Mimpi Buruk

446 13 1
                                    

Shinta terbangun dari mimpi buruknya. Kali ini ia bangun di dalam ruangan serba putih, bahkan lantai ruangan itu tidak terlihat karena tertutup oleh kabut yang mengepul. Shinta melihat lantai berkabut dari pantulan bayangan cermin, sementara ia tidak menemukan dimana pintu ruangan itu. ia mencoba bangkit, tapi lagi-lagi kakinya terikat kencang, demikian pula tangannya, ia bagai tersalib dalam keadaan rebah di atas ranjang.

"Toloooooong .....", seisi perawat dan dokter di Klinik milik Organisasi Peduli Jiwa Indonesia terkaget dan sigap mendatangi sebuah ruangan dimana Shinta di rawat, dari cermin Shinta bisa melihat pintu ruangan terbuka. Masuk Dokter Elvan menghampiri, "Mba, Shinta mohon maaf, kami terpaksa melakukan ini. Untuk keamanan fisik mba Shinta sendiri..", Dokter Elvan menjelaskan.

Melihat wajah Dokter Elvan dan mendengar kata-katanya menyadarkan Shinta bahwa ia tidak sedang terbangun dari mimpi buruk, melainkan ia semakin dalam masuk kedalamnya.

"Mba Shinta, saya mau kasih mba Shinta Pil ini, setelah ini baru kita bicara di ruangan saya. Gimana?", tanya Dokter Elvan sambil menunjukan pil berwarna merah hati, Shinta mengangguk sebagai isyarat setuju.

Setelah meneguk sebutir pil, beberapa perawat laki-laki melepas ikatan pada tangan dan kaki Shinta dan membantunya bangun dari tempat tidur itu. Shinta didudukan pada sebuah kursi roda, dan perawat wanita mendorongnya masuk ke ruangan Dokter Elvan. Shinta melihat sekeliling tembok ruanga itu, tidak lagi oranye. Hanya putih bersih dari lantai hingga langit-langit.

Di sebrang meja telah duduk Dokter Elvan dengan beberapa berkas yang ingin ditunjukannya, setelah menarik nafas dalam dokter itu membuka pembicaraan,

"Mba, Shinta dengan berat hati kami harus menyampaikan bahwa Mba Shinta menderita Skizofrenia Paranoid, jadi kita harus menjalankan beberapa terapi untuk mengobatinya.", Dokter Elvan menjelaskan.

Shinta tidak merespon dan tidak peduli dengan penjelasan itu, "Mas Reno dan Bagas dimana Pak Dokter ?", hanya itu yang dipedulikannya.

"Mba, Shinta... Saya menemukan buku ini di gudang rumah Mba Shinta.", lanjut Dokter itu sambil mengeluarkan sebuah buku berwarna biru.

"Judulnya RENO DAN MIMPINYA..", lanjut dokter Elvan.

Shinta menggelengkan kepalanya perlahan, Dokter Elvan menunggu respon Shinta berupa perkataan. Tapi hanya gelengan kepala yang terjadi.

"Saya sudah baca Bagian satu buku ini, mendeskripsikan tokoh Reno yang sama persis dengan yang mba Shinta ceritakan kepada Saya."

Gelengan Shinta semakin cepat,

"Dimana Mas Reno??", pekiknya

"Mba Shinta, ini yang saya bilang dengan fenomena ilusi..."

"DIMANAAA.....", teriak Shinta bagai ledakan emosi tak terbendung. Ia berteriak dan menghamburkan seluruh barang di atas meja itu. Dua orang perawat pria kembali masuk ke dalam ruang Dokter Elvan dan mengamankan Shinta yang mulai mengamuk.

🌹🌹🌹

Seorang perawat wanita sedang memperbaiki posisi infus dan menyuntikan beberapa dosis obat ke dalamnya. Shinta terbaring di atas ranjang rumah sakit, tak berbeda dengan tempat tidur rumah sakit pada umumnya. Tangan dan kakinya tidak terikat.

Di sekeliling tempat tidur berdiri Pak Bronto, Feni ibunya yang baru saja tiba dari Malaysia, Bagas dalam gandengan Pak Bronto, serta Dokter Elvan.

Petaka Cinta SedarahWo Geschichten leben. Entdecke jetzt