#7 Demi Kebenaran

1.1K 24 0
                                    

"Jam 3 Pagi ini, ditempat pembuangan sampah Pasar Coket. Datang seorang diri! Demi Kebenaran!"

Adalah pesan penuh teror dari surat kaleng yang ditemukan Shinta.

"Pak, biar saya datang sendiri, saya kenal siapa yang menulis surat kaleng ini!", pinta Shinta kepada dua orang polisi.

"Baiklah kalo macam tu. Silahkan ibu selesaikan problem ini secara baik baik.", Ucap Kapten Imam dan disambut anggukan oleh Shinta.

"Teksiii...", Kencang memekik Shinta menghentikaan taksi di jalanan. "Ke pasar Coket pakcik, do it fast please!", Perintahnya. Shinta bergegas menuju lokasi yang dimaksud surat kaleng itu.

Di lobby apartemen Kapten Imam menyusun rencana, "perintahkan semua anggota melepas uniform, kita ikuti Shinta memakai kereta persendirian!"

Kini dua orang polisi dan tiga anggota lain berpakaian preman, mengikuti taksi yang ditumpangi Shinta menggunakan mobil Pribadi.

Di dalam taksi Shinta tanpa henti membasahi matanya dan menyekanya dengan tisu. Ia masih belum bisa membayangkan sudut mana dari tempat pembuangan sampah yang bisa digunakan untuk menyekap seseorang.

Namun, ia sudah bisa membayangkan seperti apa wajah pelaku penculikan itu. Seperti apa gaya bicaranya, caranya memandang, bahkan caranya mengintimidasi seseorang.

Di dalam apartemen Shinta, putranya terus menjerit sekencang-kencangnya. Tetangganya yang baik hati membujuk sekuat tenaga agar putra kecil itu berhenti menangis dan menjerit.

Sementara berjarak 500 meter dari taksi yang ditumpangi Shinta, lima orang polisi diam-diam mengikuti.

Jalanan di Kota Kuala Lumpur tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Kondisi lalulintas sulit diprediksi, seperti saat ini meski sudah larut malam jalanan justru macet. Taksi itu pun terhenti.

Shinta mulai kesal. Setelah memukul bagian belakang jok sopir, "Pak Stop sekarang!", Perintahnya pada si sopir. Ia memberikan satu lembar pecahan 50 Ringgit, "Mem, tunggu. Kembaliannya!", Ujar sopir itu.

"Ambil saja!'

Dengan segera Shinta membuka pintu taksi dan berlari ke arah pasar Coket yang berjarak 1 kilometer lagi. Dari kejauhan empat anggota polisi turun dan turut berlari, salah satunya adalah Kapten Imam.

sambil berlari, "Tuhan, tolong selamatkan Mama!"

"Ikuti dia, tapi jangan sampai terlihat!" Perintah Kapten Imam pada 3 orang anggotanya.

Di dalam Apartemen, tetangga Shinta yang baik hati tengah sibuk membujuk putra kecil yang terus menangis. Ia mulai bingung mencari berbagai barang untuk dimainkan di hadapan sang putra. Sontak perempuan baik itu terkejut sahat melihat kamar tidur Shinta dan ibunya berantakan, seperti di bobol maling, "Astagfirullah!", Ucapnya sambil memandangi sekeliling kamar.

Tampaknya, karena khawatir Shanti bahkan tidak sempat melihat kondisi itu, "Tak mungkinlah Shinta mengamuk di rumahnya sendiri." Gumamnya. Ada pertentangan antara keseharian Shinta dan kondisi apartemennya hari ini di benak wanita Melayu itu.

Disebuah ruangan teknis, pada sudut pembuangan sampah pasar Coket. Orang misterius itu menghardik dan mengancam Feni dengan sebuah amplop coklat, "Sekarang, jelaskan apa maksud isi amplop ini." Orang itu mengintimidasi Feni sambil menunjukan sebuah amplop bertuliskan nama rumah sakit di Jakarta.

"Jawab sekarang!" Pekik orang itu kemudian ia melepaskan lakban dengan kencang, dan menarik penyumpal mulut Feni.

Shinta menghentikan langkahnya di depan gerbang masuk pembuangan sampah. Matanya menyisir tiap sudut tempat itu.

"TOLOOONG...", terdengar suara ibunya berteriak dari suatu tempat. Shinta berlari ke sumber suara.

Sampailah Shinta pada ruangan beraroma busuk tempat ibunya disekap. Di dalam ruangan terlihat ibunya yang sedang menderita karena pasungan seorang pria yang sedang memegang amplop coklat.

"YUDI....!", Shinta memanggil pria misterius itu.

Yudi memegang Amplop coklat di tangan kiri dan pisau belati nan tajam di tangan kanan.

"Sekarang jelaskan semuanya pada anak mu sendiri, isi dari amplop ini! Atau aku terpaksa menggorok mu.."

Feni terdiam, meski mulutnya tidak lagi tersumpal.

"Ayo, jelaskan!", Sekarang mata pisau belati itu tepat di depan leher Feni.

"Iya Ma, jelaskan saja! Aku akan mendengarkan."

Dengan wajah yang memucat, dan air mata deras, Feni menarik nafasnya dalam-dalam,

"Maafkan Mama nak. Mama terpaksa berbohong karena mama nggak mau kehilangan kepercayaan kamu. Mama nggak bisa berbuat apa apa lagi sayang, mama benar-benar ingin merasakan hamil dan punya anak, sementara papa mu Rudi, dia mandul. Mama sadar telah memilih jalan yang salah demi punya anak. Pak Bronto, ayahnya Yudi itu bapak biologis kamu Shinta.....", Seketika Feni meraung menangis.

Yudi menarik menjauhkan pisau belati dari leher Feni, "sekarang kamu tau kan Shinta. Kenapa papa mu Rudi ingin membunuh kalian waktu itu menggunakan lift..."

"Iya, tapi kenapa kamu berbohong selama itu, kamu bilang kamu yatim. Kamu bilang ayahmu sudah meninggal", Shinta balik menghardik.

"Soal itu, itu urusan ku. Berandalan mesum seperti dia memang pantas mati.", Yudi menjawab.

"Iya tapi kebohongan kamu berakibat kebohongan baru yang dibuat mama dan papa ku. Karena kau pembohong, harusnya kau yang pantas mati. Dasar tidak bertanggungjawab!"

"Sudah ku bilang itu urusan ku! Kapan aku bersikap tidak bertanggung jawab pada hubungan kita. Kalo kamu bilang aku tidak bertanggungjawab, maka kamu memang pantas jadi anak haram!!!!!", Yudi naik pitam dan kini belati tajam itu mengarah ke Shinta.

"Iya bunuh aku sekarang!!!!"

Dooorrr....

Di belakang Shinta berdiri Kapten Imam dengan pistol yang mengepulkan asap. Karena melihat Yudi hendak menghujamkan belati ke tubuh Shinta, ia harus bertindak tegas. Yudi terkapar bersimbah darah.

Sementara Shinta berteriak, "Yudiiiii......, Kapten Imam, harusnya yang awak tembak perempuan ini!" Bentak Shinta sambil mengacungkan telunjuk ke arah Feni.

"Ini saudaraku Pak.....!" Sambung Shinta, sambil menekan luka tembak Yudi di dada sebelah kanan.

===
5 orang polisi sibuk mengamankan nyawa Feni dan menyelamatkan Yudi yang terluka tembak. Demikian pula Shinta yang memiliki dorongan untuk menyelamatkan nyawa saudara tirinya.

Ada sisi di dalam dirinya untuk menetralkan semua masalah keluarga ini. Berdamai dengan saudara tiri, memaafkan ibu, dan menengok penderitaan ayahnya. Yang terpenting membesarkan Bagas, putra kecilnya.

Ponsel Shinta terjatuh, masih dalam keadaan membuka email dari Mr.Blue:

Teruntuk Shinta putri dari Rudi ...

Tahukah kau Shinta, bahwa kekasih mu Yudi adalah pembohong ? Dia berbohong soal ke-yatiman dirinya.

Tahukah kau Shinta, bahwa ibumu pembohong, bahkan dia tega menuduh Ayah mu berselingkuh dengan seorang pembantu sederhana yang jauh dari kata "Pelacur".

Tahukah kau Shinta, bahwa Ayah mu Rudi, benar benar pengecut hingga ia berniat membunuh kau dan ibumu.

Tahukah kau Shinta, bahwa ayah mu Rudi, bukanlah ayah yang sebenarnya, tetapi meski ia pengecut ia tetap selalu menyayangimu dan ia menyesali perbuatannya.

Tahukah kau Shinta, bahwa Bronto adalah ayahmu yang sebenarnya, yang membuahi ibumu hingga ia mengandung dirimu.

Ketahuilah Shinta, bahwa aku akan menuntut balas atas semua kebohongan ini.

Petaka Cinta SedarahOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz