Part 5

1K 66 2
                                    

Beberapa hari ini Abel disibukkan dengan cewek yang selalu bergelayut manja di pundaknya. Menemaninya kemanapun ia pergi. Bahkan baru saja ia ketiduran di sofa salon langganan cewek itu karena menunggunya. Seorang Abel, cowok macho ketua pecinta alam ketiduran di salon! Ini sudah sangat keterlaluan.

Harga dirinya sudah diinjak-injak. Keysha saja tidak pernah memperlakukannya serendah ini. Dan gadis yang ia cintai itu memang tidak pernah mengajaknya ke salon. Aaaarrrggghhh!!!! Di sofa Abel bangun lalu mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana mungkin ia terlibat dengan masalah sepelik ini?

Kembali teringat kejadian beberapa minggu yang lalu, yang membuatnya masuk ke lingkaran setan yang membelitnya. Memaksanya mendorong keluar gadis yang sangat dicintainya.

Di bangku pojok sebuah kafe Abel duduk dengan perasaan campur aduk. Setengah jam yang lalu ia melarikan motornya dengan kecepatan penuh untuk mencapai tampat ini hanya karena sebuah foto di whatsapp kiriman dari Tiara. Dan sialnya gadis itu memang sedang mempermainkannya. Buktinya sampai sekarang ia belum muncul. Membiarkan Abel menunggu dengan tangan terkepal dan dadanya terasa nyeri.

Ia kembali meraih Hpnya dari saku celana jins belelnya. Kembali terpampang di sana foto seorang gadis dengan bibir penuh bergincu merah darah, rambut berantakan, dan hampir tanpa busana . Abel memperkuat genggamannya pada Hpnya menahan emosi. Brengsek! Jika tidak ingat jika Hp ini adalah pemberian terakhir almarhum Bunda saat ini pasti Hpnya sudah tak berbentuk menubruk lantai.

"Elo belum pesen minum?" Tiara duduk di depan Abel, menyuguhkan senyum miringnya. Senyum kemenangan.

Abel mendongak. Pandangannya menghujam mata indah Tiara. Sayang mata itu hanyalah sebuah kamuflase dari wujud iblis yang tak kasat mata. Andai saja Tiara laki-laki. Abel pasti akan dengan senang hati membuatnya cacat. Karena ia telah berani mengusik kehidupannya. Terutama mengusik orang yang dicintainya. Separuh jiwanya.

Tiara menyentuh tangan Abel yang terkepal. Tiara bahkan bisa merasakan getaran emosi disana. "Easy! Gue nggak akan nyebarin foto itu kok." Tiara tersenyum mencoba menenangkan cowok di depannya ini. Tapi tatapan matanya tidak bisa menyembunyikan sorot kemenangan atas kepicikan yang baru saja ia perbuat.

"Mas!" Tangan Tiara melambai memanggil pramusaji. "Saya pesan green tea satu dan thai tea satu ya." Lanjutnya setelah pramusaji itu mendekat dengan pulpen dan notes di tangannya siap mencatat pesanan mereka.

Setelah pramusaji itu pergi, Tiara melirik cowok di depannya. Ia memang tau betul apa yang disukai Abel. Sudah lama ia mendambakan cowok ini. Tapi sayang diantara ratusan cowok yang rela menjatuhkan diri kepadanya dengan suka rela, cowok ini malah mengabaikannya. Menganggap jika ia tidak ada. Atau menganggapnya sebagai cewek biasa. Dan Tiara benci itu. Ia ingin diakui. Semua orang harus perpusat padanya. Karena ia bukan cewek biasa. Ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Apa sih sebenernya yang lo mau?" Ada getaran emosi di suara berat Abel.

"Lo tau apa yang gue mau."

Abel mendengus jengkel. "Udah berapa kali gue bilang. Kalau gue nggak suka sama lo. Gue udah punya cewek. Dan gue sangat mencintai cewek gue." Abel memberi tekanan pada kata 'sangat mencintai' agar cewek di depannya ini sadar.

Tiara tertawa sarkastis. "Udah gue bilang berapa kali juga, kalau gue nggak akan menyerah dengan mudah."

"Dengan cara picik?" Pertanyaan retoris Abel membuatnya melemparkan punggungnya ke sandaran kursi di belakangnya. Membuatnya sadar, cewek ini sangat berbahaya.

"Gue nggak peduli cara apa yang gue pakai." Tiara tidak bisa menyembunyikan seringai berbahanya saat ini. Ia tahu jika Abel sudah tidak berkutik. Skak mat! "Yang gue peduliin itu hasilnya."

Pramusaji tadi kembali untuk mengantarkan pesanan mereka. Lalu dengan anggun Tiara menyeruput green teanya. Di dalam hatinya dia sudah tertawa riang. Usahanya selama ini memang tidak sia-sia. "Kalau memang lo sayang sama gadis di foto itu. Mau nggak mau lo harus nurutin semua permintaan gue."

"Apa yang bakal gue dapet dengan menuruti semua permintaan lo?"

"Ternyata lo masih nggak sadar akan posisi lo sekarang ya? Negosiasi nggak berlaku di sini Abel sayang."

Abel memajukan badannya. Berhadapan dengan cewek macam Tiara ia tidak boleh kalah. Ia menggenggam lembut tangan cewek itu. "Oke kalau itu yang lo mau. Gue bakal jadi cowok lo."

Mata Tiara berbinar disusul senyum kemenangan. Ia membalas genggaman tangan Abel. Akhirnya ia berhasil juga membuat Abel mengakuinya. Meskipun cara ini tidak pernah Tiara duga sebelumnya. Anggap saja ini adalah hasil kerja kerasnya selama beberapa bulan ini waktunya habis untuk mengikuti gadis dalam foto itu.

"Tapi jangan harap kalau gue bakal cinta sama lo." Untuk pertama kalinya setelah ia menerima foto sialan itu di Hpnya, ia mampu tersenyum. Ia tahu cara untuk membalas Tiara.

Binar mata Tiara meredup. Tergantikan amarah yang tersulut. Genggamannya pada tangan Abel menguat. Sialan!

Seorang wanita duduk di sebelahnya, membuat sofa yang didudukinya ikut bergerak. Membuat Abel kembali ke masa sekarang meninggalkan kenangan yang dalam mimpi pun Abel tidak ingin mengalaminya. Ia mendesah setelah mengetahui siapa yang menganggu lamunannya. Orang yang membuat kehidupannya yang damai sentosa, porak-poranda dalam sehari.

Tanpa berkata, Abel berdiri lalu berjalan ke pintu keluar tak mempedulikan Tiara. Ia hanya ingin keluar dari mall sialan ini lalu menyulut sebatang nikotin untuk sejenak melarikan diri dari keadaan yang memuakkan ini. Sebentar saja.

Tiara mencebik kesal lalu menyusul Abel. Berusaha mensejajarkan langkanya dengan langkah Abel yang lebar-lebar. Tiara menyentak kasar lengan Abel. "Bisa nggak jalannya pelan dikit?"

Langkah Abel berhenti. Menoleh pada Tiara. Memandangnya dari bawah ke atas. High heels runcing 9cm. Rok mini kotak-kotak dan kaos ketat kuning dipadu dengan kardigan, anting bundar yang super besar dan bandana kuning menghiasi kepalnya. Ia merasa berpacaran dengan cewek nggak bener, walaupun semua benda yang melekat pada tubuh Tiara bermerk , tidak membuat cewek itu terlihat mempesona dimatanya.

Tiara menggandeng lengan Abel. "Yuk sayang."

Abel bergidik mendengar kata sayang dari mulut Tiara. Sungguh saat ini ia sangat merindukan Keysha. Cewek yang sejak satu tahun lalu mengalihkan dunianya. Membuatnya melupakan kesakitan hidupnya sepeninggalnya Bunda. Membuatnya kembali tersenyum dan mengisi kebekuan hatinya dengan kehangatan dan keceriaan.

-------------------------------

Semoga cerita ini nggak mengecewakan ya...

Terimakasih,

----------------------

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang