Chapter 13 : The Cab - La La

4.8K 312 19
                                    

A/N : Oh well, here it is chapter 13. Semoga kalian suka ya. Oh ya, di bagian akhir gue agak kacau mungkin monolognya atau narasinya atau whatever kalian mau manggil itu apa. Soalnya gue juga sekalian mau bikin perasaan bingung Fian tentang perasaannya yang belum bisa Move On dari Farel, tapi juga bingung karena ia juga punya rasa sama Ben. Yah kira-kira seperti itulah. Dan untuk Clarisa, yap, rencananya ia jalankan mulai dari chapter ini. Cerita ini mungkin cumansampai chapter 20 aja, do'ain ya bisa selesai minggu ini atau minggu depan. Dan btw, gue sempat kepikiran untuk jadiin ini cerita mpreg. Gimana menurut kalian? Setuju nggak? Btw, terus vote dan comment ya. Makasih buat yang udah comment selama ini. Gue bener-bener terima kasih loh. Tanpa komen kalian semangat buat lanjutin cerita ini ga akan pernah ada. Keep going, guys! I love you all!

~~~

Come feel my heart, It's beating like a drum and I confess

When you're around, It's like an army's marching through my chest

And there's nothing I can do, I just gravitate towrads you

You're pulling on my like the moon

I just wanna get you sideways, I said

Anything I can to get me more than just a dance

Tell me where to put my hands

You know that you could be my favorite one-night stand

Clarisa dan Farel mengambil tempat tepat di pojokan restoran. Agak menjauh sedikit dari para pelanggan yang sedang menikmati hidangan mereka-dan menghangatkan diri dengan minuman panas yang ada di samping piring roti mereka.

"Jadi-" Mulai Farel. "Lo tau darimana kalau gue-mantannya Fian?" Cowok tersebut sedikit memelankan volume suaranya saat menyebut statusnya dan Fian.

Clarisa terkekeh dan menyesap kopinya sedikit. "Well, gue hanya menebak-" Jawab cewek tersebut dan memain-mainkan cangkir putih yang ada di tangannya.

Farel tentu saja tidak percaya begitu saja dengan jawaban Clarisa. Mana ada orang yang tiba-tiba saja berdiri di depan pintu tempat kerjamu, menghampirimu yang sedang melamun dan tiba-tiba saja mengucapkan hal yang tak seorangpun tahu kecuali dirimu, orangtua dan juga Tuhan? Tebakan katanya? Apa langsung menembak dengan tatapan tajam termasuk sebuah tebakan?

Kalau begitu hebat sekali Clarisa dalam hal tebak-tebakan.

Farel menyilangkan tangan di depan dadanya sambil memandang ke arah Clarisa dengan penuh rasa curiga. Cewek ini pasti bukan cewek baik-baik pikir sang koki roti dalam hati. "Lo mau apa?"

Clarisa memalingkan wajahnya sebentar-seolah-olah sedang menyembunyikan sesuatu-dan semakin membuat Farel curiga setengah mati pada sosok Clarisa. "Mau gue?"

Farel diam. Menunggu Clarisa melanjutkan kalimatnya.

"Gue naksir Ben." Kata cewek tersebut. "Bule yang lagi deket sama mantan yang sedang lo kejar-kejar itu."

"Lalu? Hubungannya sama gue?"

Clarisa tergelak-lebih tepatnya pura-pura tertawa. Dia menutup mulut dengan anggunnya dan sejurus kemudian menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya. "Hubungannya? Ini sangat ada hubungannya dengan lo, Farel."

Farel menaikkan sebelah alisnya-mulai merasa tertarik dengan cewek ini. "Gue tau lo lagi mencoba untuk mendapatkan Fian lagi. Iya kan?" Koki itu tidak membenarkan, tapi juga tidak menolak. Dan Clarisa menganggap itu sebagai lampu hijau baginya dalam melanjutkan maksudnya pergi ke tempat ini.

Good LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang