Part 15

793 36 5
                                    

Harus banget ya baca ini sambil dengerin lagu yang di mulmed :)
Enjoy!

_________________________________________

Jalanan sore ini macet. Klakson saling menghentak memekakan telinga. Lampu masih merah tapi mereka sudah pada ribut. Mereka kira yang depan juga tidak ngantri atau gimana sih? Dari balik kemudi Ega mengerang frustasi. Hari ini Keysha tidak masuk les dan juga tidak di rumah. Kemana cewek itu pergi? Dan lagi, akhir-akhir ini sikapnya juga aneh. Suka tidak nyambung kalau diajak ngomong.

Beberapa meter lagi Ega akan membelokkan mobilnya ke komplek rumahnya. Dan itu artinya ia akan terbebas dari kemacetan sialan ini. Rasanya sudah pengap dan lelah berada di balik kemudi selama 2 jam. Padahal biasanya waktu tempuh dari rumahnya ke tempat lesnya cuma setengah jam.

Kembali teringat obrolannya dengan Risa kemarin. Tentang kesalahan fatalnya pada Keysha akibat dirinya yang terlalu keras kepala. Moment yang harusnya ia gunakan untuk menyatakan perasaan sama cewek itu pun jadi semakin jauh.

Risa berjalan tergesa dengan tumpukan buku paket Bahasa Indonesia di kedua tangannya. Ega menghampiri lalu mengambil sebagian tumpukan buku itu. "Hey!"

"Oh, hai Ga." Senyum manis menyapa dari bibir mungil Risa.

"Kok sendiri? Yang lain nggak ada yang bantuin?"

"Ini cuma sisanya kok, kemarin sebagian udah dibalikkin. Kenapa? Tumben banget bantuin gue?"

"Nggak apa, gue juga pengen ke perpus, nyari buku buat tugas besok." Ega berdehem untuk melunturkan rasa groginya. Hanya ingin bertanya tentang gadis pujaannya saja sudah membuatnya seperti ini. "Lo tau nggak, ada apa dengan Shasha akhir-akhir ini?"

Risa menghembuskan napas pendek. "Harusnya lo nggak manggil Keysha dengan Shasha lagi." Risa menatap Ega dengan mata muram bertemu dengan pandangan tanya Ega. "Sejak Kak Topan meninggal, Keysha benci dipanggil itu...."

Ega menhentikan langkahnya. "Wait.... Kak Topan udah meninggal? Kapan?" ia tak percaya tak tahu hal ini. Ia kira Kak Topan tidak berada di rumah karena sedang kuliah di luar kota atau luar negeri. Salahnya juga, selama ini ia tak pernah bertanya.

Mau tak mau, Risa juga ikut menghentikan langkahnya. "Waktu Keysha umur sepuluh tahun. Waktu itu Key berenang dan tenggelam. Kak Topan berusaha nolong adiknya, tapi malah dia yang meninggal. Sejak itu nama Shasha mengingatkan Key sama kakaknya. Katanya tiap ada orang yang manggil dia Shasha, bikin dia ingat dengan Kak Topan. Bukannya dia nggak sayang Ga. Key hanya merasa bersalah. Dia ngerasa, kalau dia penyebab kematian kakaknya."

Kaki Ega terasa lemas. Keringat dingin mengaliri punggungnya. Ternyata selama ini ia telah melakukan kesalahan fatal. Tanpa sadar terus menyakiti gadis itu. "Ta-tapi dokter Indra?"

"Dokter Indra itu sahabatnya Kak Topan. Sebenarnya dia nggak suka, tapi buat menghormati yang lebih tua aja Key bersikap ramah." Risa menepuk bahu Ega. "Key itu udah beda dari Key waktu dia masih kecil Ga. Udah banyak kejadian yang merubah dia menjadi cewek yang lebih dewasa. Menjadi cewek yang lebih kuat."

Rentetan klakson di belakangnya menarik Ega kembali ke masa sekarang. Masa yang tak ingin dijalaninya. Ingin rasanya ia kembali ke masa lalu. Memperbaiki semuanya. Brengsek! Kenapa ia selalu membuat kesalahan di masa lalu. Tidak waktu ia masih balita atau pun sekarang. Ternyata ia masih balita yang sama.

Dulu ia meninggalkan Keysha karena harus ikut Daddynya ke New York. Karena tidak ingin berpisah penuh dengan air mata, ia memutuskan pergi tanpa pamit. Berharap semua akan baik-baik saja tanpa air mata. Tapi ia salah. Tanpa air mata justru membuat Keysha terus terperangkap di hatinya dan membuat gadis itu membencinya.

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang