11. Rasa Kehilangan

3.2K 245 5
                                    

Tanpa kata...... Waktu seakan berjalan sangat cepat, mila seperti mendapat hawa neraka yang merasuk kedalam sukmanya. Baru satu hari bertemu dengan ayahnya setelah kepulangannya dari paris semua sudah menjadi sejahat ini. Hanya tangis cairan bening alami menjadi penghantar raga yang tak bernyawa.

Rumah mila dipenuhi dengan pelayat yang silih berganti melewati pintu masuk rumahnya tanpa bisa menggoda raga mila untuk bergerak. Mila terlalu diam disamping jasad ayahnya, lapisan kain tipis menjadi penghalang pandangan, dengan tubuh kaku ayahnya menjadi saksi dimana mila menjadi perempuan terapuh didunia. Dia mungkin bisa kuat menghadapi lara batinnya saat berpisah dengan ayahnya beberapa tahun, namun kehilangan ayah untuk selamanya adalah terpaan badai terdahsyat yang mila terima. Mata mila telah lelah menghasilkan air mata, dirinya yang manusia biasa hanya bisa berusaha mengontrol kesedihan luar biasa yang menghimpit seluruh rongga tubuhnya. Mama Nancy, tante dian & Shintalah yang menjadi teman setianya. "Meski ayahnya telah tiada mereka akan selalu ada" kalimat itulah yang menjadi penghibur bagi mila. " ayah sudah menemukan kehidupan baru yang jauh lebih bahagia, tanpa penderitaan & rasa sakit" tutur mama Nancy menerpa telinga mila dengan kehangatannya.

Didalam otaknya hanya ada kenangan kenangan terakhir bersama sang ayah, mila sudah kehilangan segala daya & upaya, padahal harapan mila sudah membumbung tinggi, dia akan hidup berdua bersama ayahnya menjadi sebuah keluarga bahagia meski hanya berdua, sekarang semuanya hilang layaknya debu yang diterbangkan oleh angin. Menangis... jika air mata bisa mengembalikan kembali nyawa ayah kedalam raganya, mila dengan suka rela membiarkan kedua matanya mengering.
mila hanya bisa menangis & memohon semua ini hanya mimpi! Semua ini tidak nyata! Otak mila bekarja keras saat kenyataan tersaji dalam bentuk maut yang sudah menjemput nyawa sang ayah. "Aku ingin ikut ayah" lirihnya berbalut sesak yang menguap dalam bentuk kata.  " Sabar mila" tante Dian merengkuh mila dalam pelukannya & memberikan usapan penuh kasih sayang agar mila bisa lebih tenang. Mila terus didekap oleh tante Dian tanpa berujar apa apa seakan bibirnya komat kamit mengucap langunan doa tulus untuk sang ayah.

Kini saatnya jasad itu diangkat keluar untuk kemudian dibawa keperistirahatan terakhir

" kamu sebaiknya dirumah saja, tente tidak tega melihat kamu seperti ini" kata tante dian pada mila

"Tidak bisa tante, mila harus menemani ayah, mila tidak mungkin diam dirumah tanpa bisa melepas kepergian ayah, mila kuat tante" protes mila pada sang tante.

"Baiklah" kata tante dian kemudian.

*****

Jakarta, Rs 08: 45 Wib

Kevin bergegas pulang kerumah setelah kedatangan mang ujang & juga mbak Mira, tak lupa dia membawa pulang barang barang pak Amir.

"mbak, mang, titip prilly sebentar, karna saya harus kebandung untuk menjemput papa & mama".jelas Kevin pada pembantunya.

"Baik tuan, hati hati dijalan".pesan mang ujang

kevin pun berlalu dari ruang rawat prilly, dia tampak buru buru keluar dari rumah sakit, dia menuju keparkiran untuk mengambil mobilnya. Beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya  Kevin sampai juga dirumah mewahnya. Buru buru ia masuk kedalam & melangkah kemarnya, sesampainya dikamar Kevin menyimpan barang barang pak Amir kedalam Laci disamping tempat tidurnya. Kevin berjalan kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, beberapa menit kemudian dia sudah rapi dengan pakaian serba hitam & tak lupa kaca mata hitam yang sudah menjadi andalannya. Kevin kembali turun kebawah & disana mbok nah sudah menunggunya. Kevin hanya memperlihatkan senyumnya sambil berlalu.

"Tuan sarapan dulu" pinta sang pembantu

"Mbok saya buru buru, karna saya harus kebandung sekarang".jawab Kevin kembali mengawali langkahn

Akhir Kisahku [END]Where stories live. Discover now