CHAPTER 7 : Alvin vs Cakka (Salah sasaran)

2.8K 142 4
                                    

"Eh alv, tadi lo ada urusan apa sama Via?" tanya Rio yang masih fokus menatap layar monitor. Jemarinya lincah memencet tombol joystick game-nya. Sementara cowok yang ada disebelahnya tak beda jauh dari apa yang dilakukan Rio. Hanya saja ia tak seheboh Rio.

"Kepo lo!" sahutnya singkat sembari mencomot keripik kentang itu dalam satu genggaman sekaligus dan mengunyahnya dengan santai. Rio yang merasa tidak puas dengan jawaban Alvin, hanya bisa mendesis.

"Ah sok main rahasia-rahasian lo sekarang sama gue. Gak asik!" cibirnya.

Sebelah tangangnya sibuk meraba-raba toples yang ada di sebelahnya. Sementara matanya tak lepas dari layar monitor. Merasa ada keganjilan, ia pun mengalihkan pandangannya kearah toples yang sejak tadi ia raba. Melihat isi toplesnya habis, sejurus kemudian Rio melirik skeptis pada Alvin.

"Rese lo! Keripik gue abis nih gara-gara lo. Tanggung jawab!" protes Rio memukul bahu Alvin dengan kasar. Karena Alvin di anugerahi tubuh yang kuat dan berotot, ia tak terpengaruh dengan apa yang Rio lakukan terhadapnya.

"Nih gue kasih!"

Alvin menyodorkan setengah keripik yang baru saja digigitnya beberapa detik lalu dihadapan Rio.

"No thanks!" Rio menyingkirkan keripik itu, menghempaskan tangan Alvin ke udara dengan kesal. Alvin tersenyum puas melihat sepupunya itu menggerutu sebal.

"Eh gue mau nanya deh io sama lo. Cewek yang lo taksir itu siapa sih?" tanya Alvin penasaran. Rio melirik sebentar ke arah sepupunya.

"Kepo lo!" sahutnya ketus.

Alvin memutar bola matanya malas. "Gue seriusan io!"

"Gue juga!"

Rio tersenyum menang. Ia puas mengerjai balik sepupunya itu. Aksi balas dendamnya itu berhasil. Alvin melengos dan merutuki Rio dalam hati. Ya mau bagaimana lagi, perdebatan antar dua cowok itu kerap sering terjadi.

***

"WOY WOY GUE PUNYA BERITA HEBOH! ALVIN SAMA KAK CAKKA MAU TANDING BASKET SEKARANG DI LAPANGAN!" seru Bastian sukses mengundang simpatik semua orang yang ada di kelas itu. Mereka menyambut kabar berita itu dengan sangat antusias. Terbukti, mereka semua langsung berhamburan keluar kelas tanpa dikomando.

Via yang mendengar kabar itu, tersentak kaget. Ia merasa kepalanya ingin pecah sekarang. Speechlees. Shock. Itulah yang sedang dirasakannya. Ia membeku di tempat. Oke, kalau Kak Cakka main basket sih sudah biasa. Karena secara.. Kak Cakka kan ketua tim basket inti di sekolahnya. Tapi bagaimana dengan Alvin? Memangnya dia bisa main basket? Anak baru nantangin seniornya? Sepertinya Alvin sudah gila!

"Eh vi! Ayo buruan kita cabut! Lo kan pacarnya Alvin!" seru Prissy tak kalah dengan teriakan Bastian beberapa menit yang lalu. Ia terus berteriak didepan telinga Via membuat Via harus pasrah menutup telinganya.

"Gak pake teriak berapa sih Priss?!" dengusnya kesal. Ify yang berada disamping Via malah menarik-narik tangan sahabatnya itu secara paksa.

"Ayo cepetan Viaaa!!" Via meremas rambutnya frustasi karena ulah dua sahabat sintingnya itu.

^_^

"Gue mau lo jauhin Via sekarang juga! Ngerti?!" ancam Cakka menatap sinis Alvin yang sekarang ada dihadapannya. Alvin dengan stay cool-nya tersenyum meremehkan.

"Siapa elo nyuruh-nyuruh gue buat jauhin Sivia. Hah?!" balas Alvin tak mau kalah. Ia menggerdikkan dagunya kearah Cakka.

Geram karena ancamannya tak digubris Alvin, Cakka akhirnya mendorong tubuh Alvin kasar. Nyaris saja Alvin jatuh terjerembab ke belakang kalau saja kakinya tak kuat menahannya.

"Elo gak pantes buat Via!"

Alvin tertawa sinis, memutar bola matanya jengah. "So what? Yang penting gue udah jadi pacarnya Sivia." ujarnya bangga.

Cakka yang mulai muak dengan sikap adik kelasnya itu pun mulai tersulut emosinya. Tangannya sudah terkepal kuat. Baru kali ini ia diremehkan dengan adik kelas macam Alvin. Dan yang lebih parahnya, ia kalah melawan adik kelasnya yang kurang ajar itu. Ia kalah mendapatkan hati cewek pujaannya. Cakka pun bersiap melayangkan tinjunya kepada Alvin dan....

'BUGGGHHHHH!!!!' tinjunya itu memang berhasil ia layangkan. Tapi ia salah sasaran. Bukan Alvin yang terkena tinjunya itu, melainkan...

"VI... VI-A??!!" pekik Cakka. Tangannya bergetar. Kalau saja begini akhirnya, Cakka pasti tak akan melakukannya dari awal. Mendengar pekikan Cakka dan suara histeris semua orang, Alvin membuka matanya setelah beberapa detik terpejam. Ia terkejut melihat cewek itu kini sudah jatuh tersungkur di bawah kakinya. Cewek itu pingsan tepat di depan matanya sendiri. Alvin menahan nafasnya, sesak.

"SIVIAAA!!!" Teria Alvin histeris. Ia segera membungkuk dan melepas secara kasar tangan Cakka yang tengah menahan kepala gadisnya itu.

"GILA LO KKA! SINGKIRIN TANGAN KASAR LO ITU DARI SIVIA! SAMPAI TERJADI APA-APA SAMA SIVIA, GUE GAK SEGAN-SEGAN BUAT BUNUH LO! NGERTI?!" bentak Alvin setengah berteriak. Tatapan sengit ia arahkan ke kakak kelasnya itu. Cakka diam. Ia menuruti perintah Alvin. Toh, ini memang salahnya.

Cakka mengepalkan kedua tangannya. Kesal karena dirinyalah yang justru membuat cewek itu tak sadarkan diri seperti ini. Tanpa harus menunggu lagi, Alvin langsung membopong tubuh Via menuju UKS. Semua orang menyingkir memberi Alvin jalan. Sementara Cakka hanya menatap kepergian Alvin dan Via lirih. Lalu menunduk mendengus penuh penyesalan.

"ERGGGGHHHHHHHH!!!"

***

30 DAYS FOR LOVEWhere stories live. Discover now