Keenambelas

Mulai dari awal
                                    

Kirana memperhatikan bangkunya dan ingatan delapan bulan terakhir berputar diotaknya. Kenangan yang tak akan pernah ia lupakan. Disini, ia menemukan sahabatnya Siska, dibangku ini tempat ia menimba ilmunya, dan tempat inilah ia juga pernah dibully oleh beberapa orang temannya.

Kirana memperhatikan arlojinya. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum bel masuk berbunyi. Ia memutuskan untuk berjalan mengelilingi sekolahnya.

Kirana berjalan melangkah kearah taman dibelakang sekolah yang menjadi tempat favoritnya jika ingin menyendiri. Ia tersenyum menatap sebuah bangku taman yang biasa ia duduk. Ia berjalan ke arah bangku taman tersebut, dan mengingat potongan-potongan ingatan yang membuat ia menitikkan air mata. Bagaimana pun nantinya. Ia akan merindukan bangku taman yang sudah menemaninya membaca buku, menambah wawasannya.

Suara dehaman seseorang membuat ia tersadar dan menoleh kearah sumber suara. Seketika ia tersenyum kepada orang tersebut.

"Hai kak" sapa Kirana kepada Mario.

"Hai Ki, lo apa kabar? Oh iya denger-denger lo mau pergi ya?" tanya Mario dengan raut wajah sedih. Kirana hanya mengangguk dan menghela nafasnya pelan.

"Kakak tahu dari mana?" tanya Kirana dengan mata menyipit curiga. Mario hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ngg.. Itu.. Dari.. Siska" ucap Mario berbisik tapi dapat didengar oleh Kirana. Kirana hanya terkekeh. Lucu sekali baginya mendapati wajah Mario agak memerah karena malu. Jarang sekali ia mendapati Mario yang salah tingkah begini.

"Ciee.. Yang udah baikan" ucap Kirana. Mario hanya tersenyum manis kepada Kirana. Mario mendesah pelan. Ia menoleh ke arah Kirana yang sudah menatap ke arah depan yang masih mengulum senyum manisnya. Suara dehaman Mario membuat Kirana menatapnya kembali.

"Ki.. Maaf" ucap Mario sambil menundukkan kepalanya. Kirana mengangkat alisnya sebelah.

"Maaf? Buat?" tanya Kirana.

"Ya.. Dulu gue pernah punya niat jahat sama lo, tapi gue sadar, lo gak pantas dijahatin.. Maafin gue ya?!" ucap Mario. Kirana hanya tersenyum.

"Tanpa lo minta pun, gue udah maafin lo kok kak" ucap Kirana. Mario tersenyum lega menatap Kirana. Matanya kembali menatap sedih kearah Kirana.

"Tapi.. Lo berapa lama disana? Seminggu?" tanya Mario. Kirana menggeleng lemah.

"Gue gak tau kak.. Entah sebentar atau bahkan selamanya. Tapi yang pastinya, gue insya Allah akan nyempetin diri kesini" ucap Kirana akhirnya. Mario mengangguk mengerti. Matanya kemudian menatap langit biru yang cerah diatasnya.

"Kak, semoga lo lulus ya.. Gue doain kok" ucap Kirana tulus. Membuat Mario mengulum senyum manisnya menatap sesosok berhati malaikat disampingnya.

**

Siska hanya menangis menatap Kirana yang sedari tadi sedang menyusun pakaiannya kedalam koper. Malam ini ia akan menginap disini, membantu Kirana untuk bersiap. Karena besok siang Kirana akan berangkat. Hal ini sempat membuat Laras iri karena dapat menemani Kirana disaat hari terakhirnya. Kalau saja umi tidak menjemputnya, ia akan menemani Kirana. Kemanapun Kirana pergi, ia akan mengikuti Kirana.

"Ki.. Kalau lo pergi, gue sama siapa dong?" tanya Siska disela tangisannya.

"Siska, kan ada Mario" goda Kirana, kepalanya pusing karena entah kali berapa Siska menanyakan hal yang sama kepadanya.

"Ihh.. Ogah.. Jawaban itu lagi.. Males banget" gerutu Siska menghapus kasar air matanya. Kirana hanya terkekeh mendengar gerutuan sahabatnya tersebut.

"Ya elo sih.. Nanya itu mulu, kan disekolah banyak manusia, lo tinggal milih aja kali Ka" ucap Kirana sambil mengambil pakaiannya dari dalam lemari.

CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang