[7] - Book

460 36 0
                                    

Bum

Pintu itu menimbulkan bunyi debaman yang kencang. Para remaja ini menghela nafas tanda terkejut dan mulai mengedarkan pandangan ke segala arah di ruangan yang mereka masuki.

Tes tes

Bunyi tetesan-yang tampaknya darah-menyambut kedatangan mereka. Bau anyir yang menyeruak memasuki hidung mereka menguatkan pemikiran bahwa itu adalah darah. Tepatnya, darah Adhan.

Tak mau membuang waktu, para remaja ini mulai mengarahkan obor maupun senter menerangi interior ruangan, yang dikatakan perpustakaan. Para remaja ini menghela nafas lega ketika melihat tiga rak buku panjang nan tinggi yang berbaris. Rak buku itu tampak reyot dan penuh debu serta sarang laba-laba. Di dalamnya penuh buku tebal yang tersusun rapi memenuhi rak.

Di perpustakaan itu juga banyak peta, poster mengenai ilmu pengetahuan yang sudah koyak dan tak berbentuk. Meja serta kursi yang acak-acakan dan terdampar sana-sini. Ruangan itu gelap, dan benar-benar tidak terawat.

"Kita mencar," celetuk Eza memecah keheningan, masih mengarahkan obornya ke segala arah. "Cari buku yang sekiranya berguna, oke?" lanjut Eza lagi yang diangguki yang lain.

"Gue sama Fanny, Nesya sama Vania, dan lo sama Revan, oke?" sahut Daffa sambil menoleh ke Eza yang diangguki Eza.

"Kita ketemu di sini lagi, 5 menit lagi, oke?" ucap Nesya yang diangguki yang lain.

Setelah bertukar pandang dan mengangguk saling meyakinkan, para remaja ini memencar menuju rak-rak buku itu. Daffa-Fanny ke rak sebelah kanan, Nesya-Vania ke rak tengah, dan Eza-Revan ke rak sebelah kiri.

Keenamnya tampak sibuk mencari buku yang sekiranya mungkin berguna. Bahkan saking gencarnya Daffa mencari, pria ini menjatuhkan segala buku yang tidak berguna dari rak.

"Daffa! Hati-hati!" pekik Fanny yang hampir tersandung buku yang dijatuhkan Daffa.

Daffa menoleh dan menggeram. "Lo cari di sebelah sana, dan jangan ganggu gue! Buat diri lo berguna!"

Fanny menggigit bawah bibirnya dan segera berlari ke sebelah utara. Gadis ini melongo sana-sini, memilah-milah buku dan mencari judul buku yang berhubungan dengan Riddle House.

"Huh, kayanya ga ada di sini." rutuk Fanny yang mulai menyerah sambil mengelap keringat yang mengalir dari pelipisnya.

"Dapet ga dapet, cepet kembali! Kita udah ga punya cukup waktu lagi!" Pekikan Eza menyadarkan Fanny dari keputusasaannya. Fanny bergerak menyusul Daffa yang juga sudah memanggilnya untuk bergerak cepat.

Fanny bergerak gesit namun hati-hati melewati tumpukan buku yang dijatuhkan Daffa. Kedua matanya menangkap benda-yang tampaknya buku-yang bersinar. Bergerak mendekat, Fanny bisa memastikan bahwa itu adalah buku yang cukup tebal, bersampul kulit hitam dengan tepian emas.

Fanny bergerak mengusapnya beberapa kali. Keningnya berkerut ketika sampul buku itu beriak dan bergerak membentuk ukiran.

Death Note

Begitulah tulisannya.

"Fanny! Lo dimana?! Pintunya mau ketutup!" Fanny tersadar dari lamunannya akan pekikan dari Nesya. Fanny buru-buru menyimpan death note itu ke dalam sweater-nya dan berlari meloncati beberapa tumpukan buku. Gadis ini semakin mempercepat larinya ketika melihat pintu sudah setengah menutup.

"Fanny cepet!" pekik Daffa sambil mengibas-ibaskan tangannya.

Fanny bergerak meloncat dari tempatnya melewati pintu. Pintu itu menutup menimbulkan bunyi debaman yang keras bersamaan dengan Fanny yang jatuh tengkurap dan terdorong beberapa centimeter dari pintu.

Riddle House [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang