Part 6

1.1K 68 1
                                    

Awan hitam menggantung di angkasa. Pertanda jika sebentar lagi langit akan menumpahkan hasil kondensasi uap air laut itu. Membuat udara lembap dan menusuk tulang. Padahal AC di kamar Keysha sudah dimatikan dan ia masih bergelung dibawah bed cover kuning Spongebobnya. Tapi tetap saja dinginnya udara dengan kejam menusuk kulitnya hingga ngilu ke tulang ketika sedikit saja kaki atau tangannya keluar dari bed cover.

Ini baru hari keduanya masuk sekolah. Tapi rasanya Keysha sudah malas pergi ke sekolah. Lebih tepatnya malas bertemu dengan para cowok yang dengan sukses besar mengombang-ambingkan hatinya. HAHA! Kesusahannya sudah seperti presiden yang sedang memikirkan urusan negara saja.

'Kamu ini masih anak SMA yang punya mimpi besar dan cita-cita setinggi langit dan seluas angkasa Key bukan Ibu Negara! Jadi kalah sama rasa dingin dan cowok nggak jelas itu? Malu Key MALU! Malu sama mimpi kamu itu!'

Rasa nyeri meremas hatinya mendengar suara dari dalam dirinya itu mencemoohnya. Keysha menyingkap selimut kuningnya dalam sekali sentakan. Ia bangkit berdiri lalu seperti kesetanan melonjak-lonjak di atas tempat tidurnya. Setidaknya ini akan menghalau rasa dingin yang hampir saja membuatnya lupa diri itu.

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, membuatnya terjengkang kebelakang hingga kepalanya terantuk sisi tempat tidur. Mama yang mengira putrinya itu masih tidur ikut terlonjak melihat Keysha melakukan atraksi balet di tempat tidurnya.

"Keysha!" Mama menghampirinya, ikut memegang kepala Keysha yang kini mengaduh sambil meringkuk memegangi kepalanya menahan sakit.

"Kalau masuk ketuk pintu dulu Ma."

"Maaf. Maaf sayang, mama kira kamu masih tidur." Mama membelai kepala putrinya lalu menariknya untuk duduk. Ia ingin melihat kepala Keysha, memastikan tidak ada luka serius di sana.

"Mama kompres dulu ya."

"Nggak usah ma. Keysha mau mandi aja." Sebenarnya kepalanya masih berdenyut tapi ia tidak mau terlambat masuk kelas dan berurusan dengan Pak Frank, guru fisika yang killernya mengalahkan kebengisan Hitler itu.

"Tapi nanti benjol kalau nggak dikompres."

Keysha turun dari tempat tidur lalu memegang kedua tangan mamanya. "Serius tadi nggak kenceng kok ma. Lagian ntar mama juga terlambat kerja."

Mama menarik napas berat. Masih tidak yakin dengan perkataan Keysha. Tetapi melihat matanya yang memohon mau tidak mau ia mengiyakan juga. Dengan berat hati sebenarnya. "Baiklah."

Senyum mengembang di bibir Keysha. Ia memberi kecupan singkat di kedua pipi mamanya. Satu-satunya orang di dunia ini yang sangat disayanginya melebihi hidupnya sendiri. "Key mandi dulu ya ma." Ia berjalan keluar kamar menuju kamar mandi.

Setelah ritual paginya yang tidak terlalu panjang -hanya mandi, ganti baju, pakai moisturizer di wajah, dan memoleskan lotion pada tubuhnya-Keysha berjalan menuju ruang makan untuk sarapan sambil mengikat dasinya. Aroma omurice yang gurih sudah memenuhi ruangan. Masih fokus pada dasinya ia menarik kursi di sisi kanan meja makan lalu duduk di sana.

"Pagi." Keysha mendongak lalu menemukan Ega disana dengan senyum lebar hingga membuat lesung pipitnya menyembul. Membuat dahi Keysha urung berkerut -keheranan mendengar suara laki-laki dirumahnya yang notebene tidak ada laki-laki- terhipnotis dengan senyum memesona itu. Ia bahkan menghentikan ikatan dasinya yang baru berjalan separuh. Ia memang payah dalam hal mengikat apapun.

Mama mengulurkan omurice pada Ega, yang ia terima dengan anggukan dan ucapan terimakasih. Juga senyum yang tidak kalah manis dengan senyum yang baru saja dipamerkan pada Keysha.

"Ngapain lo di sini?" Pertanyaan Keysha yang terkesan telat hanya dijawab dengan lirikan mata Ega pada mama Keysha.

Mama tersenyum, menaruh omurice bagian putrinya lalu duduk disebelahnya. "Sengaja mama suruh Ega ke sini biar kalian bisa bareng berangkat sekolah. Mama nggak mau terjadi apa-apa sama kamu, menyetir dengan kepala benjol begitu. Lagian sekolah kalian kan sama."

Di bawah meja makan, kaki Keysha menghentak lantai. Gestur yang selalu dia lakukan jika sedang dalam keadaan yang membuatnya tidak nyaman.

Mama tiba-tiba menepuk bahu Ega dengan mata berbinar. Seolah telah menemukan ide yang brilian. Ide yang seolah mampu memecahkan masalah korupsi di negara ini. "Mungkin setiap hari kamu bisa terus jemput Keysha, sayang."

Di tempatnya Keysha mencebik, sejak kapan mama memanggil Ega dengan sayang? Dan apa tadi katanya? Menjemput setiap hari? Menyadari kata itu Keysha ingin sekali berteriak membantah tapi mendadak tenggorokannya jadi sempit membuat napasnya sedikit tersendat. Ia segera menyambar air putih di depannya untuk menurunkan makanan sialan yang mengacaukan aksi protesnya.

"Jadi mama tidak akan merasa khawatir sepanjang hari lagi mikirin dia nyetir sendirian." Mama melanjutkan dengan senyum manis di akhir kalimatnya.

Dari tempatnya Ega membalas reaksi Keysha yang seperti ikan terlempar ke darat, wajahnya berubah ungu, menggelepar-gelepar mencari air dengan heboh, dengan senyum kemenangan. "Ide yang bagus tan. Jadi Ega nggak kesepian lagi kalau jalanan macet."

"Nggak!" Keysha refleks berteriak setelah seluruh omurice di tenggorokannya terdorong ke lambung sepenuhnya.

Mama menatapnya dengan pandangan kecewa. Binar di matanya perlahan meredup. Dan itu membuat Keysha salah tingkah. Tentu saja membuat mama kecewa adalah pilihan terakhir yang akan diambilnya. Ia berdehem rikuh. "Maksudku, aku nggak mau merepotkan Ega ma."

"Aku nggak merasa direpotin kok." Ega menyambar cepat sebelum kata-kata Keysha menggagalkan ide brilian mamanya.

Kini Keysha melempar pelototoan ke Ega. Menyuruhnya diam jika tidak ingin riwayatnya tamat di sini.

Di tempatnya, Ega berusaha keras untuk tidak menyemburkan tawanya. Ia yakin Tante Ine tidak akan menyerah dengan mudah.

Mama kembali tersenyum. "Tuh, Ega aja nggak keberatan sayang. Mama capek mikirin kamu di jalan sendirian. Apalagi kalau sehabis latihan balet. Kamu nyetir dalam kondisi capek dan sendirian. Kamu bisa ketiduran di mobil." Dalam rayuan panjangnya mama terus menekankan kata sendirian pada Keysha, agar anak semata wayangnya itu mengerti dan mau bekerja sama mengurangi stressnya yang sudah akut dengan pekerjaannya yang akhir-akhir ini menumpuk. Mengurus anak sendiri itu memang sangat melelahkan walaupun ia tahu Keysha berusaha keras untuk mandiri dan tidak pernah merepotkannya. Tapi tetap saja seorang Ibu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Dengan amat-sangat-berat Keysha menarik napas dalam. "Baiklah ma."

Mama mengerti Keysha tidak menyukainya tapi ini demi kebaikannya. Ia mengelus kepala putrinya membantu menyempurnakan ikatan dasinya lalu melempar senyum terima kasih pada Ega yang juga membalasnya dengan senyum lebar, menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi.

Di dalam hatinya Ega tidak hanya tersenyum bahkan sudah berjingkrak gembira sambil menari salsa. Ia tidak menyangka kesempatan untuk mendapatkan kembali cinta pertamanya akan terbuka selebar ini.

Sedangkan Keysha menatap nanar senyuman Ega yang tak kunjung reda itu. Ia merasa kalah telak. Mungkin di hari-hari berikutnya Keysha membutuhkan energi ekstra untuk bangun pagi.

Membayangkan setiap pagi  terjebak dengan makhluk pengecut di depannya ini membuatnya mual, membuatnya tidak sanggup menghabiskan sarapan favoritnya yang biasanya tanpa sisa. Dan mungkin hari-hari berikutnya menyisakan makanan akan menjadi kebiasaan barunya.

------------------------------------------------

Kata-kata Keysha saat memotivasi dirinya dengan malu pada diri sendiri itu di ilhami oleh status facebook penulis remaja yang diam-diam saya kagumi. Namanya Sherina Salsabila. Penulis yang sukses juga membuat saya MALU dengan segudang prestasinya di usianya yang masih belia. Dan sedangkan saya? masih dalam tahap belajar menulis di usia yang sudah tidak remaja lagi.

MALUUUUUUUUUUUUUU SEKALIIIIIIIIII!!!!!!!!

Footnote:

-Omurice: makanan Jepang berupa nasi putih yang digoreng bersama saus tomat dan dibungkus oleh telur goreng omelet. Namanya berasal dari kata omelet dan rice. Yang di cerita ini nasi di dalam omelet diganti dengan nasi goreng dengan banyak seafood di dalamnya :)

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang