Part 8

935 68 3
                                    

Sudah sebulan berlalu. Dan gadisnya masih saja pulang dan pergi bersama cowok banci berlesung pipit itu. Brengsek! Kali ini tampaknya Abel sudah tidak bisa menahan diri lagi. Hatinya sudah bernanah. Jika terus dibiarkan, hatinya akan membusuk dan ia akan benar-benar menganiaya dirinya sendiri.

Tapi bagaimana cara meloloskan diri dari Tiara? Si sundel bolong yang selama ini Abel kira tidak punya otak ternyata di luar dugaan, Tiara cukup pintar. Selama ini ia berusaha keras bersikap baik agar bisa merebut foto senonoh gadis kesayangannya. Tapi sampai sekarang tidak ada hasil. Segigih apa pun ia berusaha bersikap baik. Tiara tidak mudah tertipu.

Lalu sekarang bagaimana? Abel tidak ingin sekarat terus-menerus seperti ini. Lebih baik mati daripada hidup tapi tak hidup.

"Kakak akhir-ahir ini berubah." Kinan, adik perempuannya duduk di sampingnya. Mengambil jus jeruk di tangan Abel lalu meneguknya.

"Dan Kin nggak pernah lihat Kak Key lagi." lanjutnya setelah jus jeruk itu tandas.

Abel menatap penampilan Kinan. Memakai kaus putih longgar bertuliskan I LOVE NY dan hot pant kuning. Cewek pertama yang sangat disayanginya melebihi Keysha. Bahkan melebihi dirinya sendiri. Kinan adalah amanah yang diberikan Bunda. Amanah yang harus mati-matian ia jaga.

"Apa Kak Abel putus dengan Kak Key?"

Abel mendesah. "Kakak tidak akan pernah menelepaskannya Kin."

"Apa ini gara-gara aku?" Kinan tidak mempedulikan perkataan Kakaknya. Sekarang ia sudah tahu penyebab Kakaknya akhir-akhir ini murung, dan terus melarikan diri ke gunung setiap akhir pekan. Sibuk dengan club pecinta alam yang membuat Kakaknya sekarang tampak lebih kurus.

Abel terkesiap. Bagaimana Kinan bisa tahu? Demi melindunginya Abel mengorbankan segalanya. Hatinya kembali mengeras. Ia tidak akan goyah. Perasaannya tidak lebih penting dibandingkan adik semata wayangnya ini.

"Umur kita cuma beda dua tahun Kak. Dan itu artinya, aku hampir ada di seluruh kehidupan Kakak. Apa Kak Abel pikir aku masih nggak mengenal Kakak dengan baik?"

Hembusan asap rokok mengepul dari bibir Abel. Memang Kinan sangat mengenalnya. Bahkan mungkin Kinan mengenalnya lebih baik dari dirinya sendiri. "Ini nggak ada hubungannya sama kamu. Lagian sekarang Key udah ada yang ngejagain."

Setelah kalimat itu terucap kerongkonan Abel terasa seperti terbakar. Panas dan perih. Adegan setiap pagi Keysha turun dari Jeep sialan itu kembali terbayang.

Tiba-tiba Kinan memeluknya. Gadis kecilnya itu terisak. "Maaf."

Tangan kanan Abel mengelus rambut sebahu adiknya, dan tangan kirinya melarikan nikotin itu ke bibirnya. Lagi, Abel menghembuskan asapnya kuat-kuat. Seolah ingin melepaskan beban hatinya bersama kepulan nikotin itu. "Ssstttt... ini bukan salah kamu Kin."

Kinan melepaskan pelukannya kasar. Lalu menatap Abel tajam dengan mata sembap. "Tiara ngasih tau aku Kak." Katanya dengan suara serak, tapi penuh dengan emosi.

Di tempatnya Abel menegang.

"Kak Tiara bilang. Aku harus ngejauhin Kakak kalau nggak ingin foto itu tersebar."

BRENGSEK! Abel berdiri dan membuang rokoknya yang masih panjang lalu menginjaknya dengan geram. Bahkan dengan adiknya sendiri Tiara cemburu? Abel tertawa miris. Ia menyesal tadi sempat berpikir jika Tiara tidak bodoh.

"Aku memang bego Kak. Karena kepergian Bunda, aku hilang arah dan melakukan hal memalukan itu." Kinan kembali terisak. "Tapi ini nggak adil kalau Kakak yang harus nanggung semuanya."

Abel menyambar jaketnya yang ada di punggung ayunan tempat mereka berdua tadi duduk hingga ayunan itu bergoyang keras. Ia menatap Kinan yang masih terisak lalu berderap ke pintu menuju dalam rumah. Ia harus membuat perhitungan dengan si Sundel Bolong itu. Kali ini kau salah langkah Tiara! Jangan harap kau bisa lepas dengan mudah.

Abel menyambar kunci motor di atas meja belajarnya. Lalu berlari ke garasi, tempat di mana motor kesayangannya terparkir. Ia melarikan motornya dengan kecepatan tinggi. Kesabarannya sudah benar-benar habis! Kali ini Tiara harus menyesal telah bermain api dengannya. Paling tidak ia harus cacat! Agar sundel bolong itu meratapi kesalahan ini seumur hidupnya.

Ingat! Abel tidak takut apapun! Baginya hidupnya hanya untuk melindungi orang-orang yang disayanginya. Orang-orang yang berharga. Orang-orang yang telah terukir di dasar hatinya. Yaitu kedua gadisnya, Kinan dan Keysha. Apapun akan dilakukannya. Tidak peduli jika ia harus mati sekalipun!

__________________________________________________

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang