[14] Morning? [Revisi 2]

331 15 0
                                    

Aimee bangun sambil menyibakkan selimut yang membaluti nya itu lalu bangkit sambil melirik ke arah jam dinding.

"Gue bangun jam delapan? Gila apa? Biasa juga jam enam gue bangun? Huh. Gara-gara gak bisa tidur makanya gue bangun kesiangan!" seru Aimee berdecak kesal menatap jam dinding itu kemudian tangan nya meraba-raba container mencari benda kecil yang bisa ia gunakan untuk mencepol rambut nya.

Setelah berhasil mendapatkan benda kecil itu, Aimee menyisir rambut nya dengan jari nya kemudian mengikatkan nya membentuk cepolan kuda. Sebelum keluar dari kamar Arkan ini Aimee memilih membersihkan wajah nya yang masih terasa lengket itu.

Aimee menuruni anak tangga demi anak tangga sambil mengambangkan senyuman nya. Tak lama setelah kaki nya mencapai anak tangga terakhir, dia merasakan bau-bau yang lezat tengah menggoda dirinya. Langsung saja Aimee bergegas menghampiri ruang dapur yang di sana dia menemukan Arkan dengan sebuah cilemek.

"Lah? Kok malah lo yang masak? Gue bisa kok," ucap Aimee sambil berkacak pinggang berdiri di belakang Arkan.

"Gue juga tahu. Tapi karena lo masih tidur ya gue malas aja ngebanunin lo. Jadi, gue aja yang masak lagian lo salah, gue juga bisa masak kali, jangan ngeremehin kemampuan masak gue," balas Arkan sambil berbalik. "Bisa ambilin piring nya gak Mee?" tambah Arkan.

Aimee hanya mengangguk kemudian mengambil barang yang Arkan butuhkan. Aimee langsung menyodorkan barang itu pada Arkan lalu bersandar pada dinding yang masih bernuansa abu-abu. Aimee bertanya-tanya, ini memang sudah warna permanen apartemen ini atau Arkan mengecat ulang semua nya? Yah sepertinya pertanyaan nya itu hanya akan berakhir sampai di sana, mungkin kapan-kapan akan ia tanyakan mengenai warna abu-abu dan hitam yang mendominani warna apartemen nya ini.

"By the way thanks ya," ucap Arkan tanpa menoleh hanya fokus pada wajan yang berisi nasi goreng yang akan jadi.

Aimee menaikkan alis nya sedikit sambil melipat tangan kemudian tersenyum. "Anggap aja impas. Lagian kalau gue boleh jujur nih ya Arkan. Gue suka kalau lo bisa terbebas dari masa lalu lo sendiri. Rasa nya kaya kebahagiaan sendiri gitu. Jadi, kalau lo mau cerita, jangan pake gengsi. Gue siap kok denger nya," ungkap Aimee dengan jujur.

"Gue udah terbebas dari masa lalu. Lo kapan?" tanya Arkan menoleh menatap intens Aimee yang juga membalas menatap nya dengan kaget.

"Gak semua nya bisa bebas dari masa lalu dengan cepat. All need a process," balas Aimee sambil menghembuskan napas lelah.

"Lo bukannya butuh proses. Tapi lo emang gak bisa bebas dari masa lalu, karena emang itu yang lo mau. Gue tahu lo udah usaha," sahut Arkan kemudian mematikan kompor.

"Yang gue mau dia cuma ngebalas perasaan gue. Emang apa susah nya sih buat ngebalas perasaan orang selama bertahun-tahun? Susah banget apa?" tanya Aimee sambil menceletuk kesal.

Arkan hanya mengangkat bahu sambil memindahkan nasi goreng yang baru saja siap itu ke piring yang telah Aimee ambil tadi. "Sulit karena dia masih terikat dengan masa lalu nya. Mungkin aja dia salah paham, salah mengartikan apa yang sebenarnya terjadi yang gak seperti itu penjelasan nya. Lo cuma butuh bicara sama dia!" jelas Arkan sambil melepaskan cilemek kemudian membawa dua buah piring ke ruang tengah, Aimee hanya menyusul dari belakang sambil mencerna perkataan Arkan barusan.

Salah paham? Dia salah paham di bagian mana? Lo salah paham dibagian mana Ral? Dibagian mana?! batin Aimee menggerutu kesal dalm hati.

---

30 missed called by Thoriq. 50 missed called by Farhan. 100 missed called by Daniel. 200 missed called by Kevin.

Ferral mengucek-ucek mata nya dengan tangan kiri nya, dan memegang ponsel nya dengan tangan kanan nya.

Masa RemajaWhere stories live. Discover now