29. Tak Terduga

4.9K 262 16
                                    

Aku harap ini bisa mengobati kebaperan, nyeseknya kalian karna permasalahan kemil.




Semoga kalian suka dwngan penyelesaian masalah ini.




Happy reading all.



_______________♡♡♡______________

Waktu terus berlalu sudah dua minggu kevin tidak melihat mila, apakah wanita itu benar-benar meninggalkannya?. Hari itu dikantornya Kevin tidak bisa fokus, tumpukan kertas dimejanya tak satupun tersentuh, kepalanya hampir pecah memikirkan semuanya. Kevin tak sanggup lagi menahan kerinduannya terhadap mila. Diambilnya kunci mobil, meninggalkan perusahaannya tanpa sepatah katapun. Dalam mobilnya Kevin sudah mencoba menahan air matanya tapi bulir bening itu terus saja menetes tanpa permisi padanya.

Dua jam Kevin menempuh perjalanan dari jakarta ke Bandung & sekarang sudah pukul 16:45 ia sudah sampai didepan rumah sederhana milik mila. Kevin bergegas keluar dari mobil & melangkah kepintu rumah sederhana yang didominasi warna pastel. Kevin mulai mengetuk pintu namun tidak ada jawaban. Kevin kembali mengetuk pintu tapi masih sama tidak ada jawaban.

Hingga seorang tetangga lewat. "Anda mencari siapa? Tanya wanita paruh baya itu, Kevin yang mendengarnya langsung menjawab. "Mila, saya mencari jessica mila" jawabnya buru buru.

"Oh nak mila,tadi saya lihat dia sepertinya sedang nyekar kekuburan kedua orang tuanya" wanita itu dengan lembut.

"Terimakasih bu, kalau begitu saya pergi dulu" kevin meminta diri. Wanita itu hanya mengangguk. Kevin langsung berlari kearah makam mertuanya. karna jaraknya yang dekat Kevin tidak membawa mobil, tidak perlu waktu lama untuknya sampai ditempat itu.

Disana ia melihat seorang gadis sedang duduk didepan kuburan pak Amir, tak salah lagi itu adalah Mila. Kevin berjalan mendekati Mila ia dapat mendengar suara gadisnya sedang menangis, ia mendekat & berdiri tak jauh dibelakang mila, ia dapat mendengar semua keluh kesah gadis yang begitu ia cintai.

Dengan tangis sesegukan gadis itu mengeluarkan semua isi hatinya.

" ayah kenapa hidup begitu kejam, apa salah mila ayah? kenapa Tuhan mengambil kalian begitu cepat dari ku, sekarang aku tidak punya siapa siapa lagi ayah aku sendiri", tangisnya kembali terdengar.

"semua orang pergi meninggalku, bahkan suami yang begitu mila cintai dia tidak pernah menganggap keberadaan mila ayah, dia tak menginginkan mila dalam hidupnya. Kenapa ayah harus menitipkan mila pada keluarga mereka???

"Mungkin akan lebih baik kalau Mila tidak pernah bertemu dengan Kevin & akan lebih baik lagi jika kalian menjemputku ayah, Aku mencoba melupakan semua rasa sakit ini, jujur aku tak mampu ayah, aku tak bisa tanpanya. Kenapa Tuhan membiarkan aku Jatuh Cinta padanya jika pada akhirnya memisahkan aku dengan lelaki yang aku cintai"

Mila mengecup kedua batu nisan itu, ia menghapus air mata yang membasahi pipinya. Ia bangun & beranjak dari sana, namun alangkah terkejutnya dia saat melihat sosok pria yang sedang berdiri tak jauh darinya.

Mila merasakan aliran darahnya mendadak bekerja terlalu cepat, jantungnya berdetak lebih keras.

Kevin! Apa yang dia lakukan disini?

Kevin berjalan santai kearahnya & berhenti tepat dihadapannya. Mata mereka bertatapan. Kevin tubuhnya terlihat lebih kurus, kantong matanya terlihat gelab, ia tak seperti terakhir kali Mila melihatnya. Rambut yang sedikit berantakan namun terlihat mempesona.

Pupil mata kevin melebar, jantung terasa berhenti berdetak, air mata rindu menggantung dipelupuk matanya "Mila" tanpa suara bibir itu menyebuat nama yang telah menghujam rindu disetiap nadinya. Merindukan sosok itu hingga menangis tangannya gemetar lemah, kaki ingin melangkah & meraih tubuh mila kepelukannya. Ingin memeluk hingga sesak napas. Mungkin, Jika ada cawan sebesar benua,maka akan retak tidak mampu menampung rindu Kevin yang begitu meluap. Jantung itu begitu bergetar, rindu itu semakin beringas. Hati itu kembali terasa diremukkan oleh tangan kekar yang kejam. Lagi-lagi tangan itu semakin kuat meremas hati yang telah hancur. Semakin kuat hingga menahan nafas tak tertahankan sakitnya. Pelupuk mata tak mampu membendung air mata rindu yang ingin menyeruak keluar. Bintik air mulai membasahi jas hitamnya. Menunggu apa yang lebih pahit dari menunggu yang tidak pasti? Adalah menunggu yang pasti. Tetapi sudah jelas terasa menyakitkan. Menunggu untuk dimaafkan, menunggu untuk dimengerti atau mungkin sedikit saja untuk dipahami. Namun rasanya egois untuk dimengerti. Terutama yang pergi adalah karena kesalahan sendiri. Memutar waktupun rasanya mustahil karna hidup bukanlah film fiksi. Satu hal yang pasti, sedetik setelah sosok itu pergi ia hidup dalam bayang- bayang depresi. Hampir seluruhnya telah dibawa sosok itu pergi. Menunggu sang takdir mempertemukan pada pemilik hati yang kini sedang berdiri dihadapannya.

Akhir Kisahku [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora