2.0 - Upset

22 4 0
                                    

Farrel sampai di depan halaman rumah Vari yang hijau, kebiasaan lama Meta, ibu Vari, yang gemar menanam bunga di halamannya.

Setelah turun dari mobil, Farrel langsung masuk begitu saja ke dalam rumah Vari tanpa mengetuk pintu lebih dahulu. Ini memang sudah menjadi kebiasaannya karena ia telah bersahabat dengan Vari dan mengenal keluarganya sejak lama. Jauh lebih lama dari Fausta mengenal Vari. Karena kalau diingat-ingat pun Fausta bisa mengenal Vari karena Farrel yang mengenalkan mereka.

Kembali ke keadaan sekarang.

Rumah Vari sepi begitu Farrel masuk ke dalamnya. Biasanya rumah itu ramai, tapi sepertinya ibu Vari tengah pergi, jadi Farrel langsung melangkahkan kakinya begitu saja menuju kamar Vari dan mengetuk pintu kamarnya yang tertutup.

“Masuk,”

Setelah membuka pintu, yang dapat Farrel lihat pertama kali adalah kamar Vari yang terang namun lantainya berantakan dengan banyaknya kertas yang terlihat habis diremas bergeletakan dimana-mana. Sementara sosok Vari sendiri duduk dengan kaki tertekuk dan kepala yang ditempelkan pada lutut di sudut kamar.

“Var?” Farrel duduk di hadapan Vari.

Hening. Mereka sama-sama diam tanpa ada yang memulai pembicaraan terlebih dahulu.

“Vari lo kenapa?” tanya Farrel sambil mengelus-elus bahu Vari.

Cewek itu mendongak, matanya sedikit memerah. “Gue benci banget sama adek lo!” tiba-tiba Vari berkata marah. “Kenapa sih dia sejahat itu, Rel?”

Farrel duduk bersila di hadapan Vari. “Fausta ngapain lagi? Cerita aja ke gue,”

Vari mengusap matanya. “Dia bilang dulu dia sayang sama gue, terus tiba-tiba jadian sama Alika. Gue sakit banget pas itu, tapi gue berusaha rela aja asal dianya bahagia. Dan pas gue udah bisa lupain dia dengan suka sama Nathan sampe tiba-tiba Nathan jadian sama Bella, dia dateng lagi. Dinding pertahanan gue roboh, Rel, kalo digituin terus,”

Farrel menatap Vari dalam diam. Farrel tak akan menginterupsi cerita cewek itu, karena empat tahun bersahabat dengannya membuat Farrel tahu banyak kebiasaan Vari yang tak suka jika ceritanya diselak.

“Terus sekarang apalagi? Dia sama Arin deket juga? Dare apalagi yang dikasih temennya ke dia sampe tiba-tiba dia bilang ke Arin kalo dia minta bantuan Arin buat lupain gue. Gue salah apa, Rel? Gue salah apa sampe bikin dia mau lupain gue?” Vari kembali menangis di depan Farrel, ia menunduk menyembunyikan wajahnya.

Jujur, ini adalah pertama kalinya Vari menangis di depan Farrel. Bukan, bukan pertama. Tapi kedua kalinya setelah tangisan sedih karena Farrel yang lebih dahulu menangis di depan Vari di hari Farrel mendapat kabar kalau ayahnya kecelakaan dan meninggal. Saat itu Vari di sana, menghibur Farrel saat ia kehilangan sosok pahlawan dalam hidupnya.

Namun kali ini tangisan Vari berbeda. Dan jujur, Farrel tidak suka melihat Vari sedih.

“Kenapa Fausta sejahat itu, sih?” suara Vari tidak jelas, teredam.

“Tapi menurut gue dia cemburu. Dia cuma nggak suka liat lo deket sama gue, Var,” ucap Farrel.

Vari mendongak. “Iya, Rendy juga bilang gitu,”

“Rendy anak basket?”

“Iya. Rendy sahabat si adek lo itu yang cerita semuanya ke gue. Tapi emang dia pikir gue suka gitu liat dia deket sama Arin? Lagipula ini elo, sodaranya sendiri yang bahkan dari jaman lo berdua belom lahir aja udah bareng. Dia pasti udah tau lah sifat lo gimana. Dia juga tau lah gue sama lo udah sahabatan dari jaman kapan, masa iya gitu doang cemburu?”

Farrel menghela napas. “Var, gue tau lo sakit hati. Tapi gue tanya, lo masih sayang nggak sama Fausta?”

Vari mengernyit. “Apa maksudnya?”

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: May 09, 2018 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

Ice CreamOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz