A Person from the Past

Start from the beginning
                                    

Benar, Tae Hyung tidak pernah mencintainya. Lalu, kenapa ia masih seperti ini? Pemikiran Jimin ini berhasil membuatnya merasa bodoh sendiri. Tatapannya ia alihkan pada langit di atas sana. Menampilkan cuaca cerah tak berawan, membuat Jimin tersenyum karena warna kesukaannya tampak sangat jelas terpapar di depan matanya.

Biru langit.

Entah kenapa, Jimin selalu merasa sangat tenang jika melihat warna itu. Ah, mungkin ini merupakan salah satu alasan, mengapa Jimin sangat senang menatap langit.

"Kenapa kau tidak menjawab pesanku?" pertanyaan Tae Hyung berhasil membuat Jimin tersadar dari lamunannya. Dengan cepat ia tolehkan kepalanya, memandang Tae Hyung yang masih menatap ke arah depan dengan satu kaleng kosong di tangan.

"Jadi, pesan itu benar-benar berasal darimu?" Jimin balas bertanya. Pertanyaan bodoh memang, terbukti dari wajah Jimin yang tampak bodoh pula.

Tae Hyung berdecih, "Memangnya kau pikir dari siapa lagi? Sudah jelas tertera namaku di sana, 'kan?" cibirnya dan Jimin terdiam selama beberapa saat.

"Well, kupikir ponselmu dibajak seseorang." Mendengar hal ini, Tae Hyung sontak tertawa. Entah apa yang ia tertawakan. Kebodohan Jimin kah atau dirinya sendiri. Asal kalian tahu, pernyataan Jimin tadi berhasil membuat Tae Hyung merasa tertampar.

Sebegitu tak pedulikah dirinya hingga Jimin bahkan menganggap pesan itu berasal dari orang lain?

Keheningan kembali menyapa mereka. Membuat perasaan canggung itu kembali hadir layaknya dua orang yang baru saja bertemu dan mengobrol.

"Kenapa kau ke mari? Bukankah sedang ada kelas?" tanya Tae Hyung akhirnya kembali membuka percakapan dan Jimin tersenyum dalam hati.

"Aku membolos dengan alasan ke UKS." Tae Hyung yang mendengar pun segera mendengus.

"Kau berbohong. Itu merupakan sikap yang tidak baik, kau tahu?" cibirnya, segera mendapat balasan dari Jimin.

"Kau pikir, meninju kakak kelas secara tiba-tiba seperti tadi itu merupakan hal baik? Berkacalah dulu, Tae!" dan setelahnya, Jimin tersenyum. Memikirkan kembali bagaimana Tae Hyung tiba-tiba saja memukul Yoon Gi karena melihat ciuman mereka, berhasil membuat harapan itu muncul kembali.

Dan...

'Tidak!' Jimin menggelengkan pelan kepalanya, mencoba menghapus pikiran--harapan--konyol yang sempat muncul kembali. 'Kau bodoh jika terus berharap pada Tae Hyung, Park Jimin!' batinnya membentak diri sendiri. Mengabaikan Tae Hyung yang entah sejak kapan tengah menatap dalam diam seorang Park Jimin.

Dan senyuman itu merekah begitu saja di bibir tipis Tae Hyung.

Jimin's Love Circle

Jeongkook tampak menggeram tertahan. Sedikit-banyak merasa tak sudi akan kehadiran Kim Nam Joon di acara makan mereka. Sebenarnya bukan hanya ada Nam Joon dan Jimin. Tae Hyung, Seok Jin, juga Yoon Gi, mereka ada di meja yang sama dengan Jeongkook, Jimin, dan Nam Joon.

Awalnya memang hanya Jeongkook saja yang menjemput Jimin di kelasnya. Namun, Tae Hyung tiba-tiba saja berucap bahwa dirinya tak ingin membiarkan Jimin dan Jeongkook makan berdua. Setelah akhirnya mereka bertiga duduk di satu meja, tiba-tiba saja Jimin memanggil Seok Jin dan Yoon Gi untuk makan bersama. Dan belum sempat Jeongkook mengatakan rasa tidak nyamannya, tiba-tiba saja Nam Joon muncul dan mengambil duduk di samping kanan Jimin.

Membuat Jimin berada di tengah Jeongkook dan Nam Joon, lalu berhadapan dengan Tae Hyung yang memiliki Seok Jin juga Yoon Gi di sisi kiri dan kanan. Hal yang membuat Jeongkook merasa semakin tak nyaman adalah, bagaimana Jimin dengan begitu perhatian memastikan agar Nam Joon benar-benar menghabiskan makanannya. Maksudku, hei! Nam Joon sudah besar!

Jimin's Love CircleWhere stories live. Discover now