1.5 - "Hope You Enjoy in Our First Vlog!"

239 18 5
                                    

Avari dan Farrel yang mengawasi Fausta dan Alika dari jauh sama-sama tersenyum, meski salah satu dari mereka masih sedikit tidak ikhlas tapi baginya tidak masalah, ia sudah menyukai sosok yang baru.

Farrel menoleh pada Avari, lalu menunjukan telapak tangan kanannya. Minta diajak bertos-an ria. “Ayo, Var, tos sebagai keberhasilan kita.”

Avari menoleh dan membalas tos Farrel, sedikit melompat untuk mengenai tangan Farrel. “Misi kedua sukses!”

Farrel tertawa lalu meraup wajah Avari begitu saja lalu dengan mudahnya mengacak-acak poni cewek itu dan merangkul bahunya karena tinggi Avari tak jauh berbeda dengan Keiza. “Ayo balik!”

Avari cemberut. “Enak, ya, Rel, jadi orang tinggi?”

Farrel menengok, sedikit menunduk. “Banyak enaknya, ada nggak enaknya. Enaknya tuh, bisa ngacakin rambut lo, tarikin pipi lo, tarikin idung lo, semuanya deh,” Farrel tertawa melihat sebelah tangan Avari berusaha menepis tangan Farrel dari wajahnya sementara tangannya yang lain mengusap wajahnya yang memerah karena saat Farrel mengucap kata-kata barusan, tangannya ikut bergerak untuk merealisasikan langsung.

“Ah, ah, sakit, ah!!” jerit Avari semakin kesal karena Farrel tak juga berhenti, mana tangan Farrel sebesar bayi brontosaurus, yang baru lahir tapi.

Farrel tertawa. “Mau ke mana nih? Lo mau gue anter balik apa makan dulu, ntar gue yang diomelin Tante Meta lagi udah nyulik anaknya lama-lama tapi, eh, nggak dikasih makanan apa-apa, minimal empedu semut lah. Gue disangka ngapa-ngapain, kan, bahaya.”

“Lo, kan, emang habis ngapa-ngapain gue!” ucap Avari kencang.

Farrel langsung menutup mulut Avari dengan sebelah tangan dari depan dan sebelah tangan melingkar di belakang kepala cewek itu karena banyak pengunjung bandara yang melihat ke arah mereka. “Gue nggak ngapa-ngapain lo anjir, Var, tobat lah tobat.”

“Lo tadi cubitin gue, lo tadi tarikin idung sama pipi gue! Pasti lo berpikir yang enggak-enggak, ya?” Avari menunjuk Farrel dengan mata memincing.

Farrel menatap Avari dengan sebelah tangan memutar-mutar kunci mobil dan menekan klakson mobilnya yang ternyata sudah dekat. Ia tersenyum miring melihat Avari sudah ingin masuk ke mobilnya.

“Gue mau ngapa-ngapain lagi ah,” lalu dengan cepat Farrel memanjangkan tangan kanannya tepat di sebelah kepala Avari hingga kepala Avari meratap jendela mobil, lalu kepala Farrel ia tundukan mendekat ke wajah Avari, membuat Avari nyaris melotot tak dapat mengontrol degup jantungnya. Namun bukannya melakukan hal aneh, Farrel melewati wajah Avari dan membukakan pintu. “Silakan masuk anak dari Tante Meta,” Farrel mengacak kening Avari lagi. Saat Avari sudah masuk ke dalam mobil, Farrel kembali mengetuk kaca jendela.

“Kenapa lagi coba?” gerutu Avari kesal sesudah membuka jendela.

“Inget, ya, Var, seorang Farrelo Gibran diciptakan buat ngelindungin cewek bukan buat ngerusak cewek.” Farrel tersenyum manis lalu berputar menuju kursi pengemudi.

---

Fausta menghela nafas setelah tadi ikut mengantar Alika pergi hingga ia menghilang di balik pintu keberangkatan Internasional. Kali ini ia akan pulang, mungkin Farrel sudah lama menunggunya, ia juga lupa berterimakasih pada kakak--yang lebih mirip untuk menjadi adiknya itu. Karena Farrel lah ia tahu hal ini, jadi ia akan mentraktir makan cowok itu.

Sesuai isi kantung juga, sih.

“Loh, Fausta?”

Fausta mendongak saat mendengar sesosok suara familier menyapanya dari jarak dekat. Fausta mendongak dan menemukan cewek bercelana putih di atas lutut dengan jaket berdiri di depannya. Itu Arin, teman satu klubnya. Tetapi apa yang dilakukan cewek itu malam-malam begini?

Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang