CHAPTER 4 : Nano-Nano

3.1K 175 1
                                    

"Bu, es jeruknya satu dong bu!" seru seorang cewek dan seorang cowok secara bersamaan. Sejurus kemudian, mereka berdua saling bertatapan sengit. Bersiap untuk memulai perang. Entah untuk yang kesekian kalinya.

"LO KENAPA SIH NGIKUTIN OMONGAN GUE?!"

Lagi. Mereka berbicara kompak secara tidak sengaja dan masih terus berteriak seolah dunia hanya mereka berdua yang mendengar. Padahal seluruh penjuru kantin sudah bersiap menyaksikan pertempuran sengit diantara keduanya. Menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"LO YANG NGIKUTIN GUE!" sungut Prissy berkacak pinggang. Kedua matanya yang terlihat seperti garis lurus itu memancarkan sinar laser guna membidik sasarannya. Kepalanya sudah menguap melihat seseorang yang ada dihadapannya saat ini.

"Idihh.. lo kali yang ngikutin gue! Lo nge-fans kan sama gue?!" balas Gabriel tak mau kalah.

Prissy yang pipinya sudah merah padam, mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Kenapa ia harus dihadapkan pada cowok menyebalkan itu lagi sih?!

"Nggak banget deh gue nge-fans sama lo! Amit-amit deh! Hiiiiii.." cibir Prissy sambil menggerdikkan bahunya geli.

"Eh lo Playgirl cap ember mending diem aja deh!"

Mendengar celaan Gabriel, Prissy makin geram dan menggebrak meja yang ada di kantin itu dengan kasar. Masa bodoh kalau ada yang jantungan karena ulahnya itu.

Saking kerasnya suara gebrakan meja Prissy, semua orang yang tengah menikmati makanannya masing-masing, mendadak mematung. Ada juga yang tersendak saat menelan makanannya. Gabriel tak kalah kagetnya dengan mereka melihat kelakuan Prissy yang.. ehem.. sedikit kasar.

"GABRIEELL!!!! GUE KUTUK LO JADI BATUUU!!!" kutuk Prissy dengan suaranya yang lembut nan menggelegar. Gabriel mengernyit.

"Emangnya lo nyokap gue?!"

Di sisi lain...

Ify yang bosan menunggu Prissy untuk kembali, hanya dapat melahap siomay-nya dengan malas. Untuk melepaskan rasa bosannya itu, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Mungkin dengan cara itu, dirinya bisa terhibur.

Beberapa anak yang Ify lihat memang biasa saja. Namun ada satu sosok yang kini mencuri perhatiannya. Senyum Ify mengembang melihat sosok itu. Ia terkagum oleh paras tampan sang cowok.

Namun sepersekian detik kemudian, senyum Ify berubah menjadi senyuman masam saat sosok yang ia kagumi sedang menelepon seseorang dengan raut wajah yang berseri-seri. Ify menghela nafasnya berat.

"Kak Rio pasti lagi telepon pacarnya deh. Huft!"

^_^

Setelah dua sahabatnya meninggalkan dirinya sendirian didepan halaman sekolah, Via nampaknya masih asik berkutat dengan ponselnya. Sibuk menghubungi supirnya untuk segera menjemput dirinya.

Tapi apalah daya, nomor yang ia coba hubungi sejak beberapa menit yang lalu tak kunjung mendapat respon dari sang pemiliknya, melainkan sang operator yang cuap-cuap ditelinga Via. Ah sangat menjengkelkan!

Via terus menggerutu sambil mencoba menghubungi nomor itu -lagi-, namun tiba-tiba saja ponselnya dirampas oleh seseorang yang entah sejak kapan dan darimana sudah muncul dihadapannya.

"Lo pulang bareng gue!"

Suara berat orang itu mampu membuat Via terhenyak. Ia lantas mengedarkan tatapannya kearah cowok berseragam sekolah yang sama dengannya. Nada suaranya penuh penegasan diakhir kalimat yang terdengar seperti sebuah perintah. Via masih melongo tak percaya.

"WHAT?!" pekik Via heboh.

Seenaknya saja cowok itu membuat perintah. Memang dia pikir dia itu siapa?!

Cowok itu hanya tersenyum sok cool dan membolak balikkan ponsel Via santai seolah tak berdosa dengan apa yang telah dilakukannya. Hal itu membuat Via semakin jengkel setengah mati.

"Gak perlu kaget. Ini udah tugas gue sebagai PACAR lo buat anter jemput kemanapun lo pergi."

"A-apa?! Sejak kapan gue punya PACAR tukang OJEK kayak lo?"

"Sejak kita PA-CA-RAN! Lo lupa ya? Lo kan udah jadi pacar gue. Sekalipun gue harus jadi tukang OJEK, gue tetap PACAR lo. So.. come on Sivia!"

Alvin menarik lengan Via paksa. Menggiringnya untuk menaiki motor Cagiva merahnya. Tentu saja hal itu membuat Via makin gondok dengan ulah gila cowok tengik satu itu! huft -_-

^_^

Di perempatan lampu lalu lintas, Prissy mengehentikan laju mobilnya saat lampu lalu lintas itu berubah warna menjadi merah, tanda berhenti. Ify yang berada disampingnya, malah asik berkutat dengan ponselnya.

Cewek imut berbehel itu sepertinya sedang serius dengan isi yang berada dilayar ponselnya. Tapi Prissy sepertinya tidak peduli dengan apa yang dilakukan sahabatnya itu. Menurutnya ada topik yang lebih menarik untuk diperbincangkan dibadingkan harus ber-kepo ria terhadap Ify.

"Lo liat gak sih fy, tadi pas Via masuk kelas kok mukanya cemberut gitu ya?" tanya Prissy tanpa mengalihkan pandangannya ke jalan raya. Ia tengah menunggu detik-detik lampu merah itu berubah warna menjadi hijau.

Ify mengangkat bahunya, lalu menyudahi aktivitasnya berkutat dengan ponselnya dengan memasukkannya ke dalam saku.

"Nggak tau deh."

Karena merasa bosan menunggu lampu lalu lintas itu, jadilah Prissy mengedarkan pandangannya menjelajahi setiap kendaraan yang berjajar di sekelilingnya. Lumayan.. hiburan.

"Priss.. priss.. itu bukannya Gabriel yaa?" seruan Ify itu memaksa Prissy untuk mengalihkan pandangannya kearah yang ditunjuk Ify. Ia mendesis. Tanpa sadar kedua tangannya mengepal dan memukul stir mobilnya.

"Cewek mana lagi tuh yang dia bawa?! Dasar Playboy cap curut!" gerutunya kesal. Ify sedikit terkikik dengan respon Prissy yang menurutnya sangat lucu. Bagaimana bisa sahabatnya yang satu ini mempunyai rasa gengsi yang sebesar itu? sungguh dramatis!

Beberapa detik kemudian, Ify terdiam. Ify tersadar, harusnya ia tak menertawai sahabatnya. Biarlah sahabatnya sendiri dan masalah percintaannya terselesaikan dengan sendirinya.

Lampu lalu lintas pun berubah warna menjadi hijau. Prissy kembali menjalankan mobilnya. Sementara ia mengedarkan pandangannya kearah jendela sambil menopang dagu.

Sesaat kemudian nafasnya tersenggal ketika ia tak sengaja menangkap sosok cowok pujaannya sedang membonceng seorang cewek dengan menggunakan Cagiva hitamnya. Wajah Ify menjadi merah padam. Ia cemburu! Matanya terus tertuju pada cowok itu. Menatapnya lirih.

"Ya Tuhan.. apakah cinta bertepuk sebelah tangan rasanya sesakit ini?"

***

30 DAYS FOR LOVEWhere stories live. Discover now