[15] Kalah? [Revisi 2]

364 12 4
                                    

Kini, Aimee, dan Arkan sudah berada di sebuah Mall, tempat dimana Aimee bisa membeli ponsel yang serupa dengan kepunyaan nya yang lama, juga tempat dimana Aimee bisa merapikan rambut nya yang sangat-sangat kacau tidak teratur, dimana lagi kalau bukan di tempat salon biasa ibu nya pergi.

Saat ini Aimee baru saja melangkah memasuki gedung Mall yang memang sudah biasa dia kunjungi waktu kecil bersama Ghina, dan ibu nya, juga tak lama ini dia pergi bersama Bella, Ghina, dan Dinda untuk membeli novel, dan mampir di kafe biasa.

Arkan masih di belakang, sibuk dengan ponsel nya, karena yah, dia sama sekali tidak tertarik untuk melihat-lihat apalagi membeli barang, tujuan nya ke sini hanya untuk menemani Aimee membeli ponsel baru, dan pergi salon, ya hanya itu. Setelah itu, ia akan ditraktir oleh Aimee makan di sebuah kafe bersama Bella.

Aimee yang merasa tak nyaman berjalan sendirian, langsung menghentikan langkah kemudian berbalik ke belakang menghampiri Arkan yang sibuk dengan ponsel nya. Tak mempedulikan nya sama sekali.

"Eh tai emang ya. Gue dicuekin malah ponsel yang diperhatiin, sepenting apa sih ponsel itu buat lo? Sampai-sampai gue nih ya, dicuekin gitu aja kaya bebek. Sakit Arkan sakit nya di sini!" cerocos Aimee pada Arkan sambil menunjuk ke arah dada nya.

"Satu kenyataan yang baru gue temui ya. Lo itu emang bebek yang cerewet. Ya penting lah ponsel bagi gue. Lo cuma temen gue, kalau ponsel gue sih udah gue anggap kaya pacar gue sendiri," sahut Arkan dengan malas sambil memutarkan bola mata nya.

Aimee langsung mendengus. "Ish. Jahat amat sih. Temenin gue, jangan biarin gue jalan sendirian kaya jomblo kesasar. Padahal gue dateng nya ke sini bareng lo bukan sendirian tapi kaya lagi pergi sendirian aja," balas Aimee lagi sambil menggandeng lengan Arkan.

Arkan mengalihkan pandangan nya dari ponsel ke lengan nya yang digandeng oleh Aimee, cowok itu langsung menghembuskan napas lelah, kemudian melepaskan apa yang baru saja ia lihat itu dengan pelan. "Gak usah kaya gini juga. Gue gak bakalan kemana-mana kok," ucap Arkan sambil memejamkan mata nya.

Aimee menaikkan sebelah alis nya dengan bingung. "Lo kenapa? Padahal bule-bule di Chicago seneng kalau gue gandeng kaya tadi, tapi kok lo? Gak suka ya? Ya udah deh, sori ya. Gue gak maksud kok ngebuat lo ngerasa canggung," ucap Aimee sambil tersenyum pada Arkan.

Karena gue gak mau rasa suka ini berlanjut menjadi rasa cinta yang gak bakalan pernah lo balas, batin Arkan sambil tersenyum pahit menatap senyuman tulus yang Aimee berikan. Gue harus bisa ngendaliin diri gue sendiri demi kebaikan gue sendiri. Gue gak mau patah hati, bukan, gue cuma belum siap buat patah hati, dan bertemu dengan orang baru, gue belum siap.

"Gak pa-pa. Gak usah ngerasa bersalah juga kali. Jadi sekarang mau kemana dulu? Masih jam sebelas ini, lo janjian sama Bella jam satu kan? Masih banyak waktu, lo mau kemana?" tanya Arkan sambil mengalihkan pandangan ke toko-toko yang ada di dalam Mall.

Aimee meletakkan telunjuk nya di depan dagu nya dengan alis yang naik sebelah. "Hmm, kalau beli ponsel dulu, malesin, kalau nyalon dulu, bosenin, gimana kalau nonton dulu? Gue mager sama bosen nih," ucap Aimee pada Arkan.

"Nonton? Gak deh. Malesin. Ngebosenin juga. Kalau lo mager kenapa ke sini Aimee gila? Kenapa?" tanya Arkan menatap seram pada Aimee.

"Eh? Ko—kok aura nya jadi seram ya? Ka—kalau nggak Timezone aja gimana? Gue ga—gak mager lagi kok, beneran! Sumpah kok!" seru Aimee dengan cengengesan.

"Lo kira gue bocah apa?!" seru Arkan melotot pada Aimee.

Aimee membalas pelototan menyebalkan itu. "Ya kali aja lo mau balik jadi bocah lima tahun kan? Kali aja lo cape gitu jadi remaja terus pengen balik lagi jadi bocah. Garis bawahi kata kali aja ya! Jangan salah paham pula kaya doi gue!" balas Aimee sambil menoyor kepala Arkan dengan kesal.

Masa RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang