Chapter 12 : One Direction - Perfect

6.4K 338 28
                                    

A/N : Oke, dulu gue pernah berikrar kalau gue adalah haters sejatinya One Direction. Tapi ternyata gue harus menarik kata-kata dan menjilat ludah gue sendiri. Oke, lagu ini emang sesuai sama judulnya, Perfect. Dan menurut gue juga cocok untuk menggambarkan chapter ini. Gue pengen bikin perasaan kedua Ben dan Fian ini berkembang dari hal terkecil dan sederhana terlebih dahulu. Dan oh, yang bagian di kebun binatang itu terinspirasi dari lagunya JKT48. Buat yang fans sama JKT48, pasti tau deh lagu yang mana. Dan btw, gue ga tau apa ini udah romantis atau udah ngena atau belum. Tapi gue berharap sih semoga ngena ya. Gue lagi sibuk sama hal2 seputar kuliah dan lain2nya nih. Jadi agak lama gitu updatenya. Dan btw ga lama juga sih, gue juga nyambilan baca2 cerita lain sama dengerin lagu lain sambil memikirkan scene2 romantis. Soalnya udah lama juga ga bikin yang romantis2. Dan btw, siapa yang cocok bagi kalian buat jadi castnya Ben? Hm? Setelah baca Shut Up And Drive nya bang ipulrs gue pikir yang jadi Dave cocok buat jadi Ben juga. Tapi entahlah, menurut kalian gimana? Share your thoughts below! Hehe. Jangan lupa terus vote dan juga comment, love you guys. :D

---

I might never be your knight in shining armor

I might never be the one you take home to mother

And I might never be the one who brings you flowers

But I can be the one tonight

When I first saw you from across the room

I could tell that you were curious

Hey, I hope you're sure what you're looking for

Cause I'm not good at making promises

Fian sudah diperbolehkan pulang keesokan paginya. Fian memang langganan masuk rumah sakit setelah kejadian dua tahun yang lalu, tapi dia tak pernah lebih dari tiga hari jika di suruh dokter untuk di rawat. Paling bentar cuman satu hari. Seperti sekarang ini contohnya. Karena tidak betah dan Dokter Doni juga mengerti kondisi Fian, maka ia membolehkan pasiennya tersebut untuk pulang.

Ben orang yang paling heboh dalam mengurus kepulangan Fian. Padahal tak ada yang istimewa dalam kepulangan Fian yang kali ini. Dia sudah sering pula di rawat inap. Tapi Ben malah memperlakukannya spesial seperti dia baru saja sembuh dari penyakit HIV setelah dirawat selama lebih dari dua tahun, dan akhirnya diperbolehkan pulang.

"Aku tak apa-apa kok, Ben." Ucap Fian saat Ben sekarang mengecek suhu tubuhnya. "Sungguh. Kamu sudah mengecek suhu tubuhku lima kali dari malam tadi. Kamu berlebihan, Ben."

Ben menggelengkan kepala. "Nggak. Terakhir kali aku lengah, kamu langsung dilarikan di rumah sakit. Aku nggak mau lengah lagi sekarang."

Fian memutar bola mata saat mendengar jawaban Ben. Setelah suster sudah mengecek kondisi Fian di atas kasur dengan Ben yang selalu menempel dengan cowok manis tersebut-dan membuat si suster jadi keliyengan sendiri melihat tingkah bule itu, Fian akhirnya dinyatakan sudah tidak apa-apa lagi dan diberi beberapa obat yang langsung di rebut oleh Ben.

Melihat itu, Fian langsung mendelik kepada Ben. "Ben! Ngapain kamu main rebut obat aku begitu aja?"

"Yah, untuk jaga-jaga." Jawabnya santai sembari menaik-naikkan sebelah alisnya. "Aku dengar dari Bude kamu itu orangnya susah kalau disuruh minum obat."

Bude lagi, Bude lagi. Batin Fian. Sepertinya setelah malam tadi, Bude jadi blak-blakan tentang dirinya pada Ben. Perihal kebiasaan jelek Fian yang selalu lebih mengutamakan kesehatan kucingnya daripada kesehatannya sendiri, Fian yang paling tidak suka minum obat dan kalau ada kesempatan akan membuang obatnya tanpa sepengetahuan Bude dan Pakde. Sekarang setelah dibongkar semuanya oleh orang tua angkat cowok manis itu, Fian jadi sepenuhnya merasa telanjang di depan Ben.

Good LifeWhere stories live. Discover now