Chapter 15 : Taehyung's Feeling (Edit)

11.6K 1.1K 32
                                    

""T-taehyung-ah ...."

"Gomawo, Shin Jia."

-----------------

"Untuk apa kau berterima kasih padaku?" Jia mulai berkaca-kaca—lagi. "Kau ... kau bodoh jika melakukannya untukku." Air matanya menetes.

"Shin Jia," panggil Taehyung pelan. "Nan gwaenchana." Ia mencoba tersenyum—saat menahan sakit.

"Tapi aku tak percaya!" Jia kembali terisak. Ia berteriak hingga membuat Taehyung terkejut. "Aku tak ingin kau sakit seperti ini! Kau bodoh! Kau ... sangat bodoh."

Tak dapat dipungkiri, Taehyung memang menahan tangis.

"Aku tak ingin ... kau seperti ini. Aku lelah melihat semua orang yang kusayangi menahan sakit."

"Kau ... menyayangiku?" tanya Taehyung.

"Tentu!" Jia berteriak. "Aku menyayangimu! Maafkan aku."

Taehyung tersenyum, "Bagaimana jika aku mati?"

"K-kumohon jangan berbicara seperti itu, Kim Taehyung ...." Jia terisak hebat. Taehyung tak pernah melihat Jia yang seperti ini. "Aku benar-benar tak ingin kau mati. Kumohon, kumohon agar kau tetap hidup." Jia memejamkan matanya, menarik nafas dalam, dan berharap.

Taehyung lagi-lagi tersenyum, "Aku akan baik-baik saja."

Jia menggeleng. Ia menangkupkan dua tangannya pada pipi pria itu.

"Yang kau perbuat itu salah. Aku tak ingin sehat jika kau sakit. Mengerti?"

"Apa maksudmu?"

"Aku sudah tahu semuanya. Aku akan membereskannya."

***

Jia masih meredam emosi dalam kamarnya. Meringkuk seperti orang stress dan sesekali terisak tanpa alasan.

Gila?

Bahkan gadis itu sudah cukup gila dengan jalan hidupnya yang berliku.

Semuanya mulai terkendali semenjak Jia mengenal seorang pria ketus yang bersifat sama dengannya—Kim Taehyung.

Jia menyukainya, gadis itu mencintai Kim Taehyung—lebih dari ia pernah mencintai Jeon Jungkook.

Kim Taehyung ... sebuah nama yang kini terdengar hangat di telinganya.

Jia tak bisa berbuat apapun saat ini. Kekuatan ibunya bukanlah ilmu hitam sembarangan. Ilmu setan sialan ini mendarah daging. Karena sesungguhnya, Jia juga mewarisi kekuatan itu. Entah apa yang membuatnya berbeda, kekuatan Jia tak sehebat ibunya.

'Hanya satu hal yang dapat membuatnya berada di puncak titik kekuatan. Tetapi, sedetik kemudian akan hilang.'

'Kau dapat melakukan apa saja dengan kekuatan itu. Aura : positif.'

Itu yang dapat Jia ingat dari buku tua milik ibunya.

Ia masih bergeming. Tak bergerak dari tempatnya. Sampai akhirnya ia mendengar erangan—dari kamar Taehyung.

Jia panik. Ia bergegas ke kamar Taehyung.

Membuka pintu kamar—hampir membanting.

"Argh! S-sakit ... aargh!"

"T-Taehyung-ah!" Gadis itu berlari mendekat pada Taehyung. Gadis itu meletakkan tangannya di dahi Taehyung. Dan benar, suhu tubuhnya naik lagi. "Tunggu sebentar," ujar Jia mencoba untuk tidak panik. Ia sungguh ingin menangis.

Gadis itu menarik nafas dalam.

"Taehyung-ah, cobalah tenang. Tarik nafasmu ...." Kini ia mengetahui penyebab penyakit yang menimpanya kemarin. Mudah baginya untuk mengendalikan pikiran—kekuatannya. Walaupun sebenarnya, hal ini jarang ia lakukan—karena akan berdampak pada fisiknya yang masih baru menguasai hal ini.

(Jia bisa mengendalikan kekuatannya untuk orang lain. Untuk dirinya sendiri? Itu mustahil.)

Taehyung masih merintih—mencoba untuk tenang.

"Taehyung-ah, t-tarik nafasmu yang dalam." Jia memberi instruksi—masih mencoba untuk tenang. Walaupun sendirinya ingin menangis. Suaranya bergetar. Taehyung mendengarnya.

'Maafkan jika ini hanya bisa untuk sementara, Taehyung-ah.'

Perlahan, sakit di tubuh Taehyung menghilang. Terjadi dengan amat perlahan. Ia tak merasa begitu sakit seperti awal. Jia masih berkonsentrasi.

Tubuh Taehyung makin terasa ringan—walaupun masih sedikit sakit.

Dan gadis itu ... tubuhnya terlihat tak setegak tadi. Ia membuka mata perlahan.

"Bagaimana sakitnya? Berkurang?" tanya Jia.

"Ya." Taehyung menatap gadis itu intens.

"Baguslah." Jia tersenyum. Tatapannya sayu—tak seperti tadi. Wajahnya sedikit pucat. "Heum, aku harus kembali ke kamar."

Ia beranjak untuk pergi—tepat disaat tangan Taehyung melingkar di pergelangan tangannya.

"Di sini saja."

"Ani. Aku harus segera kembali ke kamar."

"Untuk apa?"

"Ya, aku harus." Suaranya melemah. Taehyung menatapnya aneh.

"Kau ...."

"Istirahat, ya. Hal ini hanya akan berlangsung sebentar." Jia tersenyum—kemudian kembali ke kamarnya.

Gadis itu langsung membaringkan diri di ranjangnya. Menahan pening dan pusing di kepalanya, serta pegal di seluruh tubuh. Ia tahu sebentar lagi akan tak sadarkan diri. Untuk itu ... ia menyiapkan diri.

***

Taehyung membuka kamar gadis itu perlahan. Ia melihat gadis itu terlelap—namun terlihat tak nyenyak. Pria itu duduk di pinggir ranjang Jia.

"Kamar ini sangat panas, hm? Kenapa kau bisa menggigil saat itu? Bahkan keringatmu banyak sekali, Bodoh." Pria itu menggendong Jia menuju kamarnya. "Aku tak akan berbuat aneh-aneh."

..

Gadis itu menggeliat saat tidur—di samping Taehyung. Taehyung pun saat itu tak luput dari rasa kantuk yang membuatnya memejamkan mata—walaupun hanya sebentar.

Ini sudah kali kedua mereka tidur bersama.

Jujur, Taehyung memang gugup saat ia melihat wajah Jia yang seperti ini. Wajahnya cantik, rambutnya yang tak terkuncir kadang menutupi rambutnya saat ia bergerak.

Taehyung tersenyum.

Lelaki itu terkekeh dan berbisik pelan—walaupun Jia tak mendengar.

"Shin Jia, be mine?"

.

.

.

*TBC*

Hidden Expression [BTS Kim Taehyung Fanfiction]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang