Claustrophobia

548 11 0
                                    

Sebuah mobil tipe Sport Utiliti Vehicle (SUV) dengan tampilan kekar dan ukuran roda yang besar, sedang meraung-raung di sudut jalanan sempit yang permukaannya masih terdiri dari kerikil-kerikil kecil dan tanah yang empuk karena air hujan. Kiri dan kanan jalanan hanya dipenuhi oleh semak-semak yang rimbun dan pohon-pohon tinggi. Ban besar itu hanya berputar di tempat dan mengeluarkan suara raungan yang nyaring.

Seharusnya Kondisi jalanan seperti ini bukan sebuah masalah bagi Mobil SUV All New buatan tahun 2018, dengan modifikasi gaya Off-road, bukan hanya tampilannya saja yang kekar dan ban besar sebagai ciri. Mobil ini sudah mendapat banyak peningkatan performa jauh diatas standar mesin 2NR berkapasitas 1.500 CC, 4 silinder dual VVTi DOHC 16 valve.

Transmisi manualnya yang membuat mobil ini terdengar sangat galak, yang disambungkan dengan sistem 4 Whell Drive (4WD) permanen yang diadopsi dari satu set gardan beserta, cakram pengereman depan milik mobil Perodua Nautica 4WD, yang dipasarkan di Malaysia. Meskipun pemiliknya rela mengimpor suku cadang dari Malaysia untuk menghasilan mobil yang tangguh di segala medan, tetap saja kuda besi itu tidak mampu membawa pemiliknya lolos dari cengkraman tanah alot di sudut jalan desa kecil itu.

Pemiliknya adalah Notaris pria yang bertugas di sebuah Kabupaten kecil di sudut pulau jawa. Dia adalah Reno yang tetap mempercayai teknologi Global Positioning System (GPS), terlebih pada kondisi seperti sekarang ini, dimana ia sudah merasa seperti tidak lagi di Bumi.

Setelah menyelesaikan kegiatannya di kantor desa Curug Bangun, Reno segera menuju rumahnya yang berjarak 10 Kilometer dari kantor desa. Baru berjalan 2 Kilometer Reno terjebak di tanah keras yang berubah jadi lumpur oleh hujan 15 menit.

Spesifikasi mobil yang luar biasa tidak berguna sama sekali jika pengemudinya adalah Reno. Pria yang kurang mahir dalam urusan navigasi, yang hanya mengandalkan teknologi GPS dalam menentukan rute tanpa perlu tanya sana dan sini. Dari pada banyak bertanya kepada orang-orang di perkampungan itu, dia memilih tetap setia dengan teknologi navigasi. Hal ini sesuai pemahaman Reno, bahwa "manusia adalah manifesto kekacauan".

Dalam berbagai kesempatan, Reno sering mendapat nasehat bahwa teknologi pada dasarnya hanyalah buatan manusia. Manusia yang menurut pemahamannya sebagai sumber dari kekacauan. Pada posisi ini tampaknya Reno mulai mempertimbangkan argumen tersebut hingga kepercayaannya kepada teknologi navigasi ini mulai runtuh.

Alih-alih pikirannya yang sedang berdalil, justru itu yang membuat dia semakin frustasi menghadapi rute perjalanan mobil sore ini yang lebih pantas disebut dengan kata "tersesat".

"GPS Kurang ajarrrr....!"

Reno memaki sebuah alat elektronik yang terpasang di atas dashboard mobilnya. Ternyata alat itu yang membuatnya terjebak di jalanan sempit penuh semak, tanpa rambu petunjuk, bahkan terlalu dini untuk disebut sebagai "jalanan" hanya karena permukaan tanahnya yang mengeras dan berpola hingga menjadi sebuah jalur untuk melintas.

Setelah puas memaki dan membanting alat GPS, Reno melirik jam di tangannya dan memastikan tidak lama lagi matahari akan tenggelam, dan ia belum mampu mencari jalan keluar dari Kampung Curug Bangun. Hal itu membuatnya merasa bagai terjepit diruang sempit yang menjepit mobilnya.

Nafas Reno mulai tersengal, keringatnya bergulir dari sekujur tubuh, pendingin udara mobil dengan petunjuk 18 celcius, bahkan tidak mampu menghentikan butir-butir keringatnya. Jantungnya berpacu dengan tempo yang semakin cepat menit demi menit. Reno diserang kepanikan.

Serangan panik seperti ini sudah biasa bagi Reno. Ia memahami kondisi paniknya dari waktu ke waktu hingga Reno sengaja mempersiapkan ponsel khusus. Ponsel yang terdiri dari tombol-tombol seperti kalkulator, dengan layar tanpa warna, dan hanya menyimpan satu nomor telepon. FAHRI 081196****.

Fahri adalah sahabat terdekat Reno yang pertama kali menjelaskan bahwa ia adalah penderita CLAUSTROPHOBIA, rasa takut yang hebat terhadap ruang sempit. Rasa takut ini masih bisa dimanipulasi dengan cara merasa ditengah keluasan. Contohnya rasa takut di dalam mobil yang secara teknis itu adalah ruang sempit, dapat dihilangkan dengan cara merasa ditengah-tengah jalanan yang luas, dan tetap mampu melihat pemandangan yang sangat jauh seperti gunung, gedung, dan lainnya.

Jari-jari reno yang gemetar menekan tombol-tombol pada ponsel itu, "bro, gua nyasar di Curug Bangun"

Reno menjelaskan dengan nada suara gugup. Setelah telepon itu, mata Reno hanya menampilkan warna putihnya saja. Reno pingsan di dalam Mobilnya.

🌹🌹🌹

Sebuah mini bus bermuatan dua orang dewasa suami isteri dan satu orang balita usia 1 tahun, terbalik di jalur dua tol Jagorawi. Mobil itu tak sendirian, ada tiga minibus lain yang sudah tidak berbentuk, satu bus pariwisata dengan penumpangnya yang berhamburan keluar, dan satu truk muatan tanah yang sudah berantakan, mengotori aspal dengan tanah yang tadi dibawanya berikut ceceran darah segar seorang supir dan kernet truk.

Dari dalam mobil minibus yang terbalik terdengar suara rintihan.  Rintihan dari seorang wanita yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit akibat mobilnya berguling empat kali hingga akhirnya berhenti dalam keadaan terbalik, di dadanya masih dipeluk dengan erat seorang balita putri yang sudah tidak bernyawa.

Disisi pengemudi seorang laki-laki yang masih tergantung dalam keadaan terbalik karena sabuk pengaman mobil itu masih terikat di badannya. Menatap dengan tidak berdaya kearah seorang wanita yang kesakitan dan memeluk putri yang sudah tidak bernyawa.

"Safitri, sini pegang tangan ku!" seruh laki-laki itu dengan suara yang lirih.

Wanita yang dipanggil Safitri itu hanya mampu melirik dan menitip pesan tanpa suara kepada suaminya yang hendak menolong.

BRUAAKKK ...!

Tiba-tiba ada tiga orang laki-laki berseragam polisi berhasil mencongkel pintu minibus itu dengan linggis, membuka pintu, melepas ikatan sabuk pengaman, dan menarik keluar laki-laki tidak berdaya itu.

"Anak ku ... Anak Ku ... Safitri" laki-laki itu berteriak lirih sambil menunjuk ke arah minibus yang terbalik itu.

Satu polisi menjaga si Laki-laki dan dua lainnya segera berlari hendak menyelamatkan wanita dan seorang balita yang masih terjepit di dalam mobil yang baru saja mengalami kecelakaan.

Satu meter lagi dua pria besar itu meraih pintu penumpang dan ...

BOUMM.....

Mobil itu meledak, karena dalam keadaan berbalik bahan bakar terus menetes diatas aspal yang panas.

"TIDAAAKKKKKKK ........"

🌹🌹🌹

"Ren bangun Ren ... bangun.. bangun ...."

Seorang berseragam hitam dengan tanda pangkat dan lencana khas Kepolisian membangunkan Reno dari mimpi buruknya yang selalu terulang dengan jalan cerita yang sama, yaitu kegagalan dirinya sebagai suami dan ayah menyelamatkan istri dan anaknya.

"Pak, anak dan istri saya masih di dalam Mobil Pak" teriak Reno kepada Polisi itu.

"Tenang Ren, ini gua Fachri temen lo, tadi lo pinsan di mobil...."

"Anak Saya Pak..!" Reno menangis.

"Istigfar Bro, ini gua Fachri." Fachri yang Polisi itu menenangkan sahabatnya yang trahuma dengan kecelakaan tiga tahun lalu. Kecelakaan yang merenggut nyawa istri dan putri tersayangnya yang masih berusia satu tahun.

Reno terkejut dan berusaha menajamkan pandangannya untuk memastikan bahwa itu benar Fachri dan dia sudah terbangun dari mimpi buruk itu. Wajahnya segera berpaling ke sekitarnya. Reno mulai menyadari bahwa ia ada di sebuh pondok di pinggir sawah, di depan Pondok itu terpakir dua mobil besar. Yang pertama mobilnya sendiri dengan kaca bagian pengemudi terpecah, dan satu lagi mobil double cabin warna hitam , lengkap dengan lampu strobo dan tulisan "POLISI", Reno semakin sadar bahwa Fachri sahabatnya datang menyelamatkannya.

Tidak lama kemudian seorang anggota kepolisian membantu membopong Reno menuju mobil Double Cabin dan satu anggota lainnya mengurus mobilnya. Mereka membawa reno ke sebuah Puskesmas yang tidak jauh dari lokasi pondok itu.

Petaka Cinta SedarahWhere stories live. Discover now