Part 10

979 53 10
                                    

Ada ribuan, jutaan, bahkan miliaran cewek di luar sana. Tetapi kenapa seorang Ega yang notabene cowok populer dan mempesona sepertinya harus rela bertekuk lutut hanya pada seorang gadis? Ia tak mampu mengusir keluar sosok gadis itu barang sedikit pun dari lipatan otaknya. Semakin ia berusaha keras. Sosok Keysha semakin menguat. Membuatnya kian sulit untuk melupakannya.

Damn! Hanya melihat gadis itu diantar pulang oleh mantannya saja sudah membuatnya kacau dan berpikiran untuk melupakan gadis itu. Cinta memang aneh!

*********

"Semalem lo darimana?" Ega membuka percakapan saat Keysha sudah masuk ke Jeepnya. Gadis itu sedang sibuk memasang seatbeltnya.

"Ancol." Keysha menjawab tanpa mengalihkan padangannya dari lubang seatbeltnya.

Tangan Ega terulur. Membantu memasukkan seatbelt itu pada tempatnya.

"Thanks." Keysha tersenyum lalu merapikan rambutnya.

"Lo balikan sama.... Mantan lo?" bahkan untuk sekedar menyebut nama cowok sialan itu saja, lidahnya kelu.

Kedua alis Keysha bertaut, ia pandang Ega dengan bingung. "Maksud lo Abel?"

"Ya." Ega menjawab sekenanya lalu memasang seatbeltnya sendiri, memutar kunci, dan melajukan Jeepnya keluar dari carport rumahnya.

"Gue nggak balikan. Tapi udah maafin dia."

"Semudah itu lo memaafkan sebuah affair?"

Keysha melempar pandangannya keluar, mengamati kemacetan yang sudah menyapa. Padahal belum jauh mereka meninggalkan komplek rumahnya. "Ternyata selama ini Abel nggak selingkuh. Dia diancam Tiara."

Tawa Ega menyembur. Tawa mengejek dan meremehkan. "Masa cowok semacho dia takut sama ancaman cewek manja kayak Tiara?"

"Dari kulitnya Tiara emang manja. Tapi dia bisa selicik sundel bolong. Beraninya nakutin manusia dengan menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjang. Tapi di sisi lain. Tiara juga rapuh. Kita nggak bakal bisa tahu kalau ada lubang mengaga di punggungnya kalau kita nggak mendekat."

"Sekarang Tiara benar-benar mirip sundel bolong."

Keysha tertawa. "Dia memang seperti itu."

Kembali teringat kondisi Tiara yang mengenaskan kemarin, membuat hati Keysha berdenyut aneh. Tiara nggak benar-benar memiliki teman. Dayang-dayang yang selalu setia mengekorinya, sebenarnya hanya memanfaatkannya saja. Dan Keysha yakin, Tiara tahu akan hal itu.

"Mulai besok, kita jemput Tiara juga ya? Rumah kita kan searah."

Ega mengernyit. "Sebenarnya apa yang terjadi Sha?" Kejadian sedahsyat apa yang membuat Keysha –yang awalnya sangat antipati dengan Tiara- menjadi peduli?

Sudah lelah Keysha mengomel pada Ega tentang nama panggilannya. Jadi, ia memutuskan untuk membiarkan. Lagi pula setelah sering mendengar nama itu membuat nyeri dihatinya perlahan terkikis karena terbiasa. "Kamu nggak boleh lari Sha. Ketakutan itu harus dihadapi." Kata itu selalu Ega ucapkan, bila omelannya kembali meluncur dari bibirnya.

"Tiara nggak seberuntung kita Ga." Lalu mengalirlah cerita mengerikan itu, yang ditanggapi Ega dengan beberapa umpatan kebun binatang. Baru kali ini Keysha mendengar Ega mengumpat.

"Gue nggak nyangka Abel sebejat itu?"

"Dia nggak punya pilihan. Dia hanya berusaha melindungi Kinan."

"Dengan cara bengis? Bukannya itu membuat mantan lo itu nggak jauh beda sama Tiara." Ega menghembuskan napas kasar. "Lagian udah kelihatan dari tampangnya. Dia bukan cowok baik-baik."

"Lo...." Keysha memperbaiki posisi duduknya agar bisa memandang Ega dengan leluasa. "Cemburu?"

"Apa?" Ega tertawa untuk menutupi kegugupannya. Apa cewek selalu punya radar yang tak terlihat sampai bisa mengetahui isi hati cowok?

"Iya. Dari cara lo ngejelek-jelekin Abel..."

"Ralat! Gue nggak ngejelekin dia. Itu fakta Shasha sayang."

Keysha mengangkat bahu tidak peduli. "Ntar turunin gue di depan gerbang aja ya."

"Kenapa? Lo nggak mau mantan lo itu mergokin lo berangkat bareng gue?" Ega menekankan kata 'mantan' agar gadis disampingnya ini sadar, kalau cowok sialan itu udah nggak ada hubungan apa pun lagi sama dia.

"Gue mau beli buku gambar di minimaket depan sekolah. Hari ini kan ada pelajaran kesenian. Dan buku gambar gue habis." Entah kenapa Keysha merasa perlu menjelaskan ini pada Ega. Padahal apa pun yang cowok itu pikirkan ia tidak peduli.

"Gue anter deh."

"Nggak usah Ga. Ntar muternya kejauhan. Kita bisa telat."

"Tapi..."

"Turunin gue di depan!" Pagi ini Ega agak menyebalkan. Membuat Keysha tanpa sadar membentak dengan mata melotot.

"Ok." Ega mengalah. Jika gadisnya sudah menaikkan volume bicaranya, itu pertanda buruk. Dan ia tidak mau Keysha kembali membencinya.

Laju Jeepnya berkurang hingga akhirnya berhenti di depan gerbang SMA Shelter.

"Thanks."

Ucapan terimakasih yang singkat, padat, dan menyebalkan menusuk telinga Ega.

Tanpa menunggu jawaban, Keysha buru-buru meloncat turun lalu berlari menyebrang jalan ke arah minimarket.

Ega kembali melajukan Jeepnya ke tempat parkir. Tergesa turun dan membanting pintu Jeepnya dengan kasar. Kenapa pagi ini mereka harus bertengkar hanya karena hal sepele? Di mana letak kesalahannya? Seberapa keras pun Ega berpikir, ia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun. Apa Keysha sedang PMS?

"Arrrgggghhh!" Ega mengerang lalu menendang kerikil di depannya asal. Sialnya kerikil itu mendarat di tempat yang salah.

"Sorry, gue nggak sengaja."

Susah payah Risa mengambil kerikil itu dari rambutnya yang kribo. Mau tak mau membuat Ega mati-matian menahan tawa.

"Lo sengaja kan? Untung aja gue punya shield di kepala gue."

Kini tawa Ega bocor, hingga akhirnya tumpah seluruhnya. "Sorry, gue nggak bermaksud."

Risa melanjutkan perjalanan ke kelas dengan Ega mengekor di belakangnya. "Sora-sori... elo bilang sorry tapi malah ketawa."

"Soalnya lo lucu Ris. Pantes ya, Shasha selalu cantik."

Risa menghentikan langkahnya dengan memasang ekspresi gue-nggak-ngerti-lo-ngomong-apa. "Apa hubungannya?"

"Karena dia selalu bahagia dan tertawa punya temen yang lucu kayak lo."

Di tempatnya berdiri Risa memasang ekspresi muntah. Tampangnya aja bule, tinggi, keren. Tapi ternyata perayu kelas teri. Siapa sangka? Ini bukti kan? Kalo Tuhan itu adil.

Risa, menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada Keysha di sekitar sini. Rayuan Ega, bukan ditujukan padanya kan?

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang