[28] Menjauh

195 10 2
                                    

Seharusnya aku sudah melakukan ini sejak dulu; menjauh. Jauh sebelum perasaan ini benar-benar telah mengakar di relung hatiku.

---

Setelah seminggu libur karena demamnya yang tak kunjung turun akhirnya kini dia kembali bersekolah, menjalani rutinitasnya seperti hari-hari biasa karena pamannya sudah memaksanya untuk segera kembali sekolah takut terlalu lama tertinggal pelajaran.

Hari ini, dia sama sekali tidak dibolehkan untuk berangkat sendiri dengan mobil, ibu dan ayahnya memaksa agar dirinya diantar oleh Arkan. Yah, selama seminggu memang hanya Arkan yang selalu datang untuk menjaga dan merawatnya.

Seperti mulai menyukai sosok Arkan lah intinya.

Di luar sudah terdengar deru motor milik Arkan. Aimee yang masih berada di meja makan langsung bangkit seraya meneguk habis susu coklat yang tinggal setengah. Ia buru-buru menyalami tangan kedua orangtua nya dan bergegas keluar takut membuat Arkan menunggu terlalu lama.

Sesampainya di luar, Aimee menemukan Arkan tengah melambaikan tangan ke arahnya. Aimee tersenyum kecil balas melambaikan tangan. Begitu Aimee hendak berjalan mendekati motor Arkan. Sesuatu mengusik dirinya.

Ferral tengah memerhatikannya dengan terang-terangan dari atas balkon.

Aimee mendongak untuk melihat, ternyata memang benar. Lalu, buru-buru dia keluar dari pagar dan menaiki motor yang Arkan kendarai. Tak lama setelah itu, Arkan langsung melajukan motornya, meninggalkan komplek rumahnya.

Sedangkan Ferral sendiri yang masih berdiri di balkon hanya bisa menghela napas panjang sambil memukul pembatas balkon tersebut dengan geram. Menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Akhirnya sesuatu yang gue takutkan terjadi," bisiknya.

"Tapi gue sadar. Kalau gue pantas menerima semua ini. Setelah apa yang gue lakuin ke dia."

---

Duduk di perpustakaan memang memiliki pesona tersendiri. Dia jadi lebih bisa memfokuskan diri daripada di kelas yang berisiknya minta ampun, kaya di pasar banget.

Kini, di depannya sudah ada setumpuk buku yang hendak ia baca sebelum kembali ke kelas setelah bel masuk berbunyi. Rasanya tenang dan damai saja ketika menghabiskan waktu di tempat yang lengang ini.

Di sebelahnya ada Arkan yang sibuk membolak-balikkan komik sambil senyam-senyum gak jelas. Aimee hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

"Kalau mau ketawa ya ketawa aja kali.  Gak usah pake komat-kamit tuh mulut," senggol Arkan.

Aimee mengerucutkan bibirnya, "Ganggu aja lo. Udah sana urusin aja komik gak jelas lo."

Arkan hanya menaik-turunkan bahunya tidak jelas kembali membaca komik yang tinggal beberapa lembar lagi.

"Kan! Arkan!" panggil Aimee usai menutup buku tebal yang baru saja selesai ia baca.

Arkan hanya menoleh sebentar lalu kembali fokus pada komik.

"Ya Allah Arkan. Bego ya lo!" Aimee menepuk kepala Arkan keras, nyaris membuat Arkan memekik dan membuat petugas perpustakaan langsung memarahinya.

Masa RemajaWhere stories live. Discover now