Kembali Untuk Menjauh

924 13 0
                                    

Shinta menuntun putranya perlahan-lahan menaiki tangga pesawat yang terparkir di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur.

Bagas berkeras tidak ingin digendong menuju pesawat, semangatnya kuat meski matahari begitu terik siang ini.

"Selamat datang di Rajawali Airlines", sapa pramugari ramah di pintu masuk pesawat, sementara di kabin bersiap seorang pramugara memandu Shinta dan Bagas ke tempat duduk mereka.

Setelah melihat tiket, sang pramugara mengarahkan mereka pada tempat duduk kelas bisnis, yang ada di bagian depan kabin.

"Aku mau dekat jendela", pinta Bagas dengan kepolosan anak laki-laki berusia 4 tahun, yang baru pertama kali naik pesawat. Hanya antusiasme Bagas yang mampu mencegah Shinta membatalkan tiket pulang ke Indonesia.

Shinta belum memiliki rencana selain melanjutkan penulisan bukunya di Jakarta dan tinggal dirumah seorang ayah palsu yang biasa ia panggil "Papa". Rudi, si ayah palsu itu kini kembali ke dalam penjara setelah melanggar ketentuan bebas bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan.

"Mau cemilan atau minuman?", Ucap seorang pramugari.

Bersemangat Bagas menjawab, "Aku mau Cokelat!".

"Air putih aja mba!", jawab Shinta. Untuknya hanya air putih yang ia butuhkan agar satu butir pil tidur bisa melepaskan rasa cemas pada batinnya. Cemas karena ia harus kembali ke kota yang akan menekan dirinya dengan ingatan tragis.

"Baik, tunggu sebentar yah..", jawab pramugari.

Selang beberapa menit, cokelat dan air putih datang. Setelah menelan pil tidurnya, Shinta memasang sabuk pengaman dan membantu Bagas melakukannya.

Terdengar deruan suara mesin jet perlahan-lahan menguat, tanda pesawat siap bergerak. Sementara 2 orang pramugari cantik sedang memperagakan cara mengenakan pelampung dalam keadaan darurat.

🌹🌹🌹

"Maafin Mama yah Shinta", Feni memohon sambil berlutut di hadapan Shinta. Wajah Shinta tak lazim untuk ditampakkan didepan ibunya sendiri.

Tetapi api kebencian terlanjur menyala, saat tahu bahwa ibunya berbohong tentang ayah biologisnya.

"Aku maafkan Mama soal ini, tapi aku nggak bisa lagi lama-lama tinggal sama Mama di sini. Mama harus tinggal di sini sendirian merenungkan kesalahan Mama!", Shinta bertitah.

Tiba-tiba angin bertiup kencang ke arah Shinta, angin itu menerbangkan seluruh buku yang menumpuk. Sebuah buku besar seukuran mobil terbang ke arahnya, menimpa, dan menjepitnya hingga tak bergerak. Buku itu bertuliskan, "The reason why God wants you to recognize your mother first"

Perlahan tembok apartemen retak kemudian runtuh. Feni yang sedang berlutut terhisap ke arah tembok yang berlubang, wajah memelasnya meminta pertolongan. Tapi Shinta tak bisa berbuat apa-apa karena terjepit.

Kemudian Shinta melihat seorang kakek tua menggendong Bagas, dan berusaha menjauhi reruntuhan tembok,

"jangan Bawa anak ku....!", seru Shinta memekik. Kakek itu tidak peduli, dan melompat ke arah lubang di tembok.

Namun tiba-tiba suasana berubah, tembok-tembok yang runtuh berubah menjadi interior mobil ambulan, dengan seorang pria yang berusaha menahan sakit pada luka tertembak peluru. Sambil menahan sakit, pria itu bangkit untuk duduk, hingga wajahnya terlihat jelas dikenali sebagai Yudi.

Sambil menahan lukanya di dada, ia menunjuk ke arah Shanti yang duduk dekat kakinya "KAU LAH ANAK HARAM!!!".

Sontak Shinta terkejut dan Ambulan itu berguncang, menjatuhkan semua peralatan di dalamnya, sementara Yudi seketika terlihat lemas tak bernyawa.

Petaka Cinta SedarahWhere stories live. Discover now