Part 4

1.1K 75 1
                                    

Perkataan Abel tergiang di kepala Keysha. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Tidak biasanya Abel terlihat rapuh seperti itu. Cowok kuat macam Abel tidak akan berkata dengan getaran yang sangat jelas bisa Keysha rasakan. Ada tak keberdayaan yang Abel sampaikan. Dan itu membuat Keysha terusik. Seolah Abel meminta pertolongannya. Tapi apa? Apa yang bisa ia bantu?

Keysha mendengus kesal. Tanpa sadar menghentakkan kakinya kasar di bawah meja. Tidak! Ia tidak sudi membantu. Jelas-jelas cowok itu sudah menghianatinya.

"Kamu kenapa sih sayang?" Mama mengerutkan dahi heran melihat tingkah anak perempuan satu-satunya ini.

"Eh, nggak papa ma." Keysha nyengir salah tingkah.

Mama menyodorkan sebuah apple pie ke hadapannya. "Daripada kamu bête nggak jelas gitu nungguin makan malem, mending kamu anter pie ini ke Ega dulu."

Keysha ingin membantah tapi mama buru-buru memotong. "Kasihan Ega di rumah sendiri, orang tuanya mungkin baru akan pulang sebulan lagi."

Keysha mencebik. Males banget kan ketemu cowok yang udah ngelupain dia itu. Ck!

Mama mengacak rambut Keysha, "Nggak jauh sayang, cuma di depan rumah kita."

Keysha menarik napas dalam. Tidak tega juga rasanya menolak permintaan mamanya. "Ok deh ma." Ia mengambil mangkuk di depannya dan melimbai keluar.

Sesampainya di depan rumah Ega, Keysha memanggil Mang Ucup, satpam rumah Ega yang sudah akrab dengannya itu, setiap pagi ia selalu meyempatkan diri ngobrol sebentar atau sekedar say hi setelah mengambil susu pesanannya. Sudah berkali-kali panggilannya tidak mendapat balasan. Keysha memeriksa pintu gerbang, tetapi dikunci.

Ia sudah berniat kembali pulang saat mobil Jeep hitam berhenti tepat di depannya.

Dari sisi pengemudi Ega menyembulkan kepalanya. "Ada perlu apa di depan rumah gue?"

Keysha mendekat lalu mengulurkan mangkuk yang dari tadi ia pegang. "Dari nyokap."

Ega menatap mangkuk itu sekilas lalu menatap Keysha. "Apaan?"

'Arrrrggghhhh! ini orang nggak punya sopan santun banget sih, ngobrol dipinggir jalan, mana banyak nyamuk, pake nanya-nanya kayak polisi!' Keysha mencebik. "Apple pie." Kali ini ia menyodorkan mangkuknya melewati jendela mobil Ega.

Sebelum mangkok itu mendarat di panguannya, Ega kembali mendorongnya ke arah Keysha.

"Apa sih maksud lo? Udah dikasih tinggal terima aja susah banget!"

"Gini cara lo ngasih makanan ke tetangga? Dipinggir jalan? Nggak sopan tahu nggak." Ega mengeluarkan sebuah remote kecil, lalu menekannya, membuat pintu gerbang di belakang Keysha terbuka otomatis. "Udah masuk dulu." Lalu ia meninggalkan Keysha di depan rumahnya.

Kesyha menghentakkan kaki kanannya sebal. "Siapa sekarang yang nggak sopan! Main ngeloyor ninggalin gue." Walau hatinya dongkol ia tetap mengikuti perintah Ega. Bukannya apa-apa, ia hanya ingin menyampaikan amanah mama. Mengantarkan apple pie ini ke tetangganya yang kesepian.

Rumah ini berwarna abu-abu bergaya eropa vintage, dengan taman dan kolam ikan kecil di depannya. Di dekat kolam ikan itu ada sebuah ayunan berwarna putih yang bisa ditempati oleh dua orang. Dulu setiap sore ia dan Ega sering duduk di sana sambil memberi makan ikan dan berceloteh apa saja. Tentang sekolah mereka, teman-teman dan mainan baru yang dibelikan orang tua mereka.

Keysha menghampiri Ega yang baru saja memarkirkan mobilnya di carport. Ia kembali mengulurkan apple pienya. "Elo sebenernya mau nerima ini nggak sih?"

Ega memandangnya dengan dahi berkerut. "Tergantung." Pandangannya ia tajamkan pada gadis di depannyanya ini. Dan tatapan balasan yang ia dapatkan seolah mengatakan gue-bisa-lempar-pie-ini-ke-muka-sengak-lo.

Ega tertawa.

Di tempatnya Keysha mati-matian menahan diri untuk kembali menghentakkan kakinya. "Ada yang lucu?"

Tangan Ega membelai pipi kiri Keysha. Kali ini ia tidak segugup pada pertemuannya di sekolah tadi. Malah rasa nyaman yang seolah membungkus hatinya. "Gue kangen elo Sha."

Tubuhnya mengejang. Tidak menyangka dengan perlakuan cowok di depannya ini. Aliran listrik yang bersumber dari pipinya ini membuat kakinya bergetar. Walau hanya beberapa detik dan Ega melepas tangannya salah tingkah.

Ega mengambil pie yang sejak tadi diulurkan Keysha. "Temenin gue makan ya?" kembali ia menghujam ke mata hitam Keysha. Kali ini dengan tatapan rindu.

Tatapan itu berhasil menembus pertahanan Keysha. Bahkan merasuk ke tulangnya. Rencana awal ia ingin segera pulang dan menikmati sayur asem bikinan mama yang super enak itu.

Yang bisa ia lakukan sekarang hanya mengangguk kaku. Seakan matanya dikunci oleh cowok yang baru tadi siang membuatnya meninggalkan pelajaran tambahan di sekolahnya. Kini, rasa marah dan kecewa itu dileburkan oleh tatapannya. Terbang lalu menghilang bersama angin malam ini.

Setelah sampai di meja makan, mereka berdua duduk berhadapan dengan pie yang sudah dipotong juga dua gelas susu cokelat bikinan mbak Hani asisten rumah tangga Ega. Mereka makan dalam diam menciptakan suasana canggung. Atmosfer sekitar mereka semakin lama terasa semakin panas. Padahal AC ruangan ini menyala.

"Ternyata lo masih inget sama gue." Keysha melontarkan pernyataan, pemecah kesunyian diantara mereka.

Ega menusukkan garpunya pada potongan terakhir apple pienya. "Mana mungkin gue lupa sama cinta pertama gue."

Keysha tertawa sarkastis. "Buktinya elo lupa pamitan sama gue."

"Ada alesan yang belum bisa gue jelasin kenapa gue ninggalin lo tanpa pamit."

Kini tawa Keysha makin keras. Kali ini ia merasa hidupnya benar-benar lucu. Bagaimana mungkin dua cowok sekaligus mengatakan hal yang sama hari ini. "Apa susahnya sih ngomong? Kenapa kalian para cowok suka banget bikin teka-teki yang mungkin itu malah bikin orang yang kalian sayang menjauh?"

Ega menghela napas lalu meneguk susu cokelatnya. Ia paham tidak hanya dirinya yang menorehkan luka pada gadis di depannya ini. "Mungkin kami butuh waktu yang tepat."

Keysha menghentakkan kakinya lalu berdiri. "Pengecut!" lalu ia melimbai keluar. Membawa sesak di dada dan mati-matian menahan kekecewaan. Mengapa jika ia berhadapan dengan Ega selalu membuat moodnya serasa dijungkir-balikkan?!



The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang