Ayah, restui saja aku!

30.7K 191 0
                                    


BERBOHONGLAH! MAKA KAU AKAN TERJEBAK KETIKA MEMBUAT KEBOHONGAN BARU UNTUK MENUTUPI KEBOHONGANMU SEBELUMNYA.
======≠==================

Sedan Mewah berwarna hitam memasuki gedung berpelang "Menara Kartika" di bilangan Sudirman Jakarta Selatan.

"Selamat pagi Pak Rudi.." sapa seorang petugas keamanan kepada pengendara sedan mewah itu.

Tidak lama turunlah pengendara itu di lobby gedung. Pria berdandan rapi, berkumis tipis itu adalah Rudi Raharjo, mantan teknisi gedung yang kini dipercaya sebagai kepala pengelola gedung.

Pria itu membawa serta Shinta, putri tunggal, buah pernikahanya dengan Feni istri yang sangat ia cintai.

Putri mereka akan segera menikah mingu depan.

Undangan pernikahan sudah disebar, foto-foto pre-weding, souvenir, pelaminan, dan berbagai pernak-pernik pernikahan sudah tersedia.

Keluarga itu akan memeriksa kesiapan resepsi pernikahan yang akan dilangsungkan minggu depan.

"Kalian tunggu di sini yahh! Papa masuk dulu." Shinta mengangguk memberikan isyarat kepada Ayahnya.

Rudi harus memastikan dulu agar anak dan isterinya bisa masuk ke dalam gedung pada saat seluruh aktifitas gedung di liburkan.

Hari itu hari minggu yang sepi, tidak banyak karyawan dan operator gedung bulak-balik seperti biasanya.

Gedung mewah bertaraf internasional, bertarif Dolar tersebut sudah menyokong kehidupan mewah keluarga Rudi selama ini. Mobil, apartemen pribadi, dan banyak lagi yang ia peroleh sebagai simbol kesuksesannya dalam mengelola gedung tersebut.

Kini ruangan luas berbalut kemewahan di lantai 10 gedung itu akan digunakan untuk resepsi pernikahan secara cuma-cuma.

Setelah menunggu sepuluh menit Rudi kembali ke mobil dan membuka pintu "ayo cantik kita lihat ruangan yang nanti kamu gunakan untuk hari bahagia mu!".

Rudi membimbing isteri dan anaknya menuju lift VIP di belakang gedung.

Hanya terlihat para petugas kebersihan sepanjang perjalanan dari lobi mobil diparkir hingga lift, selebihnya isi gedung itu masih tampak sepi.

"Nah, puteri cantik Papa dan permaisuriku silahkan naik lift ini duluan ke lantai 10, nanti Papa nyusul ada kerjaan sedikit buat petugas-petugas itu" mata Rudi sambil melirik 3 orang yang sedang sibuk membersihkan lantai.

Shanti tersenyum manis sambil masuk ke lift bersama Ibunya, pintu lift tertutup, mata bahagia Shinta menatap ibunya sambil menekan tombol 10 di lift itu. Mereka menuju lantai sepuluh.

Layar di dalam lift itu berubah 2, 3 dan seterusnya, lift bergerak ke atas diiringi suara berderik.

"ibu lihat ini foto kami berdua mengenakan baju pengantin. Aku perhatikan kami memang mirip yah Bu?"

Shinta percaya kata orang, kebanyakan pasangan cinta sejati memiliki wajah yang relatif mirip satu sama lain.

Ibunya mengambil foto itu dan menatapnya. Ia memandangi kedua figur wajah yang ada di dalam foto.

Pipi mereka sama tirusnya, senyum dengan lebar yang sama wajar, bahkan ukuran badan merekapun sama. Menyaksikan semua kemiripan itu, tangan Feni bergetar, matanya berkaca-kaca hingga hampir menangis.

Dengan suara yang gugup ia menjawab "kalian sangat mirip dan memang berjodoh".

"Kenapa mama seperti mau....."

belum selesai Shinta mengucapkan kata "menangis" tiba-tiba terdengar seperti ada petir yang menyambar langit-langit rumah.

Duarrrrrr.....

Setelah itu lift berhenti di angka enam. Benda itu berhenti bergerak.

"mama, kenapa nih?" mata bahagia Shanti berubah panik dan terlihat sangat bingung, sementara ibunya yang hampir menangis, kini benar-benar menangis.

"Tenang ma, ini ada alat komunikasi untuk panggilan darurat, pasti ada orang yang mau menolong kita"

Jari Shinta segera menekan tombol yang bergambar lonceng di lift itu. Itu tombol panggilannya, ia terus menekannya.

Shinta mengambil ponselnya, "Aneh Ma, tombol ini sepertinya tidak berfungsi. Waaduhh, gak ada sinyal lagi. gawat!"

Feni memegang pundak anaknya "Sayang, Papa kamu tahu setiap jengkal dari gedung ini"

"Betul Ma, kita tinggal menunggu di sini, papa pasti curiga dan mengirim bantuan untuk kita" Shinta merangkul ibunya yang semakin bercucuran air mata.

"Tenang Ma, tenang Aja!" Shinta semakin erat memeluk ibunya.
====

Petaka Cinta SedarahWhere stories live. Discover now