[12] - Lost (2)

311 30 6
                                    


"Dulu sebelum aku mati karena melindungi tuanku dari saudaranya itu, aku adalah seorang anjing."

Daffa membulatkan matanya mendengar penuturan Mocchi. "Anjing? Lo hewan? Ga nyangka, sumpah," ucap Daffa seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mocchi dalam bentuk Revan itu tertawa renyah. "Begitukah?"

Daffa mengangguk. "Terus nasib tuan lo gimana? Dia udah mati ya?"

Mocchi menggeleng. "Sebenarnya, dia belum mati," ucap Mocchi yang membuat Daffa membulatkan matanya. Mocchi menghela nafasnya. "Sekarang jiwa tuanku terkurung untuk menjaga kekokohan rumah ini."

"Maksudnya?" tanya Daffa yang masih belum mengerti.

Mocchi terdiam sebentar. "Cerita ini cukup panjang dan rasanya tidak nyaman kalau langsung menceritakannya padamu," gumam Mocchi yang masih bisa didengar Daffa. "Hm, mulai dari asal mula rumah ini mungkin ya?" gumam Mocchi yang diangguki Daffa.

"Jadi, dari awal, rumah ini memang sudah dijaga oleh mahluk halus. Walaupun kalau dipikir membuat rumah dengan teka-teki itu wajar, namun rumah ini tak sewajar itu.

"Rumah ini dibuat untuk menjaga harta-harta, serta berkas rahasia milik tuanku. Tuanku berpikir jika ia hanya menggunakan kontraknya dengan mahluk halus untuk menjaganya, orang-orang yang sewaktu-waktu berkunjung ke sini mungkin merasa aneh." Mocchi berhenti sejenak, dan Daffa masih menyimak.

"Dan karena ia dikenal baik dengan kecerdasannya, maka ia berpikir untuk membuat rumah teka-teki miliknya. Kalau kau perhatikan baik-baik, bukankah rumah ini luas sekali? Padahal tampak depan, rumah ini terlihat berukuran normal," tutur Mocchi.

Daffa memegangi ujung topinya seraya merenung. "Lo bener, rumah ini gedenya ga wajar."

Mocchi mengangguk setuju. "Lalu ruang bawah tanah ini, bukankah ini rasanya seperti labirin?"

Daffa mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Lo bener. Tapi ini lumayan wajar," ucap Daffa setengah menentang.

"Terserah kau," cetus Mocchi menggedikkan bahunya. "Hm, lalu saudara kembar tuanku marah, dia iri."

"Iri kenapa?" tanya Daffa dengan satu alis terangkat.

"Karena membuat rumah ini, tuanku semakin terkenal, hartanya juga semakin banyak. Saudara kembar tuanku juga seorang ilmuwan, namun tidak terlalu terkenal seperti tuanku.

"Awalnya ia diam saja akan rumah ini. Namun begitu tahu kalau rumah ini dibuat dengan bantuan mahluk halus, ia sangat marah. Ia menuduh tuanku menggunakan kekuatan mahluk itu dalam segala penemuannya, padahal tidak. Ia hanya menggunakannya untuk rumah ini.

"Ia mengancam tuanku. Kalau tidak mau memberikan semua hartanya, ia akan membocorkan segalanya. Tuanku sebenarnya tidak apa-apa kalau saudaranya itu memang ingin meminta. Namun karena caranya yang buruk, tuanku tidak suka. Ia tak peduli dengan segala tuduhan saudaranya dan berkata, kalau kau memang ingin, jawab teka-tekinya untuk membuka pintunya.

"Saudaranya itu mencoba, namun ia hanya berhasil di pintu pertama..."

"Pintu pertama?" sela Daffa mengerutkan kening. "Apa pintu itu pintu jalan keluar yang gue dan temen-temen cari?"

Mocchi mengangguk. "Di pintu kedua, dia gagal dan kembali ke tempat tuanku di ruang kerjanya. Namun dia tidak kembali sepenuhnya, saudara tuanku sudah berkontrak dengan mahluk halus yang memiliki sifat bertolak belakang dengan mahluk halus tuanku. Iblis," tutur Mocchi.

"Iblis? Mahluk halus? Maaf gue interupsi, tapi apa semua itu nyata? Karena dari awal gue ga percaya sama kata-kata lo," ucap Daffa yang membuat Mocchi membulatkan mata tak percaya.

Riddle House [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang