0.6 - Bestfriend

244 15 0
                                    

"Rel!"

Farrel menoleh karena namanya disebut dari arah belakang. Kemudian ia tersenyum tipis melihat kehadiran Avari di belakangnya, masih mengenakan tas. "Hai, Var."

"Mm.., gimana keadaan Tante Fanya?" tanya Avari ragu-ragu, takut membuat Farrel sedih dan teringat akan keadaan Mamanya yang sudah sekitar dua minggu menjadi pasien rawat inap di rumah sakit tanpa adanya kabar perkembangan kondisi apa pun.

Farrel menghela nafas sambil menatap sepatunya. "Gitu-gitu aja, Var. Belom ada kabar lebih lanjut dari Dokter Dane."

Avari mengelus tengkuknya, merasa bingung ingin melakukan apa lagi. Terlebih, akhir-akhir ini, sejak kecelakaan yang dialami oleh Tante Fanya, Farrel memang kadang-kadang bisa menjadi super diam, dan sesaat Avari seperti tidak mengenali Farrel kalau dia tiba-tiba menjadi pendiam.

"Far!" teriak seseorang dari belakang Farrel dan Avari.

Secara bersamaan Farrel dan Avari menoleh, kemudian tersenyum. "Kenapa?" tanya mereka bersamaan. Kemudian saling menoleh satu sama lain.

Orang yang memanggil mereka, Keiza, mengernyit bingung sebelum menepuk dahinya karena teringat sesuatu. "Aduh, gue bego. Sori, gue lupa kalo Far, pake 'F', sama Var, pake 'V', cara penyebutannya sama." Keiza terkekeh pelan.

Avari memutar bola mata malas. "Ya udah, terus yang lo panggil tadi yang pake 'F' atau 'V'?" tanyanya yang membuat Keiza tertawa.

"Hm, dua-duanya aja, deh. Halo Var dengan 'V', dan Far dengan 'F'! Kalo gitu gue duluan, ya. Da-ah!" dan dengan cepat Keiza berlari meninggalkan Farrel dan Avari yang masih diam di tempat dengan raut bingung.

"Temen lo aneh." Cibir Farrel kemudian tertawa.

"Dari dulu."

---

Keiza menghempaskan tubuhnya di atas tempat duduknya. Tempat terpojok yang ada di kelas, tanpa seorang teman sebangku. Ya, Keiza lebih senang duduk sendirian, tanpa teman, tanpa gurauan. Menurutnya sendiri lebih menyenangkan. Walaupun banyak yang ingin berteman dengan Keiza, cewek ini lebih memilih sendiri saja, baginya, cukup Avari dan Arin saja temannya.

Keiza teringat sesuatu. Ia pun mengeluarkan dua buah kotak makan dari dalam tasnya. Kemarin, Farrel bilang padanya, kalau ia ingin sekali dibawakan bekal berhubung ia sekarang jarang berada di rumahnya—cowok itu sibuk menjaga ibunya yang koma di rumah sakit.

Kasihin nggak, ya? Batin Keiza bingung, ia menimbang-nimbang waktu yang pas untuk memberikan makanan itu pada Farrel atau tidak. Apa gue kasih ini ke Fausta aja, ya? Tapi kelasnya Fausta 'kan jauh banget. Batin Keiza lagi.

Tiba-tiba Keiza nyengir, sebuah ide terlintas di otaknya.

Keiza Deandra: Vaaar!

Keiza Deandra: Vari!!

Avari: Apa, Sayang?

Keiza mengernyit melihat balasan LINE dari Avari. Sejak kapan cewek itu jadi penyuka sesama jenis? Seingat Keiza, selebay dan sealay apa pun Avari, cewek itu tetap akan membalas pesan dengan normal.

Keiza Deandra: Sejak kapan lo jadi lesbi gini, sih, Var?

Avari: Sejak aku sayang sama kamu.

Avari: Love you, Kei.

Keiza mengernyit jijik. Ia curiga, yang sedang membalas pesannya ini bukan Avari, atau jangan-jangan cewek itu kerasukan? Ah, tidak mungkin. Drama sekali kalau benar Avari kerasukan.

Ice CreamWhere stories live. Discover now