[21] Trust [Revisi 2]

253 12 1
                                    

Setibanya Aimee di cafe yang sangat Ghina—adik nya—sukai, Aimee langsung turun seraya me-lock mobil nya lalu berlalu masuk ke dalam dengan napas tersengal-sengal, bukan karena berlari tapi karena dia sangat mengkhawatirkan adik nya.

Langkah Aimee terhenti secara tiba-tiba dengan mata yang membula sempurna menemukan Ghina menangis dalam pelukan Arkan. Bukan karena Aimee memiliki perasaan pada Arkan atau semacam hal-hal yang labil dialami oleh sepasang kekasih yaitu rasa cemburu, bukan. Aimee terkejut karena menemukan adik nya sudah menangis di dalam pelukan Arkan, ntah karena apa dia tak tahu pasti.

Karena merasa penasaran ia langsung berlari menghampiri meja yang terletak di pojok sebelah kanan dengan desain interior flora menguasai tempat itu. Aimee langsung menyampirkan jaket nya di sandaran kursi lalu berjongkok di dekat Ghina yang masih menangis tak henti-henti.

"Why you cry?" tanya Aimee dengan lembut seraya mengelus rambut panjang Ghina dengan penuh kasih sayang.

"Don't you mind. I want to cry, please don't stop me," gumam Ghina disela-sela isak tangis nya.

Arkan hanya dapat menghela napas membiarkan dada bidang nya menjadi tumpuan tubuh Ghina. Yang Arkan inginkan Ghina bisa berhenti menangis secepat mungkin, karena ia sama sekali tidak tega melihat Ghina menangis seperti ini hanya karena laki-laki itu. Laki-laki yang datang bersama perempuan lain yang tak lain adalah pacar nya sendiri.

Ntah kenapa, Arkan merasa kesal dengan tangan yang masih mengepal kuat menampakkan buku-buku putih nya karena melihat gadis yang ada di dalam pelukan nya ini menangisi laki-laki yang sudah membuat nya seperti ini. Arkan merasa kesal setengah mati, dan Arkan tak mengerti mengapa ia seperti ini.

Begitu pentingkah Ghina bagi Arkan? Padahal mereka tak terlalu akrab, mereka terhubung hanya karena Aimee, jika bukan karena Aimee, mungkin mereka tak akan terikat seperti ini. Apakah arti Ghina bagi Arkan saat ini sampai-sampai membuat nya kesal? Apakah persis sama dengan yang ia rasakan pada Aimee? Ataukah hanya karena rasa kasihan saja? Kasihan pada adik cewek yang ia sukai?

"Dimana Divin?" tanya Aimee mengangkat kepala nya agar bisa melihat Arkan.

Arkan mengangkat bahu. "Gue nggak tahu. Tadi yang si cewek rambut pendek tampang sok sangar ngelabrak Ghina tanpa biarin si Ghina ngomong. Terus pergi aja narik-narik cowok nya Ghina," ucap Arkan sambil mengusap-usap rambut Ghina agar lebih tenang.

Aimee menyeringai geli. "Sumpah deh ya. Tu cowok minta gue sikat! Enek gue ngeliat dia, jijay anjay!" seru Aimee sambil mengusap wajah nya lelah.

Arkan memutar bola mata nya. "Sikat apa? Sikat gigi? Sikat kloset?" ejek Arkan masih mengusap kepala Ghina.

Aimee mengangkat bahu nya. "Au deh. Jadi sekarang lo mau berapa lama di dalam pelukan nya Arkan? Berat tuh dia, nyadar diri kek badan lo berat," cibir Aimee sambil mencubit pinggang Ghina geram.

"Lo cemburu?"

Aimee, dan Arkan lantas kaget mendengar pertanyaan yang sudah terdengar hampir seperti pernyataan.

Ia sama sekali tidak akan menyadari, dan menyangka jika adik nya ini akan berkata seperti itu kepada nya. Seperti kakak nya ini, iri melihat nya bersama Arkan berlama-lama seperti itu. Padahal Aimee sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada Arkan. Bukankah ia sudah ia mengatakan nya pada ibu nya Arkan? Ia sama sekali tidak menyukai Arkan dalam sisi percintaan. Ia hanya menganggap Arkan sebagai teman nya, tidak lebih. Lalu mengapa Ghina menganggap semua ini, mungkin semua yang bersangkutan dengan Arkan begitu serius? Sedangkan Aimee berkata seperti itu hanya ingin bercanda saja. Tak ingin membuat nya menjadi serius. Tapi kenapa?

Setelah lama terdiam, Aimee akhirnya mengangguk paham dengan mangut-mangut.

"You wrong."

Masa RemajaWhere stories live. Discover now