Rumah Lama

433 8 0
                                    

Sudah 2 hari Shinta dan Bagas menginap di hotel. Siang hari pukul 13.00 telepon di kamar 319 berdering,

"Halo ibu Shinta ? Saya dari resepsionis hotel", ujar seorang di dalam telepon.

"Iya betul ini Shinta."

"Bu Shinta, di lobby sudah menunggu Pak Slamet, mau jemput ibu katanya.", petugas resepsionis melanjutkan.

Waktu penjemputan sesuai janji Feni, telah datang. Shinta dan putranya merapihkan barang-barang ke dalam koper dan tas. Mereka berjalan menuju lobby hotel.

Pak Slamet, seseorang yang dihubungi Feni dari Malaysia, menyambut mereka di lobby. Koper dan tas dengan sigap diangkatnya menuju mobil. Sementara Shinta melakukan Check Out dari hotel itu.

"Terimakasih mba", ucap Shinta pada seorang petugas resepsionis hotel. Shinta dan Bagas segera menuju parkiran mobil. Di sana telah menunggu Pak Slamet di dalam mobil Toyota Innova. Dengan tenang Shinta dan Bagas menaiki mobil itu, "Selamat datang Bu Shinta, halo dek Bagas", sambut Pak Slamet.

"Terimakasih Pak Slamet, sudah banyak bantu kami.." jawab Shinta.

Dari dalam mobil Shinta memperhatikan pria tampan yang diam-diam mencuri hatinya. Pria itu masuk ke dalam mobil SUV biru dengan ban besar. Saat jendela terbuka, terlihat Pria itu sedang mengatur gawai navigasi di dashboard mobil. Sedikit menyesal Shinta, karena ia tak mampu mendekati dan berkenalan dengan pria itu.

Mobil yang ditumpangi Shinta bergerak mengarah ke rumah, pandangan Shinta enggan luput ke arah SUV biru, "nggak apa kok Bu Shinta. Dengan senang hati saya membantu. Rumahnya belum selesai seratus persen Bu. Tapi sudah bisa ditinggali, mungkin dua hari ke depan masih ada tukang yang rapih rapih di sana dan mobil ini bisa ibu pakai untuk aktivitas." ujar pak Slamet memulai obrolan.

Mendengar penjelasan Pak Slamet, semakin bertambah kebahagiaan ibu satu anak itu. Shinta membayangkan betapa lengkap kebahagiaannya bila bisa mengenal sosok pria tampan tadi.

Lima belas menit kemudian mobil sampai di rumah. Rumah itu tidak lagi terlihat bagai gua kelelawar.

Tembok rampung di cat warna putih bersih, sampah dan daun kering hilang, dan pohon palemnya sudah berdiri teratur.

Shinta dan Bagas turun dari mobil, Pak Slamet memandu mereka masuk ke rumah yang sudah rapih. Terlihat dua orang tukang yang sedang membereskan peralatan, "Pak Slamet, tinggal besok kami datang lagi ke sini untuk merapihkan beberapa atap yang bocor", ucap salah seorang tukang kepada Pak Slamet.

"Ohh gitu, bagus deh berarti rumah selesai lebih cepat dari perkiraan"

Pak Slamet pamit meninggalkan rumah itu, ia menyerahkan kunci rumah, kunci mobil, dan meninggalkan beberapa makanan siap saji di meja makan. Merasa tugasnya selesai ia jalan keluar rumah, meninggalkan Shinta dan anaknya.

Shinta memandangi setiap lukisan, furniture, lampu, dan peralatan rumah tangga dirumah itu. Tidak banyak yang berubah tampilannya hingga Shinta bisa mengingat semua moment di rumah itu.

Moment saat Rudi pulang membelikannya boneka, saat perayaan ulang tahun yang ke 17, begitu indah masa lampau untuknya.

Shinta melangkah menuju kamar utama di lantai satu rumah itu. Dulu itu kamar kedua orang tuanya, sekarang kamar itu sudah rapih dan akan ia gunakan.

Lalu Shinta menaiki tangga rumah menuju lantai dua. Di sana ada kamar berukuran sedang dengan pintu berwarna merah muda kesukaan Shinta. Itu kamar miliknya, dan kini akan diberikannya pada Bagas. Mungkin perlu sedikit perubahan warna pintu. Sekadar menyesuaikan bahwa itu kamar laki-laki dan menghilangkan kenangan lama untuk datang kenangan baru.

Petaka Cinta SedarahOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz