1.2 - Absurd Conversation

314 19 0
                                    

Farrel keluar dari dalam kamar mandi sambil mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk kecil berwarna putih yang ia pegang.

“Cepet rematik lu mandi jam segini.” komentar Fausta tersebut langsung membuat Farrel menoleh. Kembarannya tersebut sedang tengkurap di atas tempat tidur seraya memainkan PSP dengan mulut mengunyah makanan.

Farrel berjalan mendekati Fausta, lalu berdiri tepat di sebelah tempat tidur. “Gue mah udah kebal.”

“Iya udah kebal, kebalik otaknya.” sahut Fausta tanpa melihat ke arah Farrel dan memfokuskan pandangannya ke arah layar PSP yang menampilkan sebuah game balap mobil.

“Nah, itu maksud gue,” Farrel cekikikan. Sadar tidak digubris oleh saudara kembarnya itu, keusilan Farrel pun kambuh. Ia berjalan menuju nakas, kemudian mengambil segelas air minum. Saat sudah dapat apa yang ia inginkan, Farrel kembali ke tempat semula dan mulai melancarkan niatnya. Dengan sengaja Farrel minum tepat di atas kepala Fausta, dan dengan sengaja ia menumpahkan seluruh air di dalam gelas ke kepala Fausta hingga si empunya langsung duduk dan mengusap rambutnya yang basah.

“Sialan lo, uler keket!” omel Fausta kesal. Sekarang rambutnya tidak jauh berbeda dengan rambut Farrel yang basah.

Farrel langsung memasang wajah sok bersalah. “Astaghfirullahal adzim, ya Allah ya Tuhanku, sori, Ta, sori...,” kata Farrel dramatis. “...gue sengaja,” tambahnya, kemudian langsung berlari keluar kamar karena tahu kalau Fausta pasti akan membalasnya dengan lebih kejam.

Ya, Fausta memang kalau dalam urusan membalas Farrel akan sangat teramat kejam.

Farrel akan menceritakan salah satu kejadian balas dendam Fausta padanya yang paling kejam —walaupun pada nyatanya seluruh bentuk balas dendam Fausta kejam semua.

Tapi percayalah, kejadian itu sangat teramat memalukan.

Jadi, saat SMP dulu, Farrel yang memang memiliki tingkat keusilan tingkat tinggi pernah dengan sengaja mengempeskan roda sepeda Fausta saat cowok itu sudah terlambat pergi ke sekolah. Dan saat Fausta tahu siapakah pelaku kejahatan itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Farrel. Cowok itu membalas dengan lebih kejam, tak tanggung-tanggung, Fausta mendorong Farrel yang tengah bermain sepeda hingga ia tercebur ke selokan dekat rumah.

Kalau sepedanya saja, yah, Farrel tidak masalah.

MASALAHNYA INI FARREL IKUT NYEMPLUNG! Bahkan hampir kepalanya saja yang terlihat. Untung orang yang melihatnya tidak sempat memotretnya lalu dikirim ke koran.

Jika sampai ia masuk koran dengan judul: “Misteri, seorang anak lelaki tiba-tiba muncul dari dalam selokan. Apakah ini merupakan pertanda buruk?” 'Kan bahaya. Mau ditaruh mana muka Farrel.

Dan saat Farrel bertanya mengapa Fausta begitu kejam membalas perbuatan Farrel, cowok itu justru berkata kalau niatnya hanya ingin membuat sepeda Farrel tercebur ke selokan hingga kotor, dan saat Fausta tahu jika Farrel juga ikut tercebur, cowok itu malah berkata, “Nah kalo lu-nya ikut nyemplung, itu bonus. Lagian juga lu 'kan biasa mandi pake air selokan, nggak usah lebay gitu dong, Rel.”

Untung Farrel orang yang tabah.

Kembali lagi ke dunia nyata. Sekarang Farrel tengah berjalan santai di ruang keluarga saat ia tidak merasakan tanda-tanda keberadaan Fausta. Ia pun ingin duduk sejenak di kursi sebelum menelepon Dokter Dane untuk menanyakan perkembangan ibunya.

Selama ia dan Fausta menjalankan ujian, Dokter Dane dengan berbaik hati menawarkan jika ia saja yang menjaga Fanya sampai Farrel dan Fausta selesai menjalankan ujian mereka.

Betapa beruntung Farrel bisa mengenal orang semacam Dokter Dane.

Farrel mengambil ponselnya dari atas buffet, ia berjalan menuju kursi terdekat seraya memainkan ponselnya. Sekedar mengecek, siapa tahu Keiza mengirimkan pesan chat. Ah, Farrel terlalu berharap, karena pada nyatanya hanya official account yang memenuhi list chat-nya. Dan ada beberapa perempuan yang mengiriminya chat tidak penting seperti “hai”, tetapi tidak ia baca karena ia tidak mengenal perempuan-perempuan itu.

Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang