Part 11

968 52 4
                                    

Weekend ini, Keysha tidak bisa bebas keluar ataupun latihan balet. Mama memaksanya mengikuti bimbel agar mendapat nilai sempurna. Ironis, seorang murid duduk di bangku sekolah selama tiga tahun. Tapi nasipnya hanya ditentukan dalam beberapa hari tes yang bisa saja anak jenius pun tiba-tiba bodoh saking gugupnya.

Beban yang dipikul sangat berat. Nama baiknya dan keluarga dipertaruhkan. Tapi pandangan orang bagi Keysha tidak terlalu penting dibanding mimpinya ke Julliard. Untuk bisa dapat beasiswa itu, ia dituntut untuk mendapat nilai di atas rata-rata.

Jarum pendek jam di dinding sudah menunjuk angka delapan, sedang jarum panjangnya di angka enam. Dengan malas Keysha melempar tas ranselnya ke sofa, lalu berjalan gontai ke rak sepatu di samping pintu masuk rumahnya. Melempar sendal rumahnya asal menggantikan posisi sepatu yang baru saja diambilnya.

Kedua kakinya sudah masuk ke sepatu kets pink miliknya. Entah kenapa Keysha menyukai sepatu bertali, padahal ia tidak pandai membuat simpul. Paling ia hanya akan memasukkan sisa tali yang menjulur ke kedua sisi dalam sepatunya.

Tangan yang lebih besar mencegah Keysha memasukkan tali sepatunya. Ia mendongak untuk melihat pemilik tangan itu.

"Ngapain lo di sini?"

Ega menarik kedua ujung tali sepatu itu hingga lebih kencang lalu membuat simpul kupu-kupu pada sepatu sebelah kanan. "Gue juga dipaksa bokap ikutan bimbel."

Seminggu yang lalu Papa Ega sudah sampai di Indonesia.

"Elo mau bimbel di tempat bimbel gue?"

"Yupz!" Ega melanjutkan membuat simpul pada sepatu kiri Keysha.

Keysha mendesah. "Padahal gue udah kangen sama si kodok."

"Selesai!" Ega menepuk kedua sepatu itu lalu mengalihkan pandangan ke manik mata gadis di depannya ini dengan senyum manis bertengger dibibirnya. "Kalau gitu pake mobil lo aja."

"Tapi gue yang nyetir ya?"

Tawa hangat menyapa telinga Keysha, membuat hatinya terasa nyaman. Dilanjutkan dengan tangan besar itu mengacak rambutnya. Mengirimkan sensasi aneh merambati sarafnya. Hingga otak mengirimkan perintah untuk tersenyum. Senyum yang tulus.

"No problem princess." Deretan gigi putih dan lekukan dalam di sisi kanan pipi Ega menyembul. Membuat wajah Keysha merasa panas. Cepat-cepat ia menunduk agar Ega tidak melihatnya dalam keadaan memalukan ini.

"You're blushing princess."

"No! I'm not!" Tak tahan lagi Keysha berdiri lalu berlari mengambil tasnya di sofa.

Ega tertawa penuh kemenangan. "Yes, you are!" Akhirnya! Gadisnya tersipu karenanya.

"Kalau lo godain gue terus. Gue nggak mau semobil sama lo lagi." Keysha muncul dengan rona yang mulai memudar. Sepertinya gadis itu bisa dengan cepat mengatasinya.

Kedua tangan Ega terangkat. Memperlihatkan gestur menyerah. "Please don't!" Ini memang kemajuan pesat. Tapi Ega tidak berani mengambil resiko. Untuk saat ini, ia hanya perlu bersabar.

Keysha melimbai melewati Ega menuju si kodok. Saat sudah yakin Ega tak bisa menangkap ekspresi wajahnya ia menyunggingkan senyum kemenangan. Kedua tangannya terkepal di depan dada dan dalam hati bersorak 'YESS!!!!' satu negosiasi berhasil ia menangkan. Senjata cewek itu bersikap sok galak dan pura-pura mengancam. Di jamin cowok manapun pasti tak akan berkutik.

*********

Ketika keluar dari balik kemudi si kodok. Mata Keysha beradu dengan mata abu-abu yang tajam. Cowok itu duduk di atas motor besarnya, sambil menggosok dagu dengan seulas senyum manis tersungging.

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang