CHAPTER 22 : Perseteruan sengit

2.2K 108 6
                                    

Untuk yang pertama kalinya dalam sejarah, Prissy menjadi satu - satunya orang yang menempati posisi pertama untuk masuk ke dalam kelasnya. Hari ini begitu ajaib baginya. Prissy yang beberapa bulan telah menjadi penghuni VHS, yang biasanya malas - malasan mendadak bersemangat.

Semalaman suntuk ia tak berhenti memikirkan Via yang tampak menyembunyikan rahasianya sendiri tanpa diketahui oleh orang lain, kecuali Alvin. Inilah motivasi yang membuatnya semangat. Sebagai sahabat, Prissy ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Via. Agar rasa penasarannya terobati, jadilah ia bergegas pergi sekolah pagi - pagi buta demi memperoleh informasi dari Via yang notabene-nya adalah siswi yang paling rajin masuk kelas. Sambil menopang dagu, pikirannya melayang ke kejadian kemarin malam.

Flashback

"Fy.. lo yang sabar ya. Maafin gue karena baru dateng sekarang. Gue baru periksa ponsel, jadi gue gak tau kalo ada pesan dari Prissy," ucap Via berhambur ke pelukan Ify dengan rasa bersalahnya. Sahabat macam apa yang asik bersenang-senang, sementara sahabatnya sendiri sedang dihadapkan dengan ujian yang cukup berat?! Via sungguh merasa gagal menjadi sahabat yang baik bagi Ify.

"Gapapa kok Vi, gue justru seneng dan berterima kasih sama lo karena udah mau dateng ke rumah sakit. Maafin gue juga karena gak bisa menghibur lo, walaupun gue gak tau lo marah kenapa dan sama siapa." Ify menepuk punggung Via berkali - kali seolah semuanya baik - baik saja.

Alvin mengusap telinganya mendengar penuturan Ify barusan. Tanpa sadar kata - kata Ify membuatnya tersindir secara tidak langsung. Alvin jadi merasa bersalah atas semua yang hari ini.

"Maafin gue ya, karena sebenarnya yang buat Via marah itu adalah gue. Dan gue jugalah orang yang menjadi penyebab keterlambatan Via sampai ke rumah sakit," lirihnya.

Via dan Ify melepaskan pelukannya dan menoleh kearah Alvin yang menunduk dalam.

"Gapapa kok Vin. Thanks ya lo udah dateng kesini dan ngaterin Via ke rumah sakit dengan selamat. Lo emang bener - bener gentelman vin! Dan lo beruntung vi, punya pacar kayak Alvin." Ify mengerlingkan matanya menggoda Via yang tampak tersipu malu. Alvin pun tak jauh beda dengan sikap Via.

Suasana yang tadinya menegang selama beberapa jam, kini berubah mencair saat Via dan Alvin datang. Entah mengapa kehadiran mereka menjadi keceriaan tersendiri bagi orang - orang di sekitarnya. Jalinan hubungan mereka sebenarnya sangat kuat tanpa disadari keduanya.

"Terus gimana kondisi bunda lo?" Tanya Via penasaran. Ify tersenyum lebar, "Syukur Alhamdulillah vi, kondisi bunda mulai membaik. Tapi bunda harus menjalani perawatan selama beberapa hari di rumah sakit," ujarnya. Via ikut tersenyum lega akan kabar baik ini.

Prissy yang hanya menyimak percakapan diantara ketiganya lekas membuka suara, "Eh by the way, lo kenapa bisa sama Alvin vi?" Tanyanya menatap penuh selidik pada Via dan Alvin secara bergantiannya.

"Eh itu euumm.. gue sebenernya lagi mau jalan - jalan aja sama Alvin. Iya itu bener! Hehehe." Alibi Via tersenyum hambar. Berkomat-kamit dalam hati agar yang lainnya juga tak mencecarnya dengan berbagai pertanyaan seputar dirinya.

"Lo jalan - jalan sama Alvin? Bukannya hampir seharian di sekolah lo marah sama Alvin ya vi?" Tanya Gabriel tanpa sadar menyudutkan posisi Via. Via menggigit bawah bibirnya gugup.

"Sebenernya pas gue sampai rumahnya Via, gue denger-- Aww!!" Alvin meringis kesakitan saat tangan Via bebas mencubit dirinya seenaknya. Mengedipkan matanya sebagai isyarat agar segera bungkam.

"Denger apa vin?" Timbrung Rio yang mulai tertarik dengan topik pembicaraan itu.

"Denger kalau-- Awww!!" Lagi-lagi Via mencubit lengan Alvin. Namun kali ini lebih kasar dari yang sebelumnya. Matanya mendelik tajam kearah Alvin, seolah mengatakan, 'sekali lagi lo ngomong, gue gak akan segan-segan bunuh lo!'.

30 DAYS FOR LOVEOù les histoires vivent. Découvrez maintenant