Chapter 15 : Ariana Grande - Dangerous Woman

4.9K 281 35
                                    

A/N : Halo, gue update lagi. Kali ini Author's Note nya ga usah panjang-panjang deh. Makasih buat yang udah baca, vote dan juga komen. Jangan lupa komen dan vote lagi ya kalau baca chapter ini! :D Dan btw menurut gue lagu ini benar-benar mewakilkan Clarisa banget. Yap, chapter ini akan lebih banyak membahas Clarisa. So, semoga kalian menikmatinya seperti gue menikmati saat menulis ya. Maaf kalau ada paragraf yang ngebingungan dan typo yang berserakan. Cheers!

~~~

Don't need permission, made my decision to test my limits

Cause it's my business, God as my witness, start what I finished

Don't no hold up, taking control of this kind of moment

I'm locked and loaded, completely focus, my mind is open

All that you got skin to skin

Oh my god, don't you stop boy

Something about you makes me feel like a Dangerous Woman

Something about you makes me wanna do thing that I shouldn't

Malam dingin terasa menusuk-nusuk epidermis semua orang. Beberapa yang masih berada diluar rumahnya bahkan ada yang sudah memakai sweater atau jaket yang bisa untuk menghangatkan tubuh mereka dari hawa dingin ini. Seperti beberapa hari yang lalu, sepertinya akan ada badai lagi hari ini. Atau mungkin besok pagi.

Farel hendak menutup restorannya saat Clarisa datang dengan oversized sweater yang menutupi hingga ¾ pahanya. Rambutnya ia biarkan tergerai kebelakang. Cewek itu tak memakai bawahan apapun kecuali sepatu wedges garis hitam putih. Dia tampak benar-benar hip-hop sekarang.

"Hai." Sapa Farel sebentar dan melanjutkan kegiatannya membereskan restoran sebelum menutupnya. "Pahamu nggak kedinginan?"

Clarisa mendengus sebal dan memukul Farel dengan tasnya. "Talk to my ass. Wanita itu lebih mementingkan fashion daripada kenyamanan dirinya! Bagaimana mungkin cowok bisa menyukai cewek yang tidak tahu cara menampilkan sisi cantik dan seksinya?"

Farel terkekeh. "Lo malah kayak orang yang nggak punya duit buat beli celana di hari yang sedingin ini menurut gue."

Plakk! Sekarang Farel ditimpuk Clarisa dengan tasnya. "Farel! Gue kesini bukannya mau diskusiin celana gue ya!"

Setelah selesai mengangkat beberapa kursi ke atas meja, Farel menoleh pada Clarisa dengan ekspresi datar. "Lalu? Apa yang mau lu diskusiin ke gue."

"Rencana kita!" Potong Clarisa-tentu saja. "Ada banyak kegagalan dalam pelaksanaan misi gue, bagaimana dengan lo?"

Farel mencibir dan mencabut sisa-sisa permen karet yang ditempelkan oleh pelanggan iseng ke bawah kursinya. "Sama. Gue juga gagal."

Clarisa langsung menatap Ben tdengan tatapan tak percaya. Cewek itu bersidekap dada dan sesaat kemudian mengangkat tangannya. "What the fuck? Lo gagal?"

"Iya. Gue gagal. Failed. Nggak berhasil. Apapun itu bahasa lain dari gagal yang mungkin lo bakal ngerti." Jawab Farel cuek dan berjalan menuju meja lainnya. Clarisa mendengus sebal dan mengekori Farel di belakang.

"Dan lo nggak punya rencana B untuk bisa bikin Fian dan Ben pisah? Hm?"

Farel menghentikan langkahnya dan langsung menoleh pada Clarisa. "Gue bukan sutradara film yang bisa meneriakkan 'cut!' dan lalu semua orang bakal mengulang scene, gue juga bukan pelatih sepakbola yang punya seribu satu strategi untuk memenangkan timnya, apa yang bisa lo lakukan buat memisahkan dua orang yang saling jatuh hati, Clarisa?"

Good LifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant