanyeol pada Seulgi setelah memutus kontak mata dari Wendy.

"Ah, iya." Hanya itu yang bisa Seulgi pakai sebagai jawaban. Gadis berpipi tembam itu kembali menatap Wendy. "Kau tidak ingin keluar, Wan- ah? Aku harus bicara padamu." Seulgi memecah lamunan Wendy. Gadis itu dari tadi hanya diam mematung seperti orang bodoh.

Wendy tergelak dari lamunannya. Ia meneguk ludah berat kemudian berjalan keluar ruang latihan tanpa mau repot – repot berpamitan pada Lay. "Seul, aku akan cerita semuanya nanti." Begitulah ucapan Wendy ketika berdiri sebentar di depan Seulgi lalu melanjutkan langkah besar – besarnya untuk mengejar Chanyeol yang sudah hampir hilang dari pandang.

Kau bodoh, Son Wendy!

***

Wendy mengetuk studio musik pribadi Chanyeol yang memang sudah di siapkan di dalam gedung SM Ent baru ini. Tak ada jawaban, akhirnya Wendy membuka pintu tak sabar. Tatap matanya langsung bertemu dengan Chanyeol yang tengah duduk di sofa. Ekspresi pria itu masih sama dinginnya, dan bibir yang biasa mengoceh tak jelas itu terkatup rapat.

Wendy menghela napas berat, ia mengunci pintu kemudian menyeret langkah beratnya menghampiri Park Chanyeol. Duduk di samping pria itu, memberi jarak satu jengkal saja. "Kau tahu, apa yang kau lihat tadi hanya—"

"Kau ingin putus?" Wendy tersentak mendengar pertanyaan Chanyeol. Apa seperti ini rasanya ketika dia mengutarakan pertanyaan yang sama pada Chanyeol waktu itu?

"Apa maksudmu?" dan Wendy juga membalas sama seperti balasan Chanyeol dulu.

Chanyeol mendecih, senyuman miringnya tampak sebagai penghias wajah kesalnya. "Jadi kau menunggu Lay menerima perasaanmu, lalu meminta putus. Begitu? Aku tidak tahu kalau kau ternyata gadis yang seperti ini. Penilaianku padamu sejak dulu salah besar."

"Oppa, kau salah paham. Sungguh."

"Sebutkan padaku dimana letak kesalah pahamannya? Kau tidak pernah mengangkat teleponku, kita tidak bertemu selama hampir satu bulan tapi kau malah bertemu dengan Lay. Diantar pulang olehnya, bahkan memakai sweater pemberiannya ketika pergi ke Hongkong. Aku tidak mengenal Wendy yang sekarang." Chanyeol mengutarakan segala apa yang ada di pikirannya sambil menatap kedua mata Wendy. Napasnya menggebu di makan emosi. Apalagi melihat kedua mata berkaca – kaca Wendy yang berhasil membuatnya gusar sendiri. Ia marah, sungguh. Tapi ia juga tidak suka melihat Wendy menangis.

"Aku," Wendy mengulum bibirnya kuat – kuat. Lalu melanjutkan, "Aku tidak bisa mengatakannya sekarang, oppa."

"Tch, sekarang sudah jelas, Wen."

"Chanyeol oppa..." Wendy menarik ujung baju Chanyeol ketika pria itu tiba – tiba beranjak dari tempat duduknya. Sedangkan Chanyeol hanya menatap dingin pada Wendy.

"Mulai sekarang aku akan berhenti menghubungimu lagi. Terserah, kau mau membawa hubungan ini kemana. Aku tidak tahu, perjuangan kita selama ini untuk menutupi hubungan akan berakhir sia – sia. Sepertinya aku bodoh sudah berpikir kalau kau sangat mencintaiku, seperti aku yang sangat mencintaimu."

Selesai bertukas panjang, Chanyeol berjalan cepat keluar dari studionya. Hasrat membuat lagunya sudah hilang entah kemana. Kini ia hanya ingin segera pulang ke dorm atau mengambil job apapun. Di saat seperti ini Chanyeol selalu ingin mengalihkan rasa sakitnya pada kesibukan padat.

Wendy masih duduk di atas sofa. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Badannya gemetar, ini pertama kali Chanyeol marah besar padanya. Dan sungguh, ia tidak tahu kalau rencananya jadi melenceng jauh seperti ini. Bukan ini yang ia inginkan.

TBC

Hello^^

Setelah update ini, aku bakal update ff baru lagi yaa.

Judulnya 'Best Mistake' ceritanya tentang kampuslife , misteri dan psikologi gitu.

Cast-nya, Chanyeol – Wendy – Mark. Haha

Okelah, semoga kalian suka sama part ini juga suka sama ff baru saya. Hehe

Leave your comments below, dears ^^ And dont forget to vote ^^


MOMENTSWhere stories live. Discover now